Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Para Perantau, Pelaku Kerusuhan di Wamena Tiba-tiba Muncul dari Gunung, Warga Tak Kenal

Cepatnya penyerangan yang dilakukan kelompok perusuh membuat dia dan keluarganya tak dapat menyelamatkan harta bendanya.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Cerita Para Perantau, Pelaku Kerusuhan di Wamena Tiba-tiba Muncul dari Gunung, Warga Tak Kenal
HANDOUT
Pembersihan puing kerusuhan di Pasar Wouma, Wamena, oleh personel TNI dari Kodim 1702/Jayawijaya bersama polisi dan masyarakat, Jumat (4/10/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kerusuhan di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya pada Senin (23/9/2019) lalu merenggut 32 korban jiwa.

Kerusuhan ini menyisakan duka mendalam bagi warga asli setempat dan perantau.

Jefri Tanjung (60), perantau asal Minang,  yang tinggal di Wamena sejak tahun 2.000-an mengatakan kelompok perusuh yang menyerang bukan warga asli Wamena yang selama ini dikenal. 

"Bukan warga yang kita kenal. Mereka (perusuh) turun dari lembah bawa senjata. Bawa panah, molotov, ketapel, paling banyak bawa batu. Langsung menyerbu, mendadak," kata Jefri di Lanud Halim Perdanakusuma, Kamis (3/10/2019).

Anton (33) warga Minang yang meminta dipulangkan dari Kota Wamena karena terdampak kerusuhan di Lanud Halim Perdanakusuma, Kamis (3/10/2019).
Anton (33) warga Minang yang meminta dipulangkan dari Kota Wamena karena terdampak kerusuhan di Lanud Halim Perdanakusuma, Kamis (3/10/2019). ()

Baca: Pengungsi: Saya Lihat Pelaku Kerusuhan Wamena Tua-tua dan Berjenggot, Mana Ada Mahasiswa Begitu?

Baca: Wamena Mulai Kondusif, Dokter Takut Bertugas, Sejumlah Puskesmas Masih Tutup

Cepatnya penyerangan yang dilakukan kelompok perusuh membuat dia dan keluarganya tak dapat menyelamatkan harta bendanya.

Pria yang berprofesi jadi pedagang di Wamena itu memilih menyelamatkan nyawa keluarganya dibanding harta yang selama ini dia kumpulkan.

Berita Rekomendasi

"Ketika kejadian saya hanya bilang dua kata ke keluarga saya 'selamatkan nyawa'. Harta masih bisa dicari, yang penting nyawa," ujarnya.

Hanya bermodal pakaian yang melekat di badan, Jefri bersama keluarga dan perantau lain menyelamatkan diri ke gereja terdekat.

Di gereja, kelompok perusuh dihalau masuk pendeta sehingga warga selamat dari kerusuhan lalu dievakuasi aparat TNI-Polri ke tempat lebih aman.

"Pendeta itu melarang mereka (perusuh) masuk ke Gereja, makannya kami semua selamat. Ada ratusan orang yang mengungsi ke Gereja, perantau dari Madura termasuk," tuturnya.

Anton (33), perantau asal Minang lainnya membenarkan bila warga asli Wamena yang selama ini dikenal ikut jadi korban.

Para perusuh tanpa pandang bulu membakar rumah dan bangunan lain sehingga membuat warga mengungsi ke berbagai tempat.

"Saya mengungsi ke Kodim, kios warung kelontong saya dibakar. Enggak ada barang yang bisa diselamatkan. Kalau pelakunya banyak, mereka menyebar. Tapi kita enggak kenal mereka," tutur Anton.

 

Halaman
123
Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas