Pria yang Mengancam Penggal Jokowi Kirim Surat Permintaan Maaf ke Istana Negara
Hermawan Susanto, yang mengancam akan memenggal kepala Presiden Joko Widodo (Jokowi) menulis surat permintaan maaf.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tersangka kasus dugaan makar, Hermawan Susanto, yang mengancam akan memenggal kepala Presiden Joko Widodo (Jokowi) menulis surat permintaan maaf.
Surat tersebut bakal dilayangkan kepada Jokowi. Hermawan berharap Jokowi memaafkan segala perbuatannya.
Surat tersebut ditulis langsung oleh Hermawan di secarik kertas dan ditandatangani di atas materai. Surat tersebut dikirim oleh tim kuasa hukum Hermawan ke Istana Negara untuk dilayangkan langsung ke Jokowi.
"Saya Sugiarto adalah penasihat hukum dari Hermawan yang kemarin tanggal 10 Mei 2019 melontarkan ucapan yang tidak sepantasnya, tidak sepatutnya sehingga pada kesempatan yang baik ini kita akan menyampaikan surat kepada yang mulia, kepada Bapak Haji Presiden Joko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia untuk memohon maaf," ujar pengacara Hermawan, Sugiarto Atmowijoyo di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (21/5/2019).
Dalam surat tersebut, Hermawan berharap Jokowi dapat memaafkannya. Hermawan mengaku tidak bermaksud mengancam akan mencelakakan Jokowi.
"Harapan kita surat ini bisa sampai ke beliau dan beliau bisa memaafkan, bermurah hati untuk memaafkan dan selanjutnya kita tetap siap melakukan proses hukum," tutur Sugiarto.
Ayah Hermawan, Budiarto juga menulis surat yang sama. Kedua surat tersebut dilayangkan ke Istana Negara pada hari ini.
"(Surat dikirim) melalui perantaranya adalah kuasa hukumnya. Terus surat itu langsung kepada yang terhormat Bapak Jokowi, langsung saya kirimkan melalu JNE. Ya saya kirim ke Istana soalnya saya mau kirim langsung ke sana nggak sempat," tutur Sugiarto.
Seperti diketahui, Hermawan Susanto pada sebuah video yang viral mengancam akan memenggal Jokowi.
Hermawan melakukan hal itu saat berdemonstrasi di depan Gedung Bawaslu RI, Jalan MH Thamrin, pada Jumat (10/5/2019) siang.
Akibat perbuatannya, dirinya dikenakan pasal dugaan makar. Polisi menangkap Hermawan di Perumahan Metro, Parung, Kabupaten Bogor, pada Minggu pukul 08.00 WIB.
Ditahan 20 Hari
HS (25), pria yang ancam penggal kepala Presiden Joko Widodo akhirnya ditahan di Rutan Polda Metro Jaya. HS ditahan selama 20 hari di Rutan Polda Metro Jaya.
Polisi menangkap Hermawan yang mengancam bakal penggal kepala Jokowi di Perumahan Metro, Parung, Kabupaten Bogor, pada Minggu pukul 08.00.
HS melakukan ancamannya saat demo di depan Gedung Bawaslu RI, Jalan MH Thamrin, pada Jumat (10/5/2019) siang.
TribunJakarta.com merangkum sejumlah informasi terkait dengan penangkapan pria yang ancam penggal kepala Jokowi.
Ditahan Selama 20 Hari
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, mengatakan Hermawan ditahan selama 20 hari di Rutan Polda Metro Jaya.
"Ya dilakukan penahanan selama 20 hari," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono saat dikonfirmasi, Selasa (14/5/2019).
Argo menyebut, HS ditahan selama menjalani pemeriksaan. Ia mulai diperiksa sejak Minggu (12/5/2019) lalu.
"Iya (selama pemeriksaan)," tutur Argo.
Reaksi Yayasan Badan Wakaf Al-Quran
Pihak yayasan Badan Wakaf Al-Quran (BWA) di Jalan Tebet Timur Dalam 1, Tebet, Jakarta Selatan, membenarkan tersangka pengancam pemenggalan kepala Presiden Joko Widodo berinisial HS (25) tercatat sebagai salah satu karyawan mereka.
Hal itu diungkapkan Penanggung Jawab HRD BWA, Eri, saat ditemui TribunJakarta.com, Senin (13/5/2019).
Namun, ia menyebut status HS di BWA hanya sebagai karyawan kontrak.
"Sifatnya hanya volunteer, jadi khusus selama bulan Ramadan," kata Eri.
"Dia kerja dari 9 April sampai 2 Juni 2019. Setelah Lebaran, dia putus kontrak," lanjutnya.
