Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

RA Ternyata Berbagi Pengalaman Merakit Bom Antar Sesama Lonewolf

RA mempelajari cara merakit bom dari latihan dan belajar di Internet melalui media Youtube

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in RA Ternyata Berbagi Pengalaman Merakit Bom Antar Sesama Lonewolf
Tribunsolo.com/Asep Abdullah Rowi
Pelaku bom bunuh diri Rofik Asharudin (22) dimasukkan ke dalam ambulance milik Polresta Solo di RSUD Dr Moewardi di Jalan Kolonel Sutarto, Kecamatan Jebres, Solo, Selasa (4/6/2019) sekitar pukul 04.10 WIB 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaku bom bunuh diri di Sukoharjo bernama RA (22) diketahui berstatus sebagai lonewolf dalam melancarkan aksi terorismenya.

Namun, Mabes Polri menegaskan hal itu tidak berarti yang bersangkutan tidak memiliki jaringan komunikasi atau berkomunikasi dengan para lonewolf atau sleeping sel lainnya.




"Yang bersangkutan dari hasil keterangan masih lone wolf artinya sleeping sel, namun demikian sleeping sel tidak berarti dia seorang diri secara individu," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/6/2019).

"Memang dia tidak terafiliasi jaringan JAD atau kelompok organisasi teroris yang terstruktur. Tetapi dia memiliki jaringan komunikasi dengan sleeping-sleeping sel yang lain, itu yang sedang didalami (oleh Densus 88)," imbuhnya.

Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu menyebut RA mempelajari cara merakit bom dari latihan dan belajar di Internet melalui media Youtube.

Baca: Terduga Teroris Bom Pospam Kartasura Disebut Dibaiat Langsung Pimpinan ISIS Al Baghdadi

Dari hasil penggeledahan di kediaman orang tua tersangka, didapat sejumlah bom beberapa paket hingga detonatornya.

BERITA TERKAIT

Yang bersangkutan, kata Dedi, juga saling bertukar pengalaman dalam hal merakit bom antar sesama lonewolf. Pihaknya masih terus mendalami informasi yang diperoleh dari pelaku tersebut.

"Merakit bom itu didapat dari latihan dan belajar di internet dari Youtube. Itu ada automate bom itu sudah ada disitu beberapa paket sampai membuat detonator itu sudah ada, lagi didalami Densus 88. Kemudian dia juga membagi, tukar menukar pengalaman merakit bom antara sesama lonewolf, ini lagi didalami," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyinggung satu kejadian menonjol selama Ramadhan 2019, yakni peristiwa bom bunuh diri di Pos Pengaman (Pospam) Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (3/6) lalu.

Tito mengatakan kesimpulan sementara yang diambil oleh kepolisian, aksi yang dilakukan oleh RA itu termasuk dalam aksi lonewolf.

Baca: Terjadi Ledakan di Studio Tempat Syuting Film Bond 25, Satu Crew Terluka

"Nah dalam kasus ini sampai hari ini, kesimpulan kita sementara sudah mendekati 90 persen ya bahwa itu adalah lonewolf," ujar Tito, pasca Salat Ied, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (5/6/2019).

Ia menyebut sejumlah alasan yang membuat kepolisian berkesimpulan seperti itu. Pertama, yang bersangkutan ketika diperiksa memberikan keterangan bahwa mempelajari terorisme dari internet atau sosial media.

Di kediaman orang tua tempat pelaku tinggal juga ditemukan sejumlah bahan pembuat bom yang dirakitnya dengan belajar melalui internet pula. Bahan itu pun dibeli sendiri oleh yang bersangkutan.

Alasan ketiga dilihat dari amatirnya RA dan bom yang tidak meledak secara sempurna. Tito mengatakan bila yang bersangkutan termasuk profesional tentu ledakan bom pasti besar dan tubuhnya akan hancur berkeping-keping.

Mantan Kapolda Metro Jaya itu juga melihat bahwa RA tak memiliki jaringan yang signifikan dalam aksi terorisme.

Baca: Berada di dalam Mobil Selama 15 Jam, Bayi Ini Ditemukan Tewas

"Dilihat dari jaringannya, juga tidak ada jaringan yang signifikan. Meskipun dia pernah mengikuti satu pengajian yang dalam kelompok itu memang ada yang pernah terpapar jaringan terorisme, tapi sementara kami menyimpulkan bahwa serangan Ini adalah serangan lonewolf," kata dia.

"Serangan yang dilakukan sendiri, teradikalisasi sendiri, membuat bom sendiri, mengambil inisiatif sendiri, mensurvei sendiri. Itu pun kita lihat juga dari operasi yang relatif gagal karena yang kena dia sendiri," tukas Tito.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas