Tokoh Papua Ajak Masyarakat Bersatu Lawan Rasisme
John Norotouw imbau masyarakat Papua untuk tidak terprovokasi dan hidup rukun dengan sesama orang Indonesia
Penulis: Deodatus Pradipto
Laporan wartawan Tribun Deodatus Pradipto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Papua belum sepenuhnya sembuh dari pengalaman masa lalu.
Mereka masiih terluka oleh sejarah di masa lalu.
Oleh karena pengalaman yang demikian pahit tersebut, masyarakat Papua membutuhkan sentuhan batin.
Hal tersebut dikatakan oleh John Norotouw, tokoh Papua, kepada Tribun Network, Senin (19/8/2019).
Menurut John meskipun masyarakat Papua mendapatkan triliunan rupiah dari dana otonomi khusus, hal tersebut tidak mampu menyembuhkan luka kemanusiaan.
John menilai para elite Papua belum sepenuhnya menolong masyarakat menemukan jati diri mereka sebagai warga Indonesia.
"Rakyat marah bukan karena anak-anak mahasiswa dipukul, tetapi karena mereka disebut monyet. Monyet tidak mungkin menerima orang Indonesia di Papua," kata John yang berada di Jayapura.
John Norotouw menyebut orang-orang bukan asli Papua lebih maju di Papua.
Pada saat yang sama, orang asli Papua justru jauh tertinggal di kampung halamannya sendiri.
Menurut John ini yang menjadi latar belakang kemarahan masyarakat Papua.
Selebihnya, masyarakat Indonesia belakangan ini mengalami kebebasan yang berlebihan seperti hak untuk mengatakan apa saja.
Contohnya adalah perkataan rasis sehingga dapat merusak citra kerukunan bangsa.
"Rasisme sudah ditinggalkan oleh masyarakat madani," ujarnya.
John Norotouw mengajak segenap masyarakat Indonesia untuk bersatu melawan rasisme.
Dia menilai hal tersebut berguna untuk menjaga keutuhan Indonesia.
"Masyarakat Papua harus terus hidup rukun dengan sesama Indonesia di Papua," kata John.
John juga mengimbau masyarakat Papua untuk tidak terprovokasi.
Dia mengatakan ada kelompok lain yang ingin memanfaatkan momentum peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia untuk mengacaukan keutuhan bangsa.