Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Abu Rara, Pelaku Penyerangan Wiranto Ternyata Sarjana Hukum

Kepala Humas USU Elvi Sumanti mengatakan, pihaknya sudah mencari data atas nama Syahrial Alamsyah di sistem informasi akademik dan hasilnya nihil.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Abu Rara, Pelaku Penyerangan Wiranto Ternyata Sarjana Hukum
Tribun Medan
Syahril Alamsyah alias Abu Rara (31) warga Medan yang merupakan penusuk Wiranto di Banten, Kamis (10/10/2019) 

Karena lukanya cukup dalam, Wiranto dirujuk ke RSPAD Gatot Subroto di Jakarta.

Wiranto kemudian menjalani operasi selama kurang lebih 2,5 jam.

Mantan Panglima ABRI itu juga harus jalani rawat inap.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku cukup terkejut dengan peristiwa penusukan terhadap Wiranto. Jusuf Kalla mengaku tidak habis pikir ada orang yang melukai pejabat negara, dan ini merupakan kasus pertama di tanah air.

"Tidak disangka, ini pertama kali. Ada orang yang memang mencederai pejabat dengan tikaman," kata Jusuf Kalla ditemui usai menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Subroto, Kamis sore.

Sementara Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepolisian, Badan Intelijen Nasional (BIN), dan TNI untuk mengusut secara tuntas pelaku penusuk Wiranto.

"Tadi siang, saya langsung perintahkan Kapolri, Kepala BIN, didukung TNI untuk mengusut tuntas dan menindak tegas terhadap pelaku dan jaringan yang terkait peristiwa ini," kata Jokowi saat menggelar jumpa pers di RSPAD Gatot Subroto, kemarin.

Berita Rekomendasi

Menurut Jokowi, pelaku penusuk Wiranto merupakan orang yang menganut paham radikalisme dan hal ini harus segera diperangi secara bersama-sama oleh semua pihak.

"Hanya dengan upaya bersama, terorisme dan radikalisme bisa kita selesaikan dan berantas dari negara yang kita cintai," katanya.

"Yang paling penting jaringan ini harus dikejar dan dituntaskan diselesaikan," sambung Jokowi.

Presiden mengajak seluruh masyarakat Indonesia turut mendoakan Wiranto agar bisa sembuh dan segera pulih.

"Dalam kesempatan ini saya mohon doa restu seluruh masyarakat dan rakyat indonesia semoga beliau diberi kesembuhan dan segera pulih," ujar Jokowi.

Terpapar ISIS

Penusukan terhadap Wiranto dan Kapolsek Menes terjadi usai peresmian Gedung Kuliah Bersama di Universitas Mathla'ul Anwar (Unma) Banten. Sejumlah warga menyaksikan langsung peristiwa penusukan yang terjadi di Alun-alun Menes, Pandeglang, ini.

Seorang warga, Aduy (30), mengatakan Wiranto menjadi sasaran pertama yang ditusuk oleh pelaku pria. Wiranto langsung jatuh tersungkur seusai mendapat serangan.

Menurut Aduy, Kapolsek yang berada di sebelah Wiranto, langsung mengamankan pelaku. Namun, Dariyanto yang mencoba menghalau pria tersebut, kemudian ditusuk oleh pelaku lain di bagian punggung. "Yang tusuk Wiranto laki-laki, ditarik sama Kapolsek pelakunya. Pelaku lainnya yang perempuan langsung tusuk Kapolsek," kata Aduy.

Aduy yang saat kejadian tengah berada di konter tepat di depan lokasi penusukan, melihat Wiranto terluka di bagian perut. Sementara Kapolsek terluka di bagian punggung.

Usai peristiwa berdarah tersebut kedua pelaku langsung diamankan polisi. Dua senjata tajam berwarna hitam dengan tali merah melilit pegangannya juga ikut disita. Senjata itu bernama kunai atau pisau yang dipakai ninja.

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo membenarkan kunai dipakai pelaku untuk melakukan penusukan. "Ya benar senjatanya itu," kata Dedi saat wartawan memperlihatkan foto kunai yang tersebar di media sosial.

Dari hasil proses penyelidikan sementara, Dedi menyebut pelaku lelaki bernama Abu Rara diduga terpapar paham radikal ISIS. Mabes Polri juga memastikan pasangan suami istri, Abu Rara dan Fitri Andriana (FA), tergabung dalam kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD) Bekasi.

"Sudah bisa dipastikan pelaku termasuk dalam kelompok JAD Bekasi," ujar Dedi.

Dedi mengungkapkan JAD Bekasi dipimpin oleh Fazri Pahlawan alias Abu Zee Ghuroba. Abu Zee telah ditangkap oleh Densus 88 pada akhir September lalu. "Amirnya Abu Zee yang sudah ditangkap tanggal 23 September yang lalu bersama 8 pelaku lainnya. Satu orang yang ditangkap di Jakarta Utara," tutur Dedi.

Dedi mengungkapkan FA berasal Brebes, Jawa Tengah. Sementara SA berasal dari Deli Serdang, Sumatera Utara. Terkait lokasi penyerangan, Dedi mengatakan pihaknya masih mendalami potensi kerawanan di daerah tersebut.

Menurut Dedi, motif penusukannya, mereka yang terpapar radikalisme ISIS menjadikan pejabat publik dan polisi sebagai sasaran serangan.

"Ya kalau misalnya terpapar radikal ya pelaku pasti menyerang pejabat publik, utamanya aparat kepolisian yang dianggap thaghut karena kita lakukan penegakan hukum terhadap kelompok seperti itu," kata Dedi.

Dedi membantah pihaknya kecolongan terkait insiden penusukan Wiranto. Saat kejadian interaksi antara Wiranto dengan masyarakat merupakan hal yang biasa terjadi.

"Tidak ada istilah kecolongan jadi interaksi pejabat publik dengan masyarakat seperti hal ya yang sudah terjadi seperti itu, bersalaman, disapa itu hal biasa," ujar Dedi.

Menurut Dedi, pengamanan yang diberikan kepada Wiranto sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) pengamanan menteri. Sejumlah skema pengamanan telah diterapkan saat kehadiran Wiranto di Menes. "Pengamanan tetap melekat ada pengamanan melekat (pamkat), pengamanan pengawalan (pamwal) juga sudah standar operasional sudah ada pengawalan melekat," jelasnya.

Pelaku Nomaden

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan turut mengawal pengusutan kasus penusukan terhadap Wiranto. Budi Gunawan juga menyatakan pelaku penusukan merupakan teroris dari jaringan JAD yang ditangkap Densus 88 Mabes Polri beberapa waktu lalu di Bekasi.

"Ini sudah pasti dari kelompok jaringan JAD, khususnya JAD Bekasi. Kita sudah pantau khusus pelaku ini," ucap Budi Gunawan.

BG menjelaskan pelaku penusukan itu sudah tiga bulan lalu pindah dari Kediri ke Bogor. Kemudian dari Bogor, pindah lagi ke Menes, Lebak.

"Pelaku pindah ke Menes karena cerai dengan istri pertama. Di Menes menikah lagi dan memang sel-sel seperti ini cukup banyak.

Kami imbau masyarakat ikut dan memantau mengawasi sel-sel seperti ini. Ini ada kaitan dengan lima orang ditangkap di Bekasi, yang merencanakan bom," tuturnya.

Abu Rara, seorang terduga teroris yang ditangkap di Tambun Bekasi, diungkap Budi Gunawan sudah dipantau beberapa kali mengumpulkan pisau namun belum pada tahap bom.

BIN juga mendeteksi bakal ada serangan dari kelompok JAD jelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih.

"Dari awal sudah kita sampaikan bahwa kami deteksi menjelang pelantikan memang ada rencana seperti itu dari JAD sehingga kita harus benar-benar dengar dan waspada," ucap Budi Gunawan.

BG melanjutkan kelompok JAD ini memang berniat membuat kondisi keamanan tidak stabil termasuk melakukan amaliah, seperti yang dilakukan pelaku Abu Rara.

Bahkan mantan Wakapolri ini tidak menampik banyak jaringan JAD yang bergerak senyap, orang-perorang sehingga patut diawasi.

"Memang mereka cukup banyak, pergerakannya sistem sel, orang per orang. Mohon bantuan seluruh warga bantu awasi kalau ada yang mencurigakan sampaikan ke aparat," tambahnya. (tribun network/fah/fel/rin/wly) 

Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas