Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Herayati, Anak Tukang Becak yang Lulus S2 ITB dalam 10 Bulan dengan Predikat Cum Laude

Setelah lulus S1 dan S2 dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan predikat cum laude, Herayati kini mendapatkan paket umrah gratis.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kisah Herayati, Anak Tukang Becak yang Lulus S2 ITB dalam 10 Bulan dengan Predikat Cum Laude
TRIBUN JABAR/HUMAS ITB
Herayati 

Tak disangka, orangtuanya rupanya mendukung penuh keinginan putrinya.

"Orangtua dibilang sama tetangga, "Sudah Pak, Hera mah dikuliahin saja". Nah pas Hera bilang mau ke ITB, orangtua sebenarnya khawatir tapi enggak pernah bilang "jangan". Jadi mungkin khawatirnya dipendam," ujar Hera.

"Bahkan orangtua saya bilang, "masalah biaya urusan belakangan yang penting masuk dulu"," sambungnya.

Sejak SMA, Hera pun mulai mengerjakan soal-soal seleksi perguruan tinggi.
Bahkan, dia sempat mendapatkan beasiswa untuk belajar di bimbingan belajar persiapan seleksi perguruan tinggi.

"Pas kelas XII ikut try out SBMPTN yang ada soal ITB-nya. Se-Banten saya dapat peringkat empat nilainya. Yang peringkat 1-5 se-Banten dikasih beasiswa di bimbingan belajar itu," kata Hera.

Perempuan yang pernah bersekolah di MAN 2 Cilegon ini rupanya masuk ke ITB melalui jalur SBMPTN.

Saat pendaftaran SNMPTN ia sempat tak diterima di ITB.

Berita Rekomendasi

Saat daftar seleksi bersama itu, dia juga mendaftar beasiswa bidik misi.

"Tapi sebelum masuk ITB, saya lebih dulu diterima di sebuah universitas negeri di Jakarta. Tapi, universitas itu mewajibkan untuk menyetorkan uang daftar ulang dulu," ujar Hera.

"Karena sebelumnya belum tahu keterima di ITB, jadi Hera ambil. Daftar ulangnya, orangtua saya bahkan sampai jual emas," katanya.

Singkat cerita, Hera lebih memilih ITB ketimbang perguruan tinggi tersebut.

Dia akhirnya bisa masuk melalui jalur SBMPTN dan menerima beasiswa bidik misi.

Selama kuliah di ITB, dia pun mengaku tak pernah kekurangan meskipun keluarganya terbatas dari segi ekonomi.

"Karena Hera punya keyakinan, rezeki tuh selalu dapat terus selama masa kuliah," ujar Hera.

Selama masa kuliah, dia rupanya pernah mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Cilegon, Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Jenderal Moeldoko, dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.

Bahkan, untuk mendapatkan uang tambahan, Hera juga bekerja paruh waktu sebagai guru privat bagi mahasiswa tingkat pertama ITB.

Ternyata, di dua semester pertama, nilai akademiknya tidak terlalu baik, karena jumlah matakuliah yang beragam di Program TPB.

"Setelah masuk program studi sarjana kimia, karena suka dengan kimia, nilai menjadi meningkat drastis," ujar Hera.

Dalam menyelesaikan tugas akhir S1, Herayati mengembangkan suatu sintesis yang berasal dari kulit udang yang dapat digunakan untuk menyerap limbah timbal pada air Sungai Cikapundung.

“Penelitian saya yang dibimbing Ibu Dr Deana Wahyuningrum dapat membantu untuk mengurangi polusi air. Terlebih timbal merupakan logam berat yang berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya.

Sosok orangtua, dikatakan anak bungsu dari empat bersaudara ini, adalah sosok yang terus membuatnya tetap semangat menjalani studi di ITB.

Semangat itu, ujarnya, juga harus dibarengi dengan rajin beribadah dan berdoa.

“Kedua orangtua selalu mendukung saya. Beliau tak pernah mengeluh walau kondisi ekonomi dalam keadaan yang terbatas. Maka dari itu saya berusaha untuk terus berprestasi di ITB,” kata Hera.

Setelah lulus nanti, dia bercita-cita ingin menjadi dosen di daerahnya, Cilegon, Banten.

"Saya ingin membaktikan diri kepada daerah yang sudah mendukung saya selama studi di ITB, saya juga sangat senang mengajar dan meneliti," kata Hera.

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Kisah Herayati, Anak Tukang Becak yang Lulus S2 ITB dalam 10 Bulan, Kini Dapat Hadiah Umrah Gratis
Penulis: Yongky Yulius 

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas