BNPB: 328.724 Hektare Lahan Terbakar, 89 Ribu Di Antaranya Lahan Gambut
Hutan dan lahan yang terbakar di sejumlah wilayah, baik Sumatera maupun Kalimantan mencapai 328.724 hektare.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hutan dan lahan yang terbakar di sejumlah wilayah, baik Sumatera maupun Kalimantan mencapai 328.724 hektare.
Dari jumlah tersebut, 89 ribu hektar merupakan lahan gambut.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo menyebut lahan gambut yang terbakar banyak berada di provinsi Riau mencapai 40.500 hektare.
Kemudian disusul Kalimantan Tengah sekitar 24 ribu hektare dan sisanya tersebar di Kalimantan Barat, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Ia menambahkan, karena yang terbakar 89 ribu hektare lahan gambut, penanganan pemadaman kebakaran hutan dan lahan terbilang sulit.
Baca: Andrea Dovizioso Pasrah Semakin Jauh dari Marc Marquez di Puncak Klasemen
Baca: Jadwal Tanding Wakil Indonesia di Korea Open 2019; Tommy Sugiarto Hadapi Wakil Malaysia
Baca: Mahasiswa Merangsek Masuk ke Halaman Gedung DPR-MPR RI Setelah Berhasil Merusak Pagar
"Kenapa tidak padam? karena yang terbakar sebagian besar adalah lahan gambut, dari 328 ribu hektar lahan yang terbakar, sekitar 89 ribu hektare adalah lahan gambut," ujar Doni saat konferensi pers di Graha BNPB, Pramuka, Jakarta Timur, Senin (23/9/2019).
Doni melanjutkan, data tersebut merupakan data dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), per 31 Agutus 2019, yang ditinjau dari satelit Sipongi.
Atas data tersebut, kemungkinan luasan lahan terbakar masih bertambah.
BNPB berkerja sama dengan TNI, BPPT, BNPB, Polri, KLHK, terus berupaya melakukan pemadaman
Diantaranya, pemadaman jalur darat, heli water bombing, maupun teknologi modifikasi cuaca (TMC).
BNPB mencatat telah menyiram 287.912.832 liter air dengan metode water bombing hingga penyemaian 176.016 kg garam untuk hujan buatan.
"Mari kita begandengan tangan untuk memberikan kontribusi apa yang bisa kita lakukan, termasuk masyarakat dapat menyiapkan masker, menyiapkan susu, memberikan ruangan berpendingin. Ini segala sesuatunya tentu perlu gotong royong," kata Doni.
Tidak efektif