Sikapi Kerusuhan di Wamena, Jokowi Imbau Masyarakat Tidak Gampang Percaya Kabar di Medsos
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau masyarakat senantiasa melakukan pengecekan setiap mendapat informasi dari media sosial.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau masyarakat senantiasa melakukan pengecekan setiap mendapat informasi dari media sosial.
Hal tersebut disampaikan Jokowi seiring dengan adanya kerusuhan di Wamena, Papua, Senin (23/7/2019) pagi.
Kerusuhan tersebut dipicu karena informasi bohong soal isu rasisme yang dilakukan seorang guru.
"Isu anarkis ini dimulai dan berkembang karena adanya berita hoaks. Oleh sebab itu saya meminta agar masyarakat setiap mendengar, setiap melihat di media sosial dikroscek dulu," tutur Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (23/9/2019).
Baca: Pria Berjanggut dalam Video Panas Vina Garut Ditangkap, Sempat Kabur Keluar Jawa
"Dicek terlebih dahulu jangan langsung percaya karena itu akan menganggu stabilitas keamanan dan politik di setiap wilayah," sambung Jokowi.
Dalam mengatasi persoalan di Papua, Jokowi mengaku telah mengadakan rapat koordinasi bersama Menko Polhukam Wiranto, Panglima TNI Hadi Tjahjanto.
Baca: Warga Kaget, Anak Kos yang Suka Main Mobile Legend itu Ternyata Anggota Densus yang Intai Teroris
Kemudian Kapolri Tito Karnavian, dan Kepala BIN Budi Gunawan, agar melakukan tindakan yang terukur.
"Sekali lagi jangan sampai fasilitas umum itu dirusak karena itu adalah milik kita semua. Jangan sampai ada kerusakan-kerusakan yang diakibatkan dari anarkisme," ucap Jokowi.
Diketahui terjadi kericuhan di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019).
Aparat kepolisian menduga kericuhan dipicu kabar hoaks terkait perkataan berbau rasisme.
Baca: Aparat Jaga Sejumlah Obyek Vital di Wamena, Situasi Mulai Kondusif
Informasi tersebut telah cepat menyebar luas dan memicu kemarahan massa.
Dari laporan jurnalis Kompas.com di Wamena, John Roy Purba, kemarahan massa diluapkan dengan membakar kantor bupati Wamena, rumah warga, PLN dan beberapa kios milik masyarakat.
Tak hanya itu, kerusuhan merembet ke sejumlah obyek vital lainnya, antara lain bandar udara Wamena.
Baca: Kerusuhan di Wamena, Berawal dari Kabar Hoaks hingga Pembatasan Internet Kembali Dilakukan
TNI dan Polri pun segera dikerahkan ke lokasi kerusuhan untuk mengendalikan situasi keamanan.
Berikut ini fakta seperti dikutip dari Kompas.com:
Penjelasan Kapolda Papua terkait informasi hoaks
Kapolda Papua Irjen Rudolf A Rodja memastikan alasan massa melakukan aksi anarkistis di Wamena adalah karena mereka termakan kabar tidak benar (hoaks).
"Wamena minggu lalu ada isu, ada guru yang mengeluarkan kata-kata rasis sehingga sebagai bentuk solidaritas mereka melakukan aksi," ujarnya di Jayapura.
Sementara itu, polisi sudah melakukan penyelidikan terkait benar tidaknya ujaran bernada rasialis tersebut.
Hasilnya, informasi itu tidak benar alias hoaks.
"Guru tersebut sudah kami tanyakan dan tidak ada kalimat rasis, itu sudah kami pastikan. Jadi kami berharap masyarakat di Wamena dan di seluruh Papua tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang belum tentu kebenarannya," tuturnya.
Warga panik dan ketakutan saat kerusuhan pecah di Wamena
Berdasar laporan dari John, akibat aksi massa tersebut sebagian warga panik karena kehilangan anggota keluarga.
Selain itu, kini semua warga di kota itu sudah mengungsi ke kantor polisi dan Kodim.
Sementara unjuk rasa massa masih berlangsung.
Massa berusaha merangsek masuk ke pusat bisnis Wamena.
Namun, mereka segera dihadang aparat kepolisian.
"Kami berharap pemerintah ataupun pihak swasta membantu kami yang kekurangan makanan. Kami juga butuh baju karena yang kami bawa cuma baju di badan saja," kata Jenab Napitupulu, salah satu warga Wamena.
Sebanyak 16 warga tewas dalam kerusuhan
Komandan Kodim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Diyanto mengatakan, terdapat 16 orang warga sipil yang tewas dalam kerusuhan.
Sementara, 65 orang lainnya menderita luka-luka.
"Untuk korban, 65 orang luka, 16 meninggal, itu sipil semua. Aparat sementara tidak ada korban," ujar Candra Diyanto saat dihubungi Kompas.com, Senin.
Namun, Candra belum bisa menjelaskan secara rinci penyebab korban tewas.
Saat ini, ia memastikan bahwa situasi mulai kondusif.
Namun, seluruh aparat masih dalam posisi siaga.
"Aparat stand by 24 jam, semua objek vital kita amankan. Secara umum untuk di kota kondusif, namun kita antisipasi ada aksi susulan," kata Candra.
Warga pilih mengungsi karena trauma
Akibat kerusuhan massa, ribuan warga di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, mengungsi Markas Polres dan Kodim Jayawijaya pascakerusuhan, Senin (23/9/2019).
Berdasarkan pantauan Kompas.com, setidaknya ada 3.000 pengungsi di Mapolres dan Makodim Jayawijaya.
Sebagian besar pengungsi mengaku trauma akan kerusuhan susulan.
Mereka juga telah kehilangan rumah akibat dibakar massa.
Sumber: KOMPAS.com (Rachmawati, Dhias Suwandi, John Roy Purba)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Fakta Baru Kerusuhan Wamena, 16 Orang Tewas hingga Ribuan Warga Mengungsi