Angkie Yudistia Luncurkan Buku Ketiga: Become Rich As a Socio-Preneur
Wanita Cantik Angkie Yudistia (32) , CEO Thisable Enterprise, luncurkan buku ketiganya berjudul "Become Rich As a Socio-Preneur".
Editor: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wanita Cantik Angkie Yudistia (32) , CEO Thisable Enterprise, luncurkan buku ketiganya berjudul "Become Rich As a Socio-Preneur". Selama 1,5 tahun buku ini diselesaikan oleh wanita berkacamata yang selalu berhijab ini.
Apa yang mendasari Angkie Yudistia menulis buku ini? Kali pertama saat terjun langsung ke dunia komunitas disabilitas sekitar tahun 2009, membuat Angkie merasa memiliki banyak teman yang seperjuangan, walaupun dengan layar belakang pendidikan yang berbeda. Dia sebagai mahasiswi S1 & S2 komunikasi sekaligus dengan program akselerasi memiliki pandangan yang berbeda dalam mengembangkan isu disabilitas. Setelah itu dirinya terus belajar mencari lebih banyak tentang isu disabilitas baik dalam skala nasional dan internasional.
Keingintahuannya itu membawa Angkie belajar isu disabilitas hingga ke luar negeri untuk skala internasional. "Waktu itu saya mengikuti program di Bangkok, Thailand. Lalu skala Europe di Strasbourg, Prancis, skala United States, Washington DC - San Fransisco, Ohio, Minessota. Dan selalu kembali ke Tanah Air dengan kaya akan ilmu pengetahuan tentang perkembangan isu disabilitas secara global," katanya saat konferensi pers peluncuran buku Become Rich As a Socio-preneur, Jumat 5 Juli 2019.
Dia melanjutkan dari sinilah dasar dirinya membuat buku ini setelah 10 tahun lama-nya berkecimpung langsung di dunia social enteprise. "Dulu, di Indonesia sangat jarang sekali hingga tidak ada teman diskusi, tapi sekarang banyak sekali yang mendirikan social enterprise, bahagia rasanya semakin banyak yang terus berjuang. Dan buku ini adalah pengalaman teknis seluk beluk social enterprise," kata ibu dua anak ini.
Untuk mewujudkan buku ini, dia melakukan banyak hal untuk riset tidak sekadar membaca lebih banyak buku. "Juga flashback pengalaman, browsing , dan berdiskusi, itu perlu berbulan bulan lamanya hingga buku ini berhasil diterbitkan."
Tantangannya pun banyak. Angkie sebagai Chief Executive Officer di @thisable.id, seorang istri, dan ibu dari anak-anak harus pintar-pintar untuk membagi waktu menyelesaikan buku ini yang tentu saja bolak balik di revisi. Tapi karena memang niatnya ingin diselesaikan, maka dijalankan dengan riang gembira.
Terkait sociopreneur, Angkie berpendapat sekaligus memprediksi perkembangan di Indonesia akan semakin banyak. "Khususnya untuk generasi muda, karena mereka juga berusaha ingin memecahkan masalah atau ketidakseimbangan yang terjadi di masyarakat."
Dia melengkapi pendapatnya itu demikian, "Walaupun tujuan utama seorang sociopreneur bukanlah profit tapi lebih untuk meluaskan gerakan yang dilakukannya ke lingkungan masyarakat yang lebih luas. Maka dari itu, berbisnis untuk kegiatan sosial, tapi kita memastikan bahwa kebutuhan diri sendiri dan keluarga juga terpenuhi. Hal ini sangat penting karena untuk bisa berbisnis secara berkesinambungan, dibutuhkan kesejahteraan dari si pelaku bisnis sosial itu sendiri.
Dengan berbisnis untuk kepentingan sosial, seorang sociopreneur Indonesia membutuhkan modal, business plan, hingga sistem marketing yang jelas dan efektif agar berjalan konsisten hingga bertahun-tahun lamanya dan semakin besar dampak positif yang dihasilkan.
"Banyak yang awalnya mengira, jadi sociopreneur susah menjadi kaya. Gimana mau kaya, keuntungannya dipakai untuk kegiatan sosial. Tapi makin kesini banyak kok yang berminat untuk menjadi seorang sociopreneur. Saat ditanya, jawabannya beragam. Salah satunya polling terbanyak adalah ingin melakukan sesuatu yang lebih baik. Bagi mereka, senyum di wajah orang-orang yang mereka bantu merupakan suatu kekayaan yang sangat bernilai."
Keberhasilan seorang sociopreneur tidak hanya dilihat dari profit atau keuntungannya saja, tapi juga dampak yang di hasilkan dari usahanya. Kalau tidak bisa menghasilkan keuntungan finansial dari usahanya, bagaimana mungkin bisa terus melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. "Jadi, seorang sociopreneur sama seperti entrepreneur lainnya, yakni harus pandai berhitung. Memiliki modal untuk usaha, dan juga harus menghasilkan keuntungan demi mengembangkan usahanya," tutup Angkie.