Ia menjelaskan, tugas HS di BWA adalah mengajak orang-orang di perkantoran dan mall-mall untuk wakaf.
Selama lebih dari sebulan bekerja di WBA, Eri menilai HS sebagai pribadi yang baik.
HS, ujarnya menambahkan, juga tidak pernah berbicara tentang politik Tanah Air di lingkungan kerja.
"Makanya kami juga heran. Mungkin semangat anak muda yang berlebihan, tidak bisa menahan emosinya," tutur Eri.
Karyawan Kontrak
Pihak yayasan Badan Wakaf Al-Quran (BWA) di Jalan Tebet Timur Dalam 1, Tebet, Jakarta Selatan, membenarkan tersangka pengancam pemenggalan kepala Presiden Joko Widodo berinisial HS (25) tercatat sebagai salah satu karyawan mereka.
Hal itu diungkapkan Penanggung Jawab HRD BWA, Eri, saat ditemui TribunJakarta.com, Senin (13/5/2019).
Namun, ia menyebut status HS di BWA hanya sebagai karyawan kontrak.
"Sifatnya hanya volunteer, jadi khusus selama bulan Ramadan," kata Eri.
"Dia kerja dari 9 April sampai 2 Juni 2019. Setelah Lebaran, dia putus kontrak," lanjutnya.
Ia menjelaskan, tugas HS di BWA adalah mengajak orang-orang di perkantoran dan mall-mall untuk wakaf.
Selama lebih dari sebulan bekerja di WBA, Eri menilai HS sebagai pribadi yang baik.
HS, ujarnya menambahkan, juga tidak pernah berbicara tentang politik Tanah Air di lingkungan kerja.
"Makanya kami juga heran. Mungkin semangat anak muda yang berlebihan, tidak bisa menahan emosinya," tutur Eri.
Rela Bolos Kerja
HS, pemuda 25 tahun yang viral lantaran mengancam bakal memenggal kepala Presiden RI Joko Widodo, ternyata rela bolos kerja demi berunjuk rasa di depan Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat, Jumat (10/5/2019).
Penanggung Jawab HRD yayasan Badan Wakaf Al-Quran (BWA), Eri mengatakan, seharusnya pada hari itu adalah jadwal HS bekerja.
Namun, tanpa izin ke kantornya, HS memilih untuk mengikuti aksi unjuk rasa.
"Oh dia (HS) nggak ada izin. Jadi istilahnya ini kegiatan pribadi dia, Meninggalkan tempat kerja. Kami juga tidak pernah kasih izin," ujar Eri saat ditemui TribunJakarta.com di kantor BWA di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (13/5/2019).
HS merupakan salah satu karyawan volunteer di yayasan tersebut. ia tercatat bekerja sejak 9 April hingga 2 Juni 2019.
Namun, per hari ini, pihak WBA menyatakan resmi memberhentikan HS.
HS Dipecat
Yayasan Badan Wakaf Al-Quran (BWA) yang berlokasi di Tebet, Jakarta Selatan, mengambil langkah tegas terhadap HS (25), tersangka pengancam pemenggalan kepala Presiden RI Joko Widodo.
"Ketika dia positif (tersangka) seperti ini, mulai hari ini kita melakukan pemecatan karena memang aturannya seperti itu kan," kata Penanggung Jawab HRD BWA, Eri, saat ditemui TribunJakarta.com, Senin (13/5/2019).
"Kita ini bukan untuk ikut-ikutan seperti itu. Kita badan kegiatan untuk mencari orang-orang yang mau berwakaf," tambahnya.
Menyoal mekanisme pemecatan, jelas Eri, BWA bakal segera mengirim surat kepada HS.
"Pasti kami akan pakai surat, dipastikan hari ini. Kami juga tidak sesuai dengan personalitinya, kan gak boleh berbuat seperti itu (ancaman)," terangnya.
Seperti diketahui, HS sebelumnya berstatus sebagai karyawan kontrak WBA, yang bekerja selama bulan Ramadan.
"Sifatnya hanya volunteer di sini," ujar Eri.
Selama di BWA, tugas HS adalah mengajak orang-orang di perkantoran dan mall-mall untuk berwakaf.
"Dia hanya menjaga gerai dan mengumpulkan donasi. Sebatas itu," pungkas Eri.
Tak Terkait Yayasan
Badan Wakaf Al-Quran (BWA) menegaskan perbuatan yang dilakukan oleh HS (25) tidak ada kaitannya dengan yayasan mereka.
