Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Keluarga Korban Meninggal Aksi 22 Mei Menolak Otopsi

Syafri Alamsyah (54), ayah Farhan, mengatakan, dirinya menolak otopsi karena tidak ada pihak berwenang yang mendampingi.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Keluarga Korban Meninggal Aksi 22 Mei Menolak Otopsi
ISTIMEWA
Foto capture almarhum Farhan Syafero. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Keluarga Farhan Syafero (30)- sebelumnya ditulis Farhan Safero--korban tewas dalam peristiwa ricuh di aksi demo 22 Mei 2019 di sekitar Gedung Bawaslu RI menolak tawaran otopsi dari pihak RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Syafri Alamsyah (54), ayah Farhan, mengatakan, dirinya menolak otopsi karena tidak ada pihak berwenang yang mendampingi.

"Awalnya saya kan minta surat kematian ke Cipto (RSCM). Tapi katanya harus diotopsi dulu supaya tahu penyebab kematian. Ya, saya menolak karena kepentingannya apa," ujar Syafri kepada Warta Kota di rumah duka, Kampung Rawa Kalong, Jalan Pramuka RT 03/07, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Kota Depok, Rabu (22/5/2019).

Baca: Hari Ini Pengguna WhatsApp Keluhkan Tidak Bisa Kirim Foto, Instagram Juga Ikut Bermasalah

"Kecuali ada lembaga yang mendampingi saya, yang peduli terhadap nyawa manusia, baru saya bersedia. Apakah Polri, Komnas HAM. Ini enggak ada," bilang Syafri.

Baca: Cerita Orangtua Tentang Adam Nooryan, Korban Meninggal Saat Aksi 22 Mei

Syafri pun meminta pihak berwenang dapat mengungkap penyebab kematian sang anak, sekaligus menuntut agar pelaku dihukum seberat-beratnya.

"Jadi kalau ada yang mau mengungkap, saya bersedia membantu. Harapannya ya diungkap sampai sejelas-jelasnya siapa yang menyebabkan anak saya sampai seperti itu," katanya.

Baca: Pengurus Masjid Al-Ittihad Tebet yang Diduga Fasilitasi Peserta Aksi 22 Mei Sudah Pulang

Dikatakannya, pihak RSCM tidak secara tegas mengatakan Farhan tewas akibat tertembak.

Berita Rekomendasi

Pihak RSCM, lanjut Syafri, hanya berkata bahwa anaknya meninggal dunia secara tidak wajar.

"Cipto sih enggak bilang karena kena peluru, cuma mati tidak wajar katanya. Tapi itu kelihatan kok bekas tembakan di bawah leher tembus ke belakang. Darahnya aja masih netes," ungkapnya.

Farhan meninggalkan satu istri dan dua anaknya yang masih kecil. Menurut Syafri, anaknya bekerja serabutan di Jakarta, mulai dari sopir hingga penjual kitab-kitab agama. 

Baca: Pengurus Masjid Al-Ittihad Tebet yang Diduga Fasilitasi Peserta Aksi 22 Mei Sudah Pulang

"Ya, meskipun meninggalnya seperti ini saya lega, karena selama ini kan dia agamanya kuat dan aktif di pengajian," katanya.

Sebelumnya diberitakan, Farhan disebut tewas saat menjaga rumah Imam Besar FPI, Muhammad Rizieq Shihab alias HRS, dalam aksi demonstrasi di sekitar Gedung Bawaslu RI, Rabu (22/5/2019) dini hari.

Menurut M Syarif Al Idrus, sahabat Farhan, korban yang merupakan anggota Majelis Taklim Nurul Mustofa, tewas dengan luka tembak di dada dan tembus hingga belakang.

Namun, menurut Syarif, Farhan tidak ikut aksi unjuk rasa di depan Gedung Bawaslu RI yang berlangsung sejak Selasa (21/5/2019) siang.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas