Nur Faizin Tak Mau Kembali ke Papua Meski Penghasilannya Sebagai Tukang Ojek Rp 200 Ribu Per Hari
Menurut Nur, dirinya terpaksa meninggalkan Wamena karena kondisi keamanan di daerah tersebut tidak memungkinkan baginya dan warga bukan Papua.
Editor: Dewi Agustina
Selain ke Padang, sejumlah pengungsi asal Wamena juga kembali ke daerah asal di Jawa Timur.
Nur Faizin (52) bersama tujuh warga lainnya yang menjadi pengungsi akibat kerusuhan Wamena tiba di Kota Probolinggo pada Rabu malam kemarin.
Ia bersyukur bisa pulang ke kampung halaman dengan selamat.
Menurut Nur, dirinya terpaksa meninggalkan Wamena karena kondisi keamanan di daerah tersebut tidak memungkinkan baginya dan warga bukan Papua.
Ia mengaku bekerja sebagai tukang ojek selama 1,5 tahun tinggal di Wisaput, Wamena. Pendapatannya sekitar Rp 200.000 per hari.
Baca: Polisi Klaim Tidak Ada Anggotanya yang Terlibat di Grup Whatsapp STM
"Saya sudah tidak mau lagi kembali ke Papua. Di sini saja cari kerja. Penghasilan Rp 50.000, jadi tukang enggak papa. Mau cari pendapatan yang besar, tapi kayak begini mending di sini," ujarnya.
Nur menambahkan, ia bersama rombongan meninggalkan Wamena dengan menumpangi pesawat Hercules milik TNI AU pada 30 September lalu.
Pesawat sempat transit di sejumlah kota sebelum akhirnya tiba di Bandara Abdurahman Saleh, Malang, Jawa Timur pada 2 Okotber 2019.
Sedangkan Lutfi, warga Kelurahan Jrebeng Kulon, Kecamatan Kedopok, yang bekerja sebagai tukang bangunan di Papua, terlihat sedih dan trauma.
"Empat tahun mencari rezeki ke Papua berakhir seperti ini. Masih belum bisa menunjukkan keberhasilan kepada keluarga," katanya.
Kerusuhan disertai pembunuhan melanda Wamena, Papua Barat, pada 23 September 2019.
Hari itu, terjadi unjuk rasa ratusan siswa di Kota Wamena menyusul adanya kabar perkataan bernada rasial seorang guru kepada siswa di Wamena.
Padahal, kabar tersebut terjadi karena kesalahpahaman dan telah diselesaikan kedua pihak pada beberapa hari sebelumnya.
Baca: Pakai Ganja, Aktor Rifat Umar Ditangkap Bersama Seorang Perempuan
Namun dalam perjalanannya, jumlah massa bertambah hingga akhirnya kericuhan pecah di beberapa titik, seperti di Kantor Bupati Jayawijaya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.