Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Asal Usul Nama Habibie yang Tak Banyak yang Diketahui Publik

Acara pemakaman akan didahului dengan penyerahan jenazah dari keluarga kepada negara sekitar pukul 12.30 WIB.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Asal Usul Nama Habibie yang Tak Banyak yang Diketahui Publik
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Presiden Ke 3 RI BJ Habibie hadir pada konferensi pers rencana produksi film Habibie & Ainun 3, di Jakarta, Kamis (4/4/2019). Film Habibie & Ainun 3 tersebut akan mengisahkan tentang masa muda Hasri Ainun Besari, yang akan diperankan oleh Maudy Ayunda. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Pada saat itu, Rudy yang baru berusia 13 tahun mengaku sangat memahami pilihan ibunya untuk mengirimnya berlayar tiga hari tiga malam jauh dari keluarga.

"Saat itu ibu mengatakan, saya tidak mau melepasmu sendiri tapi saya harus melaksanakan agar kamu selalu nomor satu dan selalu menjadi panutan, kamu harus laksanakan tugasmu," papar Habibie dengan mata berkaca-kaca.

Berkat ketegaran ibunya tersebut, Rudy akhirnya dapat menjelma menjadi Habibie yang dikenal seperti saat ini.

Prestasi

Pada semasa hidupnya, Habibie juga pernah beberapa kali menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan saat masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Hal tersebut tidak terlepas dari keahliannya dalam bidang teknologi dirgantara dan Habibie memiliki gelar Prof Dr Ing yang disandangkan di bagian awal namanya.

Gelar tersebut ternyata menginspirasi banyak pihak, tidak terkecuali Hutomo Suryo Wasisto, ilmuwan diaspora Indonesia yang saat ini bermukim dan bekerja di Technische Universitat Braunschweig, Jerman.

BERITA REKOMENDASI

Ito kecil bercita-cita dapat memiliki gelar seperti yang diperoleh Habibie, yakni Prof Dr Ing.

"Saya lihat di televisi dan koran, ingin ke Jerman dan punya gelar seperti BJ Habibie. Waktu itu mimpinya sudah tinggi sekali. Teman-teman bilang enggak usah mimpi tinggi-tinggi, susah, bahasa Inggris juga pas-pasan," ujar Ito, panggilan akrab Hutomo Suryo Wasisto, kepada Kompas.com, Jumat (23/8/2019) di Jakarta.

Sejumlah karangan bunga berada di rumah duka almarhum Presiden ke-3 RI, BJ Habibie di Patra Kuningan, Jakarta, Rabu (11/10/2019). BJ Habibie meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RSPAD. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Sejumlah karangan bunga berada di rumah duka almarhum Presiden ke-3 RI, BJ Habibie di Patra Kuningan, Jakarta, Rabu (11/10/2019). BJ Habibie meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RSPAD. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Saat duduk di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Purbalingga, Ito selalu berhasil menempati peringkat pertama di antara teman-teman seangkatannya.

"Didikan orang tua menanamkan bahwa jangan lihat kita di mana. Meski di daerah, tapi lakukan yang terbaik. Belajar keras," ucapnya.

Setelah lulus sekolah menengah pertama, Ito melanjutkan ke sekolah menengah atas di Yogyakarta dan terpilih menjadi siswa yang masuk kelas akselerasi. Hal tersebut membuatnya hanya menempuh masa pendidikan selama dua tahun di SMA Negeri 3 Yogyakarta.


"Ada program kelas akselerasi, saya coba-coba aja dan diterima. Dari ratusan siswa, yang diterima cuma tiga orang dan sekolahnya cuma dua tahun," kata pria kelahiran 7 September 1987 itu.

Ia pun melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Gadjah Mada. Tepatnya di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro. Saat lulus, ia juga mampu keluar dan menjadi lulusan terbaik.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas