Viral Video Pengakuan Sutopo Semasa Hidup soal Dugaan Penyebab Kanker Paru-paru yang Ia Derita
Sebuah video yang merekam pernyataan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho semasa hidup viral di media sosial Facebook.
Penulis: Daryono
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah video yang merekam pernyataan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho semasa hidup viral di media sosial Facebook.
Video tersebut diunggah oleh laman facebook @suaratanparokok, Senin (8/7/2019).
Dalam video tersebut, Sutopo bercerita tentang penyebab penyakit kanker paru-paru yang ia derita meski ia bukan seorang perokok.
Menurut Sutopo, ia menduga terserang kanker paru-paru karena ia menjadi perokok pasif.
Baca: Mengenang Sosok Sutopo, Mahfud MD Mengaku Melihat Sorot Mata yang Berbinar-binar dari Sutopo
Sutopo kemudian menceritakan saat-saat dimana ia divonis kanker paru-paru stadium 4.
Ia mengaku mengalami batuk-batuk dan nyeri di tulang sejak lama.
"Saya ke rumah sakit, ke dokter paru, disuruh rontgen kemudian di suruh CT scan, dokter mengatakan sampeyan sakit kanker paru-paru stadium 4, ya tentu saya syok," ujar dia.
Tak hanya Sutopo, keluarga pun ikut syok.
Bahkan saat pertama kali dikasih tahu oleh dokter, Sutopo mengaku menangis.
Hal ini karena kanker adalah penyakit yang tidak ada obatnya.
Sutopo kemudian mengatakan ia bukanlah perokok, begitu pula keluarganya.
"Saya hidup sehat, ya ada kemungkinan salah satu sebabnya adalah saya perokok pasif," kata Sutopo.
Sutopo kemudian berpesan kepada generasi muda terutama anak-anak untuk tidak merokok.
Fakta-fakta Pemakaman Sutopo
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia akibat kanker paru-paru yang diidapnya.
Sutopo menghembuskan napas terakhirnya di Guangzhou, China, pada Minggu (7/7/2019).
Pada Senin (8/7/2019), jenazah mendiang Sutopo telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sasonolayu, Jawa Tengah.
Baca: Bak Lirik Mantan Terindah Raisa, Dunia Pun Sulit Lupakan Pesona Sutopo, Pukau Media Internasional
Jenazah Sutopo tiba di Boyolali pukul 06.32 WIB melalui Bandara Adi Soemarmo setelah diterbangkan dari Jakarta.
Berikut rangkuman fakta-fakta pemakaman jenazah Sutopo hari ini dikutip dari TribunSolo.com :
1. Dibawa ke rumah duka tempat Sutopo lahir
Jenazah Sutopo Purwo Nugroho tiba di rumah duka di Boyolali pada Senin (8/7/2019) pukul 07.27 WIB.
Rumah kediaman Sutopo berada di Jalan Jambu RT 7, RW 9, Desa Surodadi, Kelurahan Siswodipuran, Kabupaten Boyolali.
Pantauan dari TribunSolo.com di lapangan, kedatangan jenazah di Boyolali tersebut diiringi isak tangis sang istri,Retno Utami.
Sementara itu di lokasi rumah duka Sutopo yang juga tempat kelahiran Sutopo ini sudah terlihat ramai sejak pukul pagi untuk menyambut kedatangan Sutopo.
Kedatangan Jenazah di rumah Sutopo di sambut oleh pelayat, Badan Penanggulanagan Bencana Daerah (BPBD) atau relawan BPBD dari berbagai daerah , TNI, dan Polri.
Jajaran TNI dan BPBD sudah mulai berbaris di sepanjang jalan masuk rumah ketika jenazah Sutopo tiba untuk memberikan penghormatan.
Sebagai bentuk penghormatan para pelayat menyolatkan jenazah di rumah duka.
Sebelum sakit kanker paru-paru Sutopo kerap pulang ke Boyolali untuk mengunjungi ibundanya, Sri Roosmandari.
Sementara itu pada pukul 08.00 WIB akan dilakukan prosesi pesemayamaan.
2. Muhammad Ivanka Rizaldy Nugroho antar ayahanda ke liang lahat
Muhammad Ivanka Rizaldy Nugroho menjadi sosok yang paling mencuri perhatian ribuan pelayat saat jenazah Sutopo Purwo Nugroho dimasukkan ke liang lahat di TPU Sasonolayu, Kabupaten Boyolali, Senin (8/7/2019).
Anak sulung dari Sutopo itu, tampak setia menemani ayahandanya hingga ke peristirahatan terakhir.
Dia hadir di TPU yang hanya berjarak ratusan meter dari rumah duka Jalan Jambu, Kampung Surodadi RT 7, RW 9, Kelurahan Siswodipuran, Kabupaten Boyolali pukul 08.30 WIB.
Meskipun tangan dan pundaknya dipegang erat oleh dua orang di sampingnya, Ivanka tampak tidak mau melewatkan detik demi detik sebelum jenazah ayahandanya dimasukkan ke liang lahat di Jalan Perintis Kemerdekaan selama-lamanya sekitar pukul 08.57 WIB.
