Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menyingkap Sosok 6 Tersangka Kasus Dugaan Rencana Eksekusi 4 Tokoh Nasional dari Sekitar Rumahnya

Hasil penelusuran tribun terhadap kediaman 6 tersangka kasus dugaan perencanaan pembunuhan dalam aksi 22 Mei 2019 di Jakarta.

Editor: Adi Suhendi
zoom-in Menyingkap Sosok 6 Tersangka Kasus Dugaan Rencana Eksekusi 4 Tokoh Nasional dari Sekitar Rumahnya
Kompastv
Kadiv Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal menunjukkan foto tersangka AV dalam konferensi pers kasus kepemilikan senjata yang akan digunakan dalam aksi kerusuhan 21 dan 22 Mei dan rencana pembunuhan. Konferensi pers berlangsung di Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Senin (27/5/2019). 

Selain itu, AZ pun berperan dalam merekrut eksekutor lainnya.

Tribunjakarta.com (grup trinbunnews.com) menyambangi kediaman AZ yang berada di RT 3 RW 9, Serua, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Ketua RT setempat bernama Kaliman menjelaskan seluk beluk AZ.

AZ diketahui bernama Azwarmi, pria kelahiran 6 Juni 1975 asal Sama Dua, Aceh.

Kondisi rumah Azwarmi (44), terduga pembunuh bayaran yang terkait dengan kerusuhan 22 Mei, di bilangan Serua RT 3 RW 9, Serua, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (29/5/2019).
Kondisi rumah Azwarmi (44), terduga pembunuh bayaran yang terkait dengan kerusuhan 22 Mei, di bilangan Serua RT 3 RW 9, Serua, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (29/5/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/JAISY RAHMAN TOHIR)

Azwarmi memiliki seorang istri bernama Mely (42) dan tiga anak perempuan.

Ia baru tinggal di Ciputat sekira tiga tahun lalu.

Kaliman, mengungkapkan Azwarmi kepada dirinya mengaku sebagai anggota TNI.

Berita Rekomendasi

"Ngakunya si TNI cuma saya enggak pernah ngeliat seragamnya apa gimana," ujar Kaliman ditemui di rumahnya.

Namun, pada 2018 Azwarmi meminta ganti keterangan pekerjaan kartu keluarga (KK) dan KTP dari yang sebelumnya anggota TNI menjadi wiraswasta.

Kaliman mengatakan, pergantian identitas itu sebagai syarat untuk masuk sebagai tim sukses Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.

"Dia memang pernah bilang masuk BPN. Ya saya bilang Alhamdulillah namanya kalau bergabung BPN kan sudah dianggap namanya," ujar Kaliman.

Namun saat pergantian KK dan KTP itu, Kaliman meminta bukti ketidakaktifan Azwarmi di TNI.

Azwarmi memperlihatkan surat disersinya di ponsel hanya sebentar.

"Saya ngelihat dikit doang. Tapi Saya langsung lihat 'dengan tidak hormat' gitu," ujarnya.

Kaliman tidak heran dengan disersi tersebut.

Menurutnya, Azwarmi anggota TNI yang dinas di Sigli, Aceh, tapi terlalu lama tinggal di Ciputat sampai beberapa tahun.

"Ya berapa tahun enggak absen, kan ibaratnya gitu ya mas," ujarnya.

Kaliman mengetahui Azwarmi bertugas di sebuah perusahaan sekuriti swasta bernama Artha Guard yang berkantor di bilangan Serpong Utara, Tangarenag Selatan.

"Dia ngakunya sih kerja di perusahaan keamanan gitu dah. Nah saya sempat minta nama perusahaannya itu dikasih bundelnya, itu," ujar Kaliman sambil menunjukkan bundel profil Artha Guard.

Semenjak penangkapan Azwarmi memang pria yang memiliki seorang istri dan tiga orang anak itu tidak kelihatan di lingkungan rumahnya.

"Sehari pas dia ngilang. Istri sama anak-anaknya dijemput saudaranya, kakaknya kali ya yang TNI juga," ujarnya.

4. IR

Menurut kepolisian IR berperan akan menjadi eksekutor dalam aksi 22 Mei,

IR diketahui tinggal di sebuah rumah kontrakan berukuran sekira 3 x 6 di gang tak jauh dari lokasi ia ditangkap di daerah Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

TribunJakarta.com yang menyambangi rumah kontrakan itu pun diterima Angel (28) istri IR.

