Mentan Amran Sulaiman Tinjau Langsung Program Serasi di Batola
Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di Kalimantan Selatan (Kalsel) sesuai harapan. Untuk
Editor: Content Writer
Yang kedua adalah teknologi. Yakni Water Management/Manajemen Air yang airnya harus tersikulasi, mengalir, tidak boleh mengendap, ini juga dapat mengangkat Ph tanah yang rendah.
"Kemudian yang ketiga adalah cara pengolahan. Pengolahan minimun tidak boleh diolah terlalu dalam, maksimal 30 cm sehingga ph rendah didalam tidak terganggu. Inilah tiga teknologi yang kita gunakan dan sudah berhasil. Bisa jadi nanti kedepan produksi bisa menjadi 10 ton tapi sekarang dari 2 ton menjadi 6 ton itupun sudah luar biasa," paparnya.
Produksi 2 ton menjadi 6 ton berasal dari Kalsel dan Sulsel. Tapi fokus Kementan ada 5 provinsi. Amran menyampaikan, target lahan seperti ini di Indonesia seluas 500 ribu hektar.
"Tahun lalu hanya 41 ribu hektar. Awal kita coba hanya 1000 hektar, naik 40 ribu dan tahun ini harus naik 10 kali lipat 500 ribu hektare," pungkas Mentan Amran.
Dalam kesempatan ini, Mentan Amran Sulaiman juga mendengarkan paparan dari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy terkait progress Program Serasi.
Di Kalsel potensi lahan rawa ada sekitar 257.300 ha. Dari jumlah tersebut yang sudah ada CP/CL (Calon Petani/Calon Lahan) seluas 160.481 ha. Sudah disurvey seluas 43.188 hektar dan sudah didesain seluas 38.121 hektar. Sementara yang dalam proses pekerjaan fisik kontruksi seluas 2.143 hektar. Yang sudah SP2D Rp 9,2 miliar dan yang dalam proses RPD Rp 26 miliar.
Dijelaskan Sarwo Edhy, melalui program ini, ditargetkan lahan yang belum pernah tanam bisa tanam sekali, yang sudah tanam sekali bisa dua kali, yang sudah tanam dua kali bisa dijadikam tiga kali. Sehingga terjadi optimalisasi dan nambah produksi untuk petani.
"Saat ini petani di Barambai, sudah tanam dua kali. Namun tanam pertama dengan menggunakan varietas lokal, produktivitasnya rendah yaitu 1,5-2 ton/ha. Sementara tanam kedua dengan varietas unggul, produktivitas naiknya 3-4 ton/ha," jelas Sarwo Edhy.
Rendahnya produktivitas pada tanam pertama karena petani pakai bibit varietas lokal. Disamping itu disebabkan suplai air ke sawah sangat kurang dan pupuk dolomit untuk menyuburkan lahan.
"Dengan Program Serasi, diharapkan masalah air dapat diatasi, begitu juga bibit," harap Sarwo Edhy.
Dalam program Serasi bertumpu pada sejumlah kegiatan. Di antaranya pembuatan polder keliling dan tanggul pada saluran tersier dengan menggunakan excavator, normalisasi kanal sekunder pada daerah irigasi rawa dengan menggunakan excavator dan pembuatan saluran tersier baru untuk membawa air hingga ke tengah lahan.
Program ini juga melibatkan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan). Seperti traktor roda 2, traktor roda 4 dan bulldozer D21 yang didesain khusus untuk lahan rawa untuk proses pengolahan lahan.
Selain itu, juga dilakukan langkah menaikkan ph tanah dengan menggunakan berbagai teknologi. Di antaranya penggunaan amelioran kapur pertanian dan mikroba tanah. Juga dilakukan pemanfaatan decomposer hasil riset Balittra untuk mempercepat proses penguraian sisa-sisa rumput belukar yang dibersihkan.
"Sehingga tidak diperlukan pembakaran. Dan Penggunaan benih resisten genangan dan kemasaman, seperti Inpar," tuturnya.