Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BEM SI Tolak Bertemu Jokowi, Eks Aktivis 98: Kenapa Harus Khawatir Berkomunikasi dengan Pemerintah? 

Hari menilai seharusnya mahasiswa tersebut langsung menyambut ajakan dari Jokowi dan melakukan konsolidasi.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in BEM SI Tolak Bertemu Jokowi, Eks Aktivis 98: Kenapa Harus Khawatir Berkomunikasi dengan Pemerintah? 
Harian Warta Kota/henry lopulalan
DUA TAHUN JOKOWI - Massa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) melakukan unjukrasa di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (20/10). Unjukrasa bertepatan dengan dua tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo itu menuntut agar presiden merealisasikan program yang pro dengan rakyat. Warta Kota/henry lopulalan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Eks aktivis 98, Hari Purwanto, mengkritik sikap aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) yang menolak bertemu dengan Presiden Joko Widodo apabila syarat tuntutan mereka tak dipenuhi. 

Hari menilai seharusnya mahasiswa tersebut langsung menyambut ajakan dari Jokowi dan melakukan konsolidasi. 

"Kemarin Presiden membuka ruang dialog semestinya saat itu temen-temen, saran saya kepada adik-adik ini langsung melakukan konsolidasi dan menyambut ajakan tersebut," ujar Hari, dalam diskusi 'Demo Mahasiswa Aksi dan Substansi', di D'Consulate Cafe & Lounge, Jl Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (28/9/2019).

Baca: Kunjungi IMX 2019, Menperin Apresiasi Modifikasi AMMDes

Baca: Mahasiswa Terlindas Kendaraan Taktis Polisi saat Aksi Unjuk Rasa di Makassar

Baca: Ini Martabak Langganan Ani Yudhoyono di Bandung, Ibas Yudhoyono Nostalgia di Sana

Ia juga menyayangkan sikap mahasiswa yang seolah-olah khawatir dalam berkomunikasi dengan pemerintah. Apalagi mereka meminta agar pertemuan itu dibuka dan disiarkan kepada publik. 

Menurutnya, saat ini sudah bukanlah era 98, dimana keterbukaan dan ruang demokrasi dibatasi. 

Sehingga Direktur Studi Demokrasi Rakyat itu menilai seharusnya mahasiswa tinggal menyampaikan poin-poin tuntutan. Karena selama ini mereka disebutnya hanya berkutat pada isu besarnya saja.  

BERITA TERKAIT

"Karena apa, hari ini ruang demokrasi yang kita bangun. Beda ketika di era saya, rapat sedikit langsung diintai. Sekarang eranya keterbukaan, kenapa harus khawatir berkomunikasi dengan namanya pemerintah. Media juga ikut berperan hari ini, untuk memantau situasi dan keadaan," kata dia.

"Sudah, tinggal apa yang dimaui mahasiswa. Poin-poinnya apa, kan baru isu besarnya saja yang mereka ungkapkan," imbuh Hari.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas