Ekosistem UMKM dan Koperasi Terkena Imbas Era Revolusi Industri 4.0
Hasil riset INDEF pada tahun 2018 menunjukkan bahwa keberadaan e-commerce mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 0,71 persen
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Era revolusi industri 4.0 telah mengubah perilaku masyarakat dalam berbelanja.
Pola konsumsi konvensional–pembeli dan penjual bertransaksi tatap muka– mulai bergeser kepada cara yang lebih praktis dan cepat.
Salah satunya, pemanfaatan internet melalui telepon pintar.
Perilaku ini mengakibatkan menjamurnya toko-toko online, e-commerce dan marketplace. Perputaran uang lewat platform ini cukup fantastis.
Baca: Koperasi Diharapkan Wujudkan Kota Bogor Sejahtera
Bank Indonesia menyebutkan bahwa di tahun 2019 ini, jumlah transaksi e-commerce per bulannya mencapai Rp 11–13 triliun.
Bahkan nilai pasar e-commerce Indonesia dinilai akan mencapai sekitar Rp 910 triliun pada 2022 (proyeksi McKinsey & Co).
Bisa dikatakan, angka tersebut meningkat delapan kali lipat dibandingkan 2017 yang nilainya sekitar Rp 112 triliun.
Baca: Kagama Gelar Seminar III Pra-Munas “Kesehatan Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0”
Kian berkembangnya e-commerce dan potensinya yang sangat besar ini perlu dijaga dan dimanfaatkan.
Tidak hanya bagi Pemerintah, tapi masyarakat secara luas.
Menurut iPrice, monthly active user (MAU) tertinggi e-commerce ini mencapai 137 juta pengguna setiap bulan.
Riset Tempo menyebutkan pengguna e-commerce di Indonesia masih di dominasi oleh perempuan.
Untuk daerah, Jawa masih menjadi konsentrasi kegiatan ekonomi digital.
Baca: Kepala BPPT: Insinyur Indonesia Harus Berperan Aktif di era Revolusi Industri 4.0
Hal ini berdasarkan survey yang dilakukan oleh tim Pusat Data dan Analisa Tempo dengan Responden yang didominasi usia mapan, berkisar dari 25 - 35 tahun.
Hasil riset memperlihatkan dua e-coomerce yang paling diingat oleh responden atau menjadi Top Of Mind adalah Tokopedia dan Shopee, begitu pula e-commerce yang paling sering dikunjungi memperlihatkan bahwa Tokopedia dan Shopee jauh mengungguli e-coomerce lainnya.
Baca: Tokopedia Care di Puri Kembangan Beroperasi 24 Jam Penuh
Jika dipisah secara gender, Shopee kuat di kalangan perempuan sedangkan Tokopedia kuat di kalangan laki-laki.
Sementara itu, yang menarik, di kalangan laki-laki, Bukalapak dan Shopee memiliki perbedaan persentase yang tidak terlalu jauh.
Mayoritas responden pernah melakukan pembelian di Tokopedia dan Shopee.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan, peran e-commercedalam mendorong perekonomian tidak bisa dinafikan meskipun kontribusinya masih kecil.
Hasil riset INDEF pada tahun 2018 menunjukkan bahwa keberadaan e-commerce mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 0,71 persen.
Baca: Rasio Kredit Macet Menurun, Bank Makin Hati-hati Salurkan Kredit UMKM
"Untuk meningkatkan kontribusi e-commerce diperlukan porsi yang lebih besar dari produk lokal, pemerataan akses dan kualitas Internet, serta penguatan sistem logistik nasional,” katanya saat talkshow Kontribusi E-Commerce pada Pertumbuhan Ekonomi di Jakarta, Kamis (19/9/2019).
Sekretaris Deputi Bidang Pembiayaan, Kementerian Koperasi dan UKM RI, Sutarjo mengatakan, permasalahan utama era perdagangan bebas dan era revolusi industri 4.0 akan berdampak terhadap ekosistem UMKM dan Koperasi, dan mengikutinya terjadi perubahan strategi bisnis yang mendasar.
"Di sisi lain sebagian besar Koperasi dan UMKM (KUMKM) belum siap bersaing dengan kendala utama keterbatasan akses pemasaran, keterbatasan akses permodalan, perizinan usaha belum satu pintu, dan terbatasnya riset dan pengembangan produk KUMKM,” katanya.