BNPB Catat Jumlah Bencana Indonesia dan Korban Meninggal Januari-Juni 2019, Simak Penjelasannya
Simak jumlah bencana Indonesia dan korban meninggal dari Januari-Juni 2019 yang dicatat BNPB.
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Simak jumlah bencana Indonesia dan korban meninggal dari Januari-Juni 2019 yang dicatat BNPB.
TRIBUNNEWS.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah bencana dan korban meninggal di Indonesia yang terjadi dari Januari-Juni 2019.
Dalam konferensi pers di kantor BNPB, Jakarta Timur, Kepala Subdirektorat Peringatan Dini BNPB, Bambang Surya Putra, menerangkan jumlah bencana dan korban meninggal, Jumat (28/6/2019).
Dilansir Kompas.com, Bambang mengungkapkan, sebanyak 2.047 bencana terjadi di Indonesia dari Januari-Juni 2019.
Dari seluruh bencana tersebut, sebanyak 366 orang meninggal dunia.
Baca: Gunung Sinabung Kembali Meletus, Berikut 3 Rekomendasi BNPB Bagi Masyarakat
Baca: BNPB Rekomendasikan Ibu Kota di Pindah ke Pulau Kalimantan, Ini Pertimbangannya
"(Sebanyak) 366 orang meninggal dunia, 24 orang hilang, 1.497 orang luka-luka, dan 1.633.702 orang mengungsi. Bencana-bencana tersebut juga mengakibatkan sekitar 33.011 unit rumah rusak. Ada yang rusak berat, rusak ringan dan seterusnya," kata Bambang, dikutip Tribunnews dari Kompas.com.
Sebanyak 98 persen bencana didominasi oleh hidrometeorologi.
Bencana yang disebabkan oleh hidrometeorologi berkaitan dengan air dan cuaca, seperti banjir, tanah longsor, hingga angin puting beliung.
Pada bulan Juni, 116 bencana terjadi di Indonesia.
Wilayah yang terkena bencana tersebut antara lain Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan, hingga Sulawesi sebanyak 17 orang.
17 orang tersebut meninggal akibat banjir (8 orang), longsor (8 orang), dan kebakaran hutan dan lahan (1 orang).
Jika dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama, terjadi peningkatan jumlah bencana pada tahun ini periode Januari-Juni 2019.
Jumlah bencana yakni sebesar 15,4 persen dengan total bencana 1.774 kejadian.
Di samping itu, jumlah korban juga meningkat.
Jumlah korban yang semula 181 orang meninggal dan hilang di 2018, menjadi 390 orang meninggal dan hilang di 2019.
Dengan kata lain, peningkatan jumlah korban mencapai hampir 50 persen.
Bambang mengatakan, meningkatnya jumlah bencana pada setengah tahun 2019 menandakan ancaman bencana yang nyata.
Peningkatan tersebut menjadi tugas bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk menciptakan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
"Bagaimana kemudian kita menciptakan kesiapsiagaan, bagaimana kita bisa melakukan mitigasi untuk mencegah risiko bencana dan bagaimana kita bisa menyosialisasikan upaya-upaya penanganan bencana dari berbagai jenis bencana yang kerap terjadi di Indonesia," kata Bambang, dikutip Tribunnews dari Kompas.com.
Sementara itu, lima provinsi teratas yang banyak terjadi bencana antara lain Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Lima kabupaten/kota dengan catatan kejadian bencana terbesar yakni Kota Semarang, Bogor, Sukabumi, Cilacap, dan Garut.
Bambang menuturkan, terdapat aturan baru mengenai standar pelayanan minimal kebencanaan oleh Kemendagri melalui keputusan Mendagri Nomor 101 tahun 2018.
Dengan peraturan baru tersebut, Bambang berharap kejadian bencana bisa diminimalisir.
Mudah-mudahan dengan adanya standar pelayanan minimal yang harus dilaksanakan oleh setiap pemerintah daerah kabupaten/kota, kejadian bencana bisa ditekan. Seandainya itu harus terjadi, masyarakat bisa lebih siap siaga dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi di masa depan," ujarnya.
