Sanggra Belajar Tari Bali Demi Lolos Paskibraka
I Gusti Agung Bagus Kade Sanggra Wira Adhinata (16) atau akrab dipanggil Sanggra ini berbagi kisah perjuangananya untuk lolos
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Dua bus besar yang membawa 68 anggota Paskibraka 2019 masuk area PP-PON Cibubur, Jakarta Timur, Rabu (14/8) sore. Rombongan bus bertuliskan 'Paskibraka 2019' di kaca depan ini baru tiba dari Istana Negara. Para Paskibraka selesai melakukan gladi kotor jelang upacara peringatan HUT Ke-74 Republik Indonesia.
Baca: Gelar Gladi Kotor, Ini Daftar Nama Anggota Paskibraka Nasional 2019 dari 34 Provinsi, Siap Bertugas
Berhenti di halaman Aula Wisma Soegondo Djojopoespito, 68 anggota Paskibraka turun secara teratur. Sebagian dari mereka tampak baru terbangun dari tidurnya. Seorang pembina Paskibraka lalu menginstruksikan semua anggota Paskibraka duduk lesehan di sebuah lorong gedung Wisma Soegondo Djojopoespito.
Di situ, mereka mendapatkan wejangan khusus dan cerita tentang nilai-nilai Pancasila, persatuan dan kesatuan, jiwa nasionalisme dan penghargaan kepada jasa-jasa pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
Dua di antara mereka adalah I Dewa Agung Ayu Alamanda Diastari dan I Gusti Agung Bagus Kade Sanggra Wira Adhinata yang berasal dari Provinsi Bali.
I Gusti Agung Bagus Kade Sanggra Wira Adhinata (16) atau akrab dipanggil Sanggra ini berbagi kisah perjuangananya untuk lolos ke tahap seleksi Nasional sebagai Paskibraka 2019.
Baca: Anggota Paskibraka di Bogor Hilang Sejak Akhir Juli, Terakhir Pamit Pergi untuk Belajar Kelompok
Selain porsi latihan fisik yang ditambah, siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Mendoyo ini harus belajar sebuah kesenian yakni tari Bali. Sebab, satu dari sekian syarat lolos menjadi Paskibraka adalah bisa menunjukkan budaya asal.
"Bagi yang pintar menari ya menari. Kalau pintar menyanyi ya menyanyi. Kalau Sanggra menari. Belajar menari karena Sanggra tidak pernah menari. Saat ikut seleksi saya belajar menari," ungkap Sanggra kepada Tribun Network.
Baca: Kisah Wisko Pralistra, Anak Sopir Truk yang Lolos Jadi Anggota Paskibraka di Istana Negara
Putra dari pasangan I Gusti Agung Komang Sunarta dan Luh Putu Suadi ini sempat mempertanyakan maksud diadakan seleksi kesenian sebagai syarat menjadi Paskibraka.
Sanggra mendapat jawaban dalam pelatihan baris-berbaris ada ketukan langkah dan tempo. Hal yang sama juga ditemukan dalam menari sekaligus untuk melestarikan budaya."Jadi kalau di sini ditanya apa budaya Bali, kalau tidak tahu kan malu juga," tambahnya.
Ia mendapat pesan khusus dari dua orangtuanya setelah terpilih mewakili Provinsi Bali menjadi Paskibraka. Mereka berpesan agar Sanggra terus rendah hati dan berdoa agar lancar dalam menjalankan tugas sebagai Paskibraka.
Baca: Terpilih jadi Paskibraka Nasional, Tri Rela Sebulan Penuh Tanpa Gawai
"Kalau pesan khusus orangtua jaga diri, tetap berdoa. Sanggra disuruh menyebut nama leluhur karena leluhur Sanggra masih mengikuti sampai sekarang," katanya.
Pecah Telur
I Dewa Agung Ayu Alamanda Diastari (16) atau akrab dipanggil Manda menceritakan perjalanannya hingga berhasil lolos seleksi tingkat nasional. Siswi kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Bangli ini mengaku mengikuti semua tahapan seleksi dari tingkat sekolah, kabupaten hingga berhasil ke tingkat nasional.
Seleksi tahap pertama yakni fisik, pelatihan baris-berbaris dan psikotes. Khusus di Bali, kata Manda, ada tes kesenian yang harus dilakukan oleh peserta. Mulai dari tari dan bernyanyi.
Untuk lolos ketahap nasional, perempuan yang bercita-cita masuk Akademi Kepolisian (Akpol) ini pun mempersiapkan fisik persiapan dari pola hidup. Menari juga memerlukan fisik yang tangguh. Selain itu, dia bertanggung jawab untuk melestarikan kebudayaan Bali. "Harus unsur budaya sebagai satu dari sekian syarat lolos," tutur Manda kepada Tribun Network.
"Target saya memang ke nasional karena kabupateng saya sudah 10 tahun vakum dan tidak mengirimkan Paskibra ke nasional. Berusaha memecahkan telur," ujar Manda.
Begitu mengetahui diri Manda terpilih sebagai anggota Paskibraka, orangtuanya merasa sangat bangga. Sang ayah, I Dewa Agung Anom Sandiarta, menurut Manda telah memiliki firasat putrinya akan lolos seleksi.
"Dia berdoa sebaik mungkin buat Manda, tetap rendah hati biar tidak sombong kepada orang lain. Pesan khusus orangtua ke Manda itu tetap rendah hati, tetap berdoa karena tanpa usaha dan doa semuanya akan sia-sia," ungkapnya.