Wiranto Ditikam: Go Indonesia Dukung Negara Melawan Musuh-Musuhnya
Serangan membabi-buta sepasang suami isteri terhadap Menkopolhukam Jendral (Pur) Wiranto, Kompol Dariyanto SH, MH (Kapolsek Menes), dan H. Fuad
Editor: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serangan membabi-buta sepasang suami isteri terhadap Menkopolhukam Jendral (Pur) Wiranto, Kompol Dariyanto SH, MH (Kapolsek Menes), dan H. Fuad (staf Menkopolhukam) mencelikkan mata publik akan ancaman nyata terorisme di Indonesia.
Serangan dengan menggunakan pisau yang terjadi Kamis (10/10/ 2019) pukul 11.50 di depan Gerbang Lapangan Menes Ds. Purwaraja Kec. Menes Kabupaten Pandeglang itu mengakibatkan Wiranto mengalami luka serius di bagian perut bawah.
Pengamat intelijen dari Generasi Optimis (GO) Indonesia, Tigor Mulo Horas Sinaga mengaku prihatin atas situasi tersebut.
"Kami prihatin, dan berdoa agar Pak Wir segera pulih dari luka yang beliau derita akibat tikaman. Semoga peristiwa seperti ini tak terulang kembali," kata Horas di Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Horas menganalisis, menjelang hari pelantikan Presiden Jokowi serta Wakil Presiden Ma'ruf Amin, tanggal
20 Oktober 2019 potensi teror terbuka lebar.
Ia menilai ada pihak-pihak tertentu yang sengaja memperalat sel-sel teroris untuk menciptakan kondisi tidak aman.
"Serangan terhadap Pak Wir itu jelas 'by designed' ya. Di beberapa negara Eropa, serangan teror juga gunakan pisau supaya efektif melukai target. Tujuannya untuk cipta kondisi seakan-akan Indonesia tidak aman," kata Horas.
Teroris, menurut Horas, berupaya ciptakan kesan (conditioning) tidak aman di suatu daerah atau negara. "Tujuannya agar masyarakat merasa takut. Teroris ini juga ingin dilihat khalayak bahwa mereka eksis. Saya mengimbau masyarakat tetap tenang," ujar Horas.
Pengamat intelijen itu menyayangkan lunaknya pengamanan terhadap Wiranto yang akhirnya memberi ruang bagi pelaku penikaman melancarkan aksi biadabnya.
"Semua sudah mereka diperhitungkan. Kedua pelaku bisa mengelabui petugas. Mereka menerobos celah sistem pengamanan ring 1 Pak Wir. Ini teroris yang terlatih dan sudah siap mati," terang Horas.
Pria alumni prorgam Bela Negara Kementerian Pertahanan itu mendorong Pemerintah meningkatkan pengamanan VVIP. Horas juga mengusulkan agar hingga tanggal 20 Oktober 2019 Presiden Jokowi meminimalisir kegiatan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, termasuk ber-swafoto bersama mereka.
"Saya harap Kapolri perintahkan anggota-anggotanya untuk tembak di tempat semua pelaku teror yang jelas-jelas mengancam VVIP. Saya pikir kita perlu mengerahkan Koopsus dan Densus 88 dalam menanggulangi kemungkinan terjadinya aksi teror menjelang 20 Oktober," kata Horas.
Ia menambahkan, "Pengamanan pelantikan akan sukses bila memiliki dasar info, analisis, serta operasi intelijen strategis yang solid. Ini berarti kita butuh kekuatan intelijen strategis yang didukung para agen terbaik di lapangan maupun analis-analis handal."
"Sudah saatnya negara lebih aktif dan bertindak tegas kepada para pelaku teror. Kami dukung negara melawan musuh-musuhnya, baik dari dalam maupun luar negeri," pungkas Horas.
Sementara itu, para pengurus GO Indonesia Ambon, dalam situasi genting pasca gempa bumi yang melanda daerah itu, mengatakan bahwa pihaknya turut mendokan kesembuhan dan pemulihan kondisi Wiranto pasca upaya penusukan dirinya.