ISTAFest Diharapkan Percepat Indonesia Jadi Destinasi Pariwisata Berkelanjutan Kelas Dunia
Ajang Indonesia Sustainable Tourism Awards Festival (ISTAfest) 2019 yang merupakan rangkaian yang diinisiasi oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar)
Editor: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ajang Indonesia Sustainable Tourism Awards Festival (ISTAfest) 2019 yang merupakan rangkaian yang diinisiasi oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) diharapkan mempercepat terwujudnya Indonesia sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan kelas dunia.
Ketua Tim Percepatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Kementerian Pariwisata Valerina Daniel saat ISTA Fest 2019 di Ballroom the Ritz-Carlton Jakarta menjelaskan, ISTAFest merupakan selebrasi pariwisata berkelanjutan di Indonesia yang betujuan untuk menyosialisasikan pemahaman pariwisata berkelanjutan.
“Tahun ini merupakan tahun ketiga ISTA diselenggarakan, peserta untuk ISTA meningkat saat ini betjumlah 263 peserta dibanding tahun 2018 hanya 176 peserta. Ajang ini juga untuk mempromosikan destinasi pariwisata yang sudah menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan sesuai Peraturan Menteri Pariwisata Nomor l4 Tahun 2016,” jelas Valerina Daniel kepada media disela acara malam penganugerahan ISTA Fest 2019, Kamis (26/9/2019).
Ia mengatakan, destinasi yang menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan dinilai menjadi jawaban yang sesuai bagi berbagai pihak yang selama ini resah dengan kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas pariwisata.
Untuk itu, penerapan konsep tersebut dihadirkan dalam acara ISTAFest 209 yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi tiga rangkaian kegiatan yaitu ISTA Forum, ISTA Mart, dan ISTA Awards 2019.
ISTAMart sendiri merupakan event yang berguna sebagai wadah promosi dan pemasaran destinasi-destinasi pariwisata yang telah mengimplementasikan konsep pariwisata berkelanjutan.
Sedangkan ISTA Forum adalah forum diskusi yang menghadirkan pembicara intemasional dan nasional (ahli di bidang sustainable tourism dan marketing) untuk memperbincangkan topik dan peluang kelja sama dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Ia juga menjelaskan, ISTAFest pesertanya adalah seluruh pemangku kepentingan (pentahelix ABCGM) yang terdiri dari akademisi, bisnis (pelaku industri/usaha pariwisata), government (Pemerintah Pusat dan Daerah), communities (masyarakat dan mitra; UNWTO, Green Destinations, World Bank, SECO, UNDP) dan Media.
Kementerian Pariwisata menyatakan bahwa ISTA dilaksanakan bukan sebagai kompetisi untuk membandingkan antar destinasi, daya tarik, atau bisnis pariwisata, akan tetapi untuk memotivasi destinasi lainnya agar dapat meningkatkan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Selain itu, penyelenggaraan ISTA juga bertujuan untuk membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat serta para pelaku pariwisata mengenai kegiatan pembangunan pariwisata berkelanjutan serta memberikan apresiasi kepada destinasi-destinasi yang telah menerapkan Prinsip pariwisata berkelanjutan.
Dengan demikian, Kementerian Pariwisata telah menggandeng Traveloka untuk bekerjasama dalam mempromosikan destinasi pariwisata pemenang Indonesia Sustainable T ourism Awards (ISTA) 2019, 2018, 2019. Kementarian Pariwisata juga sudah menjembatani kerja sama antara Monash University Australia dan Monitoring Centre for Sustainable Tourism Observatory (MCSTO) Universitas Gadjah Mada dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, khususnya untuk pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata dalam aspek ekonomi, sosial, dan budaya.
Menpar Arief Yahya menyebutkan, untuk pengembangan industri dan usaha pariwisata dapat diukur bukan lagi dengan 3 aspek, melainkan sudah ditingkatkan menjadi 5P yaitu People, Planet, Profit yang berganti Prosperity, Peace, dan Partnership.
“Profit diubah karena hanya menguntungkan di dalam saja, jika Prosperity menguntungkan di dalam dan di luar yang kaitannya dengan masyarakat. Bangun masyarakat dulu sebelum bangun usaha. Planet, jadi semakin lestari semakin memakmurkan dan Prosperity menjaga eksistensi,” terang Menpar Arief Yahya.
Tidak hanya itu, Menpar Arief juga kembali mengingatkan mengenai CEO commitment. Menurutnya, peran CEO Commitment atau keberpihakan pemimpin daerah untuk sektor pariwisata itu paling penting. Dikatakannya, sustainable tourism mustahil terwujud bila tidak ada CEO commitment.
"Bila CEO daerah telah menempatkan pariwisata sebagai leading sector pembangunan, maka seluruh Kementerian dan Lembaga akan mendukung pengembangan infrastruktur pariwisata yang dimilikinya," kata Menpar Arief Yahya.
Kemenpar juga memberikan apresiasi bagi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) berupa penghargaan sebagai penggerak/motivator masyarakat di wilayahnya masing-masing dalam mewujudkan Sapta Pesona.
Selain itu juga mendorong Kelompok Sadat Wisata agar makin meningkatkan kualitas, peran, dan kapasitasnya dalam mendorong masyarakat untuk mengambil manfaat dari kegiatan kepariwisataan di wilayah masing-masing sebagai pelaku usaha pariwisata.
Tahun ini sudah terkumpul 58 berkas dari l8 provinsi yang kemudian dipilih 15 nominee Pokdarwis dari 15 provinsi.
Ajang itu juga memberikan apresiasi dan penghargaan kepada perguruan tinggi yang telah melaksanakan Program Pengembangan Desa Wisata melalui pendampingan sebagai tindak lanjut dari MoU antara Kementerian Pariwisata dengan perguman tinggi pada 28 Februari 2019.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.