Pantauan wartawan TribunJakarta.com, beberapa stiker Prabowo-Sandi terlihat menempel di pintu dan jendela kaca rumah tersebut.

Stiker yang ukurannya cukup besar tertempel di pintu rumah lengkap dengan gambar garuda merah dengan tulisan Indonesia Menang, Prabowo-Sandi.

Tampak depan rumah kontrakan Irfansyah atau IR (45) di daerah Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (27/5/2019) malam.
Tampak depan rumah kontrakan Irfansyah atau IR (45) di daerah Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (27/5/2019) malam. (TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra)

Angel mengatakan stiker itu memang sudah lama dipasang, tepatnya sejak masa kampanye pemilu 2019 berlangsung.

"Itu stikernya sudah lama emang dipasangnya dari pas pemilu itu dikasih sama relawan," kata Angel kepada TribunJakarta.com, Selasa (28/5/2019).

Kendati rumahnya dipenuhi stiker Prabowo-Sandi, Angel mengaku tak tahu soal afiliasi politik suaminya.

"Kalau pilihan politik itu kan hak masing-masing ya, saya juga enggak pernah nanya dan dia juga enggak pernah ngomongin politik," kata Angel.

Selain itu, Angel menyebut suaminya selama ini tak pernah terlibat aksi yang mendukung salah satu paslon.

Namun, sebelum ditangkap sang suami memang mengatakan akan mengikuti aksi unjuk rasa yang digelar di Bawaslu pada 21 Mei 2019.

"Sebelumnya suami emang bilang mau ikut aksi itu. Sehabis makan malam dia pergi ke lapangan, dia emang suka nongkrong di sana," kata Angel.

Angel menuturkan suaminya merupakan mantan prajurit TNI AD yang disertir lebih dari lima tahun lalu.

Itu pun sewaktu belum menikahi Angel.

"Dulu dia TNI AD, tapi sudah keluar sejak sebelum nikah sama saya. Kalau enggak salah ada masalah soal tugas tapi persisnya saya enggak tahu," katanya.

Angel tak mengetahui persis apa pekerjaan IR.

Suaminya seakan tertutup untuk membicarkan masalah pekerjaan, bahkan kepada istrinya.

Sepengetahuannya, sang suami kerap diminta mengawal seseorang.

"Dia suka diminta ngawal-ngawal aja, saya juga kurang tahu pastinya," kata Angel.

5. AD

AD ditangkap polisi Jumat (24/5/2019).

Menurut kepolisian AD berperan sebagai penjual tiga pucuk senjata api kepada tersangka HK.

Polisi menyebut AD mendapat keuntungan sebesar Rp 26 juta dari penjualan senjata api tersebut.

Rabu (29/5/2019) siang, TribunJakarta.com mencoba menelusuri kediaman AD yang berada di Kelurahan Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara.

"Oh yang ditangkap sama Polda itu? Yang gara-gara senjata api? Itu si Adnil," kata seorang warga, Ateng, yang kemudian menunjukkan lokasi rumah tersangka.

Pantauan di lokasi, rumah AD alias Adnil tampak berkelir merah muda dengan pagar besi berwarna hitam di depannya.

Kediaman AD alias Adnil di Jalan Pembangunan III, RT 08/RW 09, Kelurahan Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara.
Kediaman AD alias Adnil di Jalan Pembangunan III, RT 08/RW 09, Kelurahan Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara. (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Rabu (29/5/2019) siang terpantau rumah Adnil tampak sepi tanpa ada aktivitas berarti.

Rumah Adnil mempunyai teras rumah yang tak begitu besar.

Di teras itu, terparkir satu unit motor dan di luar rumahnya tampak terparkir dua motor lainnya.

Baca: Tiket Pesawat di Aplikasi Online Bisa Naik Berkali Lipat, Kemenhub Lakukan Langkah Ini

Baca: Polisi Tahan Kivlan Zen, Langkah Pengacara ke Depan hingga Menhan Ragukan Kivlan Terlibat

Tampak pula sejumlah pakaian dijemur di teras rumahnya.

