Membaca Makna Di Balik Kunjungan AHY Ke Jokowi Dan Megawati
langkah-langkah AHY itu sebaiknya dibaca dalam langkah konsolidasi politik Partai Demokrat pasca pilpres.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tidak lagi bisa dibaca sekedar langkah rekonsiliasi politik langkah-langkah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat lebaran pertama, Rabu (5/6/2019).
Menurut Pengamat Politik, Ray Rangkuti, langkah-langkah AHY itu sebaiknya dibaca dalam langkah konsolidasi politik Partai Demokrat pasca pilpres.
"Langkah-langkah AHY bertemu dengan Jokowi paska pemungutan suara 17 April lalu sampai sekarang, lebaran pertama ke istana, tidak lagi bisa dibaca sekedar langkah rekonsiliasi politik," ujar Ray Rangkuti kepada Tribunnews.com, Kamis (6/6/2019).
Mengapa? Dia menjelaskan ada beberapa faktor, diantaranya, posisi Partai Demokrat di koalisi bukanlah partai yang menentukan.
Sejauh posisi Demokrat di dalam koalisi memang seperti ada dan tiada.
Oleh karena itu, imbuh dia, pertemuan berulang AHY dengan Jokowi tidak mewakili politik rekonsiliatif koalisi Prabowo Subianto dengan koalisi Jokowi.
"Dan faktanya memang, berbagai langkah itu malah dikritik oleh partai koalisi Prabowo," jelasnya.
Baca: Terbangkan Balon Udara Liar Bisa Dipidana
Selain itu memang ada komunikasi politik antara Ketua Umum PDIP Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang selama ini dikenal mandeg.
Tapi, dia melihat, Mega dan SBY menyadari bahwa persoalan personal mereka memang tidak boleh menghambat dinamika politik yang lebih besar bagi kedua pihak. Apalagi dalam situasi yang saling menguatkan.
"Dan pelaku utamanya bukanlah mereka berdua tapi masuk ke generasi berikutnya. Dalam rangka inilah, kemampuan keduanya menahan ego personal memungkinkan langkah AHY dan Jokowi tidak mendapat sandungan," paparnya.
Khususnya AHY, tampaknya ada perubahan strategi politik yang drastis.
"Dari menunggu ke mendatangi. Dari biasanya pasif ke aktif," ucapnya.
Menurut dia, hal ini terjadi tidak lepas dari evaluasi internal pihak SBY. Belajar dari berbagai pengalaman terlambat secara politik dalam beberapa kasus terakhir, mengakibatkan strategi politik harus diubah.
"Bila selama ini lebih banyak menunggu, saatnya langsung menjemput. Dan strategi terlihat jauh lebih ampuh dan sesuai dengan usia AHY," jelasnya.