Sebab, BWA menyatakan mereka sama sekali tidak berafiliasi dengan kubu politik tertentu.
"Kami tidak ada kaitannya sama sekali dengan politik karena kami bukan kegiatan seperti itu," ujar penanggung jawab HRD BWA, Eri, saat ditemui TribunJakarta.com di kantornya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (13/5/2019).
HS diketahui merupakan salah satu karyawan di WBA, yang dikontrak dari 9 April hingga 2 Juni 2019.
Ia termasuk bagian dari massa pendemo di depan Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat, Jumat (18/5/2019) lalu.
Di sela-sela aksinya, HS melontarkan ancaman bakal memenggal kepala Presiden RI Joko Widodo.
"Kita serahkan kepada masyarakat untuk menilai. Intinya kami bukan organisasi neko-neko, kami ini organisasi yang ingin menyalurkan wakaf masyarakat ke tempat yang sesuai," tutur Eri.
Per hari ini, Eri mengatakan bahwa WBA resmi memecat HS. Pihaknya pun akan segera mengirim surat pemecatan tersebut.
Kesaksian Ketua RT
Warga RT 9 RW 7, Palmerah, Jakarta Barat mengaku terkejut mendengar HS (25) ditangkap lantaran mengancam akan penggal kepala Presiden Joko Widodo.
Mereka pun baru mengetahui aksi nekat HS yang viral di media sosial itu setelah pria itu ditangkap pada Minggu (12/5/2019) kemarin.
"Saya baru tahunya itu kemarin pas polisi sama dia (HS) datang ke rumahnya buat ambil barang bukti," ujar tetangga HS yang enggan disebutkan namanya kepada TribunJakarta.com, Senin (13/5/2019).
Dikatakannya, saat HS bersama polisi datang untuk mengambil barang bukti di rumahnya yang berada di gang padat penduduk, warga sekitar memang berkumpul.
Mereka penasaran dengan kasus yang menjerat pemuda tersebut.
"Kemarin ramai warga kan dia datang kesini dikawal polisi buat ambil barang bukti katanya," katanya.
Menurut dia, HS yang sejak kecil tinggal di kawasan itu dikenal sebagai anak yang baik dan tak pernah membuat masalah.
"Anaknya mah baik enggak pernah macam-macam makanya kasihan juga dia bisa jadi begitu," ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua RT 09/07 Harto K Seha yang baru tahu tindakan HS usai polisi mendatangi rumahnya pada Minggu (12/5/2019) kemarin.
Awalnya Hasto sempat mengira kedatangan polisi berpakaian preman itu untuk menanyakan soal pemilu mengingat dia juga merupakan Ketua KPPS.
"Kemarin pagi itu ada dua polisi pakaian preman ke rumah saya nanya soal HS dan memang benar itu warga saya. Kemudian saya tunjukin rumahnya tapi ternyata kosong," kata Harto.
Dikatakan Harto, dua polisi itu tetap berada di rumahnya meski telah mendapatkan informasi bahwa HS telah diamankan di rumah kerabatnya di Perumahan Metro, Parung, Kabupaten Bogor, pada Minggu pukul 08.00 WIB.
Sebab, sekitar Puku 09.30 WIB, HS beserta polisi dari Subdit Jatanras Polda Metro Jaya mendatangi rumah HS untuk melakukan penggeledahan dan mengambil barang bukti.
"Pas penggeledahan itu ada beberapa barang bukti yang dibawa yakni jaket, peci dan tas yang dipakainya pas demo itu," kata Harto.
Harto menambahkan, secara umum HS dikenal sebagai anak yang baik dan aktif berorganisasi di lingkungannya.
"Dia itu baik, dan aktif juga di karang taruna, intinya bukan anak nakal yang suka nongkrong-nongkrong lah, kerjanya juga di bidang wakaf Alquran," kata Harto.
Rencana Menikah
Niat HS (25) untuk menikah pasca Idul Adha nanti terancam batal usai dirinya ditangkap Subdit Jatanras Polda Metro Jaya.
Pasalnya, HS harus berurusan dengan hukum lantaran mengancam akan penggal kepala Presiden Joko Widodo sewaktu mengikuti aksi di depan Kantor Bawaslu pada Jumat (10/5/2019).
Padahal rencana HS yang akan menikah itu telah diketahui oleh warga sekitar rumahnya di gang RT 09/07, Palmerah, Jakarta Barat.
"Iya dia memang mau menikah rencananya abis lebaran ini atau lebaran haji sama orang Subang atau Cikampek saya kurang tahu pastinya, tapi yang jelas udah tunangan," ujar Ketua RT 09/07 Palmerah, Harto K Seha ditemui di rumahnya, Senin (13/5/2019).
