Ajakan Jokowi Ke Prabowo-Sandi Bukan Sinyal Bagi-bagi Kursi Kabinet
Demokrasi yang sehat adalah demokrasi yang memiliki mekanisme checks and balances.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengamat Politik Sebastian Salang mengatakan ajakan Joko Widodo (Jokowi) kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak berarti sebagai bagian dari bagi-bagi jatah kabinet.
Menurut dia mendukung pemerintahan terpilih mengandung makna yang luas.
Bahkan menjadi oposisi yang konstruktif juga adalah bentuk dukungan kepada pemerintah dan demokrasi agar semakin sehat.
"Ajakan Jokowi itu, tidak dimaknai sebagai sinyal membagi kursi kabinet. Pak Jokowi paham betul bahwa jauh lebih strategis jika Gerindra berada pada posisi penyeimbang," ujar pendiri Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) tersebut kepada Tribunnews.com, Selasa (2/7/2019).
Demokrasi yang sehat adalah demokrasi yang memiliki mekanisme checks and balances.
"Pemerintahan yang sehat adalah pemerintahan yang memiliki sistem kontrol yang efektif," jelasnya.
Baca: KPAI Datangi SMPN 30 Telusuri Informasi Viral Postingan Tidak Pasang Foto Presiden
Dia melihat, ajakan Jokowi kepada Prabowo-Sandiaga lahir dari pemikiran dan semangat bahwa semua anak bangsa memiliki tujuan, niat baik dan keinginan untuk memajukan bangsa dan mensejahterakan rakyat.
Karena dua pasangan calon yang ikut berkompetisi pada pilpres 2019 lalu itu memiliki visi, misi dan program untuk memajukan Indonesia.
Jadi ketika Jokowi-KH Maruf Amin menang dan memimpin Indonesia lima tahun kedepan, adalah tepat jika mengajak pasangan Prabowo-Sandi untuk bersama-sama membangun bangsa.
"Mungkin dalam visi, misi atau program Prabowo -Sandi ada yang bagus dan tidak ada pada Jokowi bisa saling melengkapi dan mendukung, toh tujuan akhirnya sama yakni utk negeri ini," ucapnya.
Jokowi Ajak Prabowo-Sandiaga Membangun Bangsa
Presiden terpilih Jokowi mengajak Prabowo-Sandiaga untuk bersama-sama membangun bangsa.
Sebab, menurut Jokowi, Indonesia adalah negara besar yang tidak bisa dibangun hanya dengan satu dua orang saja.
Pernyataan ini disampaikan dalam pidato Jokowi di rapat pleno terbuka penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden terpilih Pemilu 2019.