"Paling tegar, anak yang berbakti," ujar sejumlah pelayat terdengar berbisik saat Apel Persada pemakaman Sutopo yang dipimpin Kepala BNPB, Doni Monardo.
Bahkan Ivanka menjadi orang paling pertama menaburkan bunga sebelum lubang makam yang telah berisi jenazah ayahandanya itu, diurug dengan tanah kembali.
Perwakilan Keluarga Besar Sutopo, Joko Prabowo menyampaikan terima kasih terhadap ribuan pelayat dan pemerintah dalam hal ini BNPB yang dipimpin Doni Monardo.
"Kami mohon Pak Sutopo dimaafkan jika ada salah, dan doanya bagi beliau," harap dia.
Keluarga lanjut dia, sangat kehilangan Sutopo yang selama ini menjadi kebanggaan pihak keluarga dan juga bangsa Indonesia.
"Keluarga (bapak dan ibu) syok, karena kehilangan seorang kebanggaan," aku dia.
Baca: Optimis Sembuh, Ini Keinginan Sutopo Purwo Nugroho yang Belum Terwujud Sebelum Meninggal Dunia
Namun menurut dia, keluarga termasuk istri Retno Utami Yulianingsih dan anaknya Ivanka serta Muhammad Aufa Wikantyasa Nugroho berusaha menerima takdir dari Allah.
"Kami terima secara ikhlas," jelasnya.
3. Kesaksian penggali kubur
Penggalian tanah di tempat pemakaman umum (TPU) Sasonolayu, Kabupaten Boyolali hanya membutuhkan waktu singkat.
Makam itu akan digunakan untuk tempat peristirahatan terakhir Sutopo.
Di balik penggalian tanah di TPU Sasonoloyo, Jalan Perintis Kemerdekaan itu, ada seorang sosok penting bernama, Suwarto (56).
Pak Warto sapaan akrabnya yang menjadi Ketua Tim Penggali Kubur di TPU Sasonolayu itu, mengaku hanya membutuhkan waktu singkat untuk menggali tanah selebar 1,5x2,5 meter dengan kedalaman 1,5 meter lebih.
"Biasanya 4 jam lebih, bahkan ada yang seharian," ungkapnya kepada TribunSolo.com.
"Makam Pak Sutopo mudah digali hanya 2 jam lebih," aku dia membeberkan.
Pria yang sudah 15 tahun menjadi penggali kubur itu menerangkan, tanah di TPU Sasonolayu yang tidak jauh dari rumah duka di Jalan Jambu RT 7, RW 9, Kampung Surodadi, Kelurahan Siswodipuran, Kabupaten Boyolali, mempunyai tekstur tanah keras.
"Bentuknya padas, banyak batu besar saat menggali, tapi makam Pak Sutopo hanya kerikil kecil, Alhamdulillah cepat," terang dia.
Hal senada juga dijelaskan Suparno.
Pria 71 tahun yang ikut menggali tanah peristirahatan terakhir untuk Sutopo itu menuturkan, penggalian tanah sangat mudah.
"Ya mungkin karena kebaikan Pak Sutopo semasa hidup, bermanfaat untuk banyak orang di Indonesia," tuturnya.
"Tanahnya itu gembur (tidak keras), jadinya menggalinya mudah banget," papar dia menekankan.
4. Kesaksian pengangkat peti jenazah
Hari Minggu (7/7/2019) malam, Pukul 22.35 WIB, jenazah Sutopo Purwo Nugroho akhirnya tiba di kediamannya di Perumahan Raffles Hills Blok I6 No.15, Sukatani, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.
Setibanya di rumah duka, peti jenazah Sutopo pun langsung ditandu dari dalam ambulans oleh lebih dari delapan orang yang diantaranya adalah petugas BNPB.
Peti jenazah Sutopo, diletakkan di sebuah meja di depan kediamannya, untuk menjalani prosesi penyerahan dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kepada Kepala BNPB Doni Monardo.
Afresia Jembar Brata satu dari sejumlah orang yang mengangkat peti jenaza Sutopo, mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak merasakan berat ketika menggotongnya dari dalam ambulans.
"Sama sekali gak berat, enteng banget itu peti jenazahnya," ujar Afresia pada TribunJakarta.com di kediaman almarhum Sutopo, Minggu (7/7/2019).
Lanjut Afresia, dirinya yang juga merupakan petugas BNPB seperti merasakan kehilangan yang mendalam ketika mengangkat peti jenazah Sutopo.
"Kayak ada yang hilang pas ngangkatnya, beneran. Kayak gak nyangka peti jenazah yang saya angkat ini di dalamnya berisi pak Topo," ujar Afresia.
Terakhir, Afresia mengatakan sosok Sutopo baginya merupakan suri tauladan yang sangat baik semasa hidup hingga akhir hayatnya.
"Pastinya saya sendiri sangat merasa kehilangan, beliau merupakan suri tauladan yang sangat baik semasa hidup hingga akhir hayatnya," tandasnya.
(Tribunnews.com/Daryono) (TribunSolo.com/Asep Abdullah/Tribun Palu)