TribunJakarta.com lantas mencoba mengetuk pagar rumah tersebut dan mengucapkan salam serta sapaan, hanya saja tak ada yang menyahut maupun membukakan pintu rumah itu.

Berdasarkan keterangan warga yang sedang berkumpul di depan rumah itu, diketahui rumah itu sedang kosong.

Setelah Adnil ditangkap, rumah itu kini ditempati sang istri.

Hari ini, istri Adnil diketahui sedang menjenguknya di tahanan Polda Metro Jaya.

"Denger-denger sih istrinya lagi jenguk ya, di Polda apa," ujar seorang wanita warga setempat yang menolak menyebutkan namanya.

Wanita tersebut kemudian mengaku tak melihat bagaimana suasana saat Adnil ditangkap.

Ia hanya tahu Adnil pernah ditangkap polisi beberapa tahun lalu atas kasus penyalahgunaan narkoba.

"Saya mah nggak liat pas dia ditangkapnya. Yang saya tahu dia tinggalnya udah dari kecil di situ. Pernah ditangkap juga kasus narkoba. Itu udah lama, tahun 2000 berapa saya lupa," kata wanita itu.

Ketika ditanyai soal sosok AD alias Adnil, wanita itu mengatakan bahwa tersangka merupakan pribadi yang gemar bergaul.

Selama bertahun-tahun tinggal di rumah tersebut, Adnil diketahui kerap kali berkumpul dan mengobrol dengan tetangganya.

"Ramah sama warga sekitar mah. Biasa aja sering bergaul, ngobrol sama warga kok," ucapnya.

Kemudian, TribunJakarta.com mencoba menggali keterangan kepada ketua RT 08/RW 09 Rawa Badak Utara.

Hanya saja, hasilnya nihil lantaran siang ini ketua RT setempat sedang tidak ada di rumah.

6. AF

Asmaizulfi alias AF alias Fifi (53) menjadi satu-satunya wanita yang menjadi tersangka dalam kasus tersebut.

Menurut kepolisian AF berperan sebagai pemilik dan penjual senpi revolver ilegal Taurus kepada tersangka HK.

Diketahui, Fifi merupakan istri Mayjen (Purn) Moerwanto.

Fifi juga merupakan Ketua Gempur (Gerakan Emak-emak Peduli Rakyat), organisasi sayap pendukung Prabowo-Sandiaga.

Warta Kota pun mendatangi kediaman Fifi di Komplek Zeni AD, Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2019).

Bayu Putra Harfianto (28) anak dari Fifi (53) yakin ibunya tersebut tidak mungkin melakukan perencanaan pembunuhan terhadap siapa pun, terlebih kepada pejabat negara.

Ia yakin ibunya tidak tahu menahu soal rencana pembunuhan terhadap 4 tokoh nasional seperti yang ramai diberitakan media belakangan ini.

Menurutnya ibunya hanya tahu pinjam uang dan jaminannya adalah senjata api pemberian rekan ayahnya.

Foto kediaman tersangka AF yang tersangkut kasus kepemilikan senjata ilegal di kawasan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan (29/5/2019). Keluarga berharap kasus yang menjerat ibunya dapat selesai secepatnya agar bisa melewatkan moment idul fitri bersama-sama. Tribunnews/Jeprima
Foto kediaman tersangka AF yang tersangkut kasus kepemilikan senjata ilegal di kawasan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan (29/5/2019). Keluarga berharap kasus yang menjerat ibunya dapat selesai secepatnya agar bisa melewatkan moment idul fitri bersama-sama. Tribunnews/Jeprima (TRIBUN/Jeprima)

Sang ibu, kata Bayu, tak tahu senjata akan dipergunakan untuk apa oleh HK alias Iwan.

Bayu menuturkan, saat ibunya diamankan polisi pada Jumat 24 Mei lalu, di bank BRI di Jalan MH Thamrin, ia sedang bekerja di kantornya di kawasan Kebon Sirih.

"Saya dikasih tahu bapak saya, sore hari kalau ibu ditangkap. Saya masih di tempat kerja saat itu," kata Bayu saat ditemui Warta Kota di rumahnya di Komplek Zeni AD, Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2019).