Jumlah Bencana Januari-Mei 2019
Sebelumnya, Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB, Lilik Kurniawan, mengatakan, sepanjang 2019 terjadi 1.901 bencana.
Dilansir Kompas.com, bencana-bencana tersebut menyebabkan 349 orang meninggal, 24 hilang, serta ribuan mengalami luka-luka.
“Saya akan sampaikan data bencana 2019, 1 Januari sampai 31 mei terjadi 1.901 bencana. Menyebabkan 349 orang meninggal dunia, 24 hilang, 1.485 luka luka, 1.239.439 mengungsi,” ujar Lilik dalam konferensi pers terkait penanggulangan bencana di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (31/5/2019), dikutip Tribunnews dari Kompas.com.
“4.143 rusak berat, 4.285 rusak sedang, 17.565 rusak ringan. 856 fasilitas umum rusak,” lanjutnya.
Lilik menuturkan, dari keseluruhan bencana itu, 98 persen merupakan bencana hidrometerologi, sedangkan 2 persen sisanya geologi.
Ia kemudian menjabarkan tiga bencana terbesar di tahun ini.
Pertama yakni longsor di Sulawesi Selatan pada 22 Januari 2019.
Selanjutnya banjir dan longsor Sentani 16 Maret, serta ketiga banjir dan longsor di Bengkulu 27 Maret.
“Longsor Sulsel 82 meninggal, 3 hilang, 47 luka luka. Banjir longsor Sentani 112 meninggal, 7 hilang, 965 luka. Banjir longsor di Bengkulu 24 meninggal, 4 hilang, 4 luka,” jabarnya.
Ia menyatakan, dibandingkan lima bulan pertama di 2018, bencana di 2019 mengalami peningkatan yang signifikan sekitar 300 peristiwa.
Hal itu juga diikuti dengan jumlah korban jiwa yang lebih banyak.
“Kalau kita sandingkan antara tahun ini dan 2018, dalam 5 bulan pertama di 2018 dan 2019 jumlah kejadian meningkat. 2018 itu 1.640 bencana, 2019 ada 1.901,” ujar Lilik, dikutip Tribunnews dari Kompas.com.
“Meninggal dan hilang 2018 sebanyak 189, sedangkan 2019 jadi 373 orang,” sambungnya.
Sementara itu, pada April 2019, telah terjadi 256 kejadian bencana alam.
Akibatnya, 58 orang meninggal dunia dan 11 orang hilang dalam satu bulan.
Dilansir Kompas.com, BNPB menyebut kejadian bencana yang melanda Indonesia dalam bulan April beragam, mulai dari banjir hingga letusan gunung api.
"Dari 256 kejadian di antaranya paling banyak terjadi adalah banjir dan tanah longsor. Selanjutnya diikuti puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, letusan gunung api, dan gelombang pasang atau abrasi," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Gedung BNBP, Jakarta Timur, Selasa (30/4/2019), dikutip Tribunnews dari Kompas.com.
BNPB juga mencatat sebanyak 111.876 orang mengungsi dan terdampak dari bencana alam sepanjang April 2019.
91 persen dari korban merupakan mereka yang terdampak banjir.
"Persentase korban yang menderita dan mengungsi akibat banjir ada 103.974 jiwa, tanah longsor 2.501 jiwa, 6.500 gempa bumi, 423 letusan gunung api, dan 37 orang akibat gelombang pasang atau abrasi," katanya.
Selain korban jiwa, lanjut Sutopo, pihaknya juga mencatat kerugian materil.
Kerugian terbesar masih diakibatkan oleh banjir.
"Dari banjir itu terdapat kerusakan rumah sebanyak 650 unit, tanah longsor 379 unit, puting beliung 381 unit, gempa bumi 140 unit, dan gelombang pasang 8 unit," paparnya.
Sutopo menuturkan, bencana banjir memang sedang marak terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Salah satu banjir terbesar pada April 2019 ini terjadi di Provinsi Bengkulu.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia/Christoforus Ristianto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.