Harto mengatakan HS memang tingggal di wilayah tersebut sejak lahir. Saat ini ia tinggal hanya berdua bersama ayahnya.
"Dia ini memang asli anak sini, dia itu anak satu-satunya. Sekarang tinggal sama bapaknya doang semenjak orangtuanya cerai," kata Harto.
Ayahanda HS saat ini pun tak ada di rumahnya.
Pantauan wartawan TribunJakarta.com, rumah dua lantai semi permanen yang pintunya dipenuhi stiker Prabowo-Sandi tampak terkunci.
"Bapaknya kemarin sore sempat pulang terus pergi lagi mungkin lagi sibuk urusin anaknya ya saya juga enggak tahu dia dimana," kata Harto.
Tak Langsung Kabur ke Bogor
Meski sempat melarikan diri ke rumah saudaranya di Perumahan Metro, Parung, Kabupaten Bogor, keberadaan HS (25) berhasil terungkap aparat Subdit Jatanras Polda Metro Jaya pada Minggu (12/5/2019) Pukul 08.00 WIB.
Alhasil kurang dari dua hari usai mengancam akan memenggal Presiden Joko Widodo, HS telah meringkuk di penjara.
Harto Seha, Ketua RT 009 RW 007 Palmerah di tempat tinggal HS mengatakan bahwa warganya itu tak langsung melarikan diri seusai melakukan ancaman kepada Jokowi di depan Kantor Bawaslu pada Jumat (10/5/2019).
Dikatakannya, HS masih terlihat di wilayahnya hingga Sabtu (11/5/2019) sore.
"Hari Sabtu siang itu dia masih ada, saya masih ketemu dia biasa saja. Informasi dari warga saya yang melihat dia itu pergi itu Sabtu sore itu pas mau maghrib," kata Harto, Senin (13/5/2019).
Diduga, HS baru melarikan diri setelah video yang merekam aksinya itu viral di media sosial.
Saat itu, warga pun tak ada yang mencurigai kepergian HS karena mereka baru mengetahui kasus yang menjerat pemuda itu setelah polisi membawa HS ke rumahnya pada Minggu pagi untuk melakukan penggeledahan.
"Nah, saya itu enggak tahu apakah dia pergi sendiri apa dianterin pakai motor sama bapaknya karena kita juga enggak pada engeh," katanya.
Rumah HS Banyak Stiker Prabowo-Sandi
HS (25) pemuda yang mengancam akan memenggal Presiden Joko Widodo diketahui sebagai pendukung pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Hal tersebut terlihat dari banyaknya stiker paslon nomor 02 itu di pintu rumah HS di Jalan Palmerah Barat RT 9 RW 7, Palmerah, Jakarta Barat.
Pantauan wartawan TribunJakarta.com, tulisan Prabowo-Sandi Indonesia Menang tampak terpampang besar di ventilasi rumah HS yang berada di perkukiman gang sempit.
Selain itu, spanduk Anies-Sandi sewaktu masih bertarung di Pilkada DKI Jakarta juga masih tertempel di pintu rumahnya.
Bahkan, spanduk garuda merah bertuliskan angka 1 yang merupakan nomor urut Prabowo-Hatta di Pemilu 2014 juga masih tertempel di kaca rumahnya.
Saat ini rumah dua lantai tersebut dalam keadaan kosong.
Ayah HS yang tinggal serumah dengan sang anak tak berada dirumah sejak Minggu (12/5/2019) kemarin.
Ketua RT 09/07 Harto K Seha membenarkan bahwa HS merupakan pendukung 02.
"Kalau pendukung 02 memang iya, tapi kalau untuk seberapa fanatiknya saya enggak tahu ya karena dirumahnya juga enggak pernah ada pertemuan," kata Harto ditemui di rumahnya, Senin (13/5/2019).
Tetangga HS yang namanya enggan disebutkan namanya membenarkan bahwa HS merupakan pendukung 02.
Bahkan, HS juga sudah sering ikut dalam berbagai aksi unjuk rasa.
"Dia emang udah sering ikut aksi, dari mulai Aksi Bela Islam juga dia selalu ikut," kata warga tersebut
Namun untuk aksi di Bawaslu pada Jumat (10/5/2019) lalu, ia mengatakan kalau HS hanya berangkat bersama seorang temannya.
"Karena kan kemarin yang lain pada kerja jadi ga ada yang ikut. Biasanya sih ramai-ramai, mungkin dia kelepasan ya namanya suasananya lagi panas," ujarnya. (Tribunnews.com/TribunJakarta.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.