Baca: Ani Yudhoyono Dikabarkan Kembali Masuk ICU, Jane Shalimar Tulis Pesan Doa : Ibu Kuat Laksana Baja

Baca: Joan Mir Janji Bangkit di MotoGP Italia 2019

Dari informasi yang didapatnya, kata Bayu, saat ditangkap polisi ibunya hendak mentransfer uang di bank BRI di Jalan MH Thamrin Jakarta.

"Ibu saya mau transfer uang ke saudara saya di Pekanbaru. Tapi saat itu langsung diamankan polisi. Waktu itu ibu saya berdua dengan temannya dari anggota Gempur," kata Bayu.

Sementara saat itu, kata Bayu, ayahnya, Mayjen (Purn) Moerwanto, sedang membuat laporan terkait kecurangan Pilpres ke Bawaslu dan beberapa pihak lain bersama pendukung pasangan capres Prabowo-Sandi.

Meski mengaku masih shock, Bayu mengaku tetap bersabar seperti pesan ibunya.

"Sehabis ditangkap polisi saya sudah ketemu ibu di tahanan Polda Senin kemarin. Ibu minta saya dan adik-adik tetap bersabar dan tetap percaya sama ibu," kata Bayu.

Bayu Putra Harfianto (28), anak pertama AF mengatakan, ia dan ketiga adiknya serta semua keluarganya sama sekali tidak percaya ibunya ikut serta merencanakan pembunuhan ke 4 pejabat negara bersama para tersangka lainnya.

"Saya sama adik-adik dan semua keluarga sangat percaya ibu nggak akan merencanakan pembunuhan pada siapapun, " kata Bayu.

Sebab, kata Bayu, ibunya memang tidak tahu soal itu.

Pada kasus ini ibunya bisa tersangkut, karena sebenarnya cuma masalah utang piutang saja sama Iwan, seorang tersangka lain.

Ibunya pinjam uang ke Iwan dan jaminannya yang diminta senjata itu, pemberian rekan ayahnya.

Bayu juga menyayangkan pemberitaan dan informasi yang beredar bahwa seakan-akan ibunya benar-benar turut serta merencanakan pembunuhan.

"Seolah-olah di media, ibu saya nyediain senjata dan nyuruh mereka tembak nih bunuh. Padalah tidak. Ibu saya nggak tahu senjata yang digadaikannya ke Iwan mau dipakai untuk apa," kata Bayu.

Bayu pun mengungkapakan bagaimana sang ibu dalam keluarga begitu demokratis khususnya soal pilihan presiden.

"Saya sama adik nomor tiga dukung Jokowi. Kalau yang bungsu kan belum nyoblos. Saya pribadi kalau bicara ke ibu saya bilang saya Jokowi. Waktu nyoblos 17 April kemaren pun, saya Jokowi," kata Bayu.

Hal itu, kata Bayu, adalah hal yang lumrah di keluarganya karena sejak dulu keluarganya sangat demokratis.

"Suasana di keluarga kami memang demokratis sejak dulu. Karena beda pilihan ini kita jadi sering bercanda, terutama kalau makan. Ibu bilang dengan bercanda ke adik saya jangan dengerin omongan saya karena saya cebong. Lalu kita bales candaannya dan kita ketawa semua," papar Bayu.

Ia mengakui ibunya sempat mengarahkan diri dan adiknya nomor 3 untuk mencoblos Prabowo-Sandi.

"Ibu coba mengarahkan itu pastilah. Tapi ini kan demokrasi dan ibu sadar itu, kalau kita punya pilihan masing-masing, nggak apa-apa," katanya.

Karenanya, kata Bayu, kalau ibunya disalahkan dan dijadikan tersangka hanya karena mendukung Prabowo, maka demokrasi saat ini sudah tidak benar.

"Berarti gak demokrasi dong," katanya.

Menurut Bayu, sebelum hari pencoblosan Ia dan ibunya sering berdiskusi tentang kelebihan Prabowo dan kekurangan juga kelebihan Jokowi dan kekurangannya.

"Saya sering diskusi sama ibu tentang Prabowo tentang Jokowi, soal kelebihan dan kekurangan mereka. Jadi bagi kita ini biasa, ini demokrasi," katanya. (wartakota/tribunnews.com/ tribunjakrta.com/ tribunnewsbogor.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas