Wawancara dengan Hanif Dhakiri: Jokowi Blak-blakan Saat Tegur Menteri
Banyak suka duka dialami seorang Muhammad Hanif Dakhiri selama lima tahun melaksanakan tugas sebagai Menteri Ketenagakerjaan di bawah kepemimpinan
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak suka duka dialami seorang Muhammad Hanif Dakhiri selama lima tahun melaksanakan tugas sebagai Menteri Ketenagakerjaan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo periode pertama.
Hanif menyebut Jokowi sebagai presiden yang menginginkan para menteri pembantunya bekerja dalam ritme kerja tinggi dengan capaian target yang jelas. Namun, terkadang ia mengaku harus berhadapan beban kerja tinggi bersamaan kepentingan keluarga.
Ia bersyukur dapat melaksanakan tugasnya sebagai Menaker itu dengan baik.
Baca: Viral Ibu Tak Sengaja Tanggalkan Bola Mata Saat Bersihkan Kepala Pakai Handuk, Endingnya Menyedihkan
Baca: Najwa Shihab Ikut Sentil PSSI soal Performa Timnas Indonesia
Baca: Penyerang Wiranto Juga Perintahkan Anaknya Tusuk Polisi
Hanif mengungkapkan, Presiden Jokowi terbilang sebagai orang yang suka bicara blak-blakan atau terbuka jika mengetahui ada masalah atau pekerjaan tidak beres dengan para menterinya. Tak jarang teguran juga disampaikan secara langsung. "Mungkin beda-beda antara orang (menteri). Tapi, menurut saya beliau terbuka, dalam arti blak-blakan kalau bicara, tentang apa yang semestinya harus dilakukan," kata Hanif saat berbincang dengan Tribun Network, di kantor Kementerian Ketengakerjaan, Jakarta, Rabu (16/10).
Lantas, Hanif mengungkapkan cerita di balik terbentuknya band "Elek Yo Band", band musik dengan personelnya diisi para menteri Kabinet Indonesia Kerja (KIK). Menurutnya, band tersebut muncul karena peristiwa yang tak disengaja, yakni saat menjadi pengisi acara pernikahan putri Menteri Sekretariat Negara Pratikno.
Berikut petikan wawancara reporter Tribun Network, Reza Deni Saputra, dengan Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dakhiri:
Anda termasuk sering tampil bersama Presiden Jokowi dan menyuarakan kebijakan Presiden Jokowi. Apa suka duka menjadi menteri era Presiden Jokowi selama 5 tahun ini?
Dalam menjalani sebuah profesi atau tugas dan tanggung jawab, pasti ada suka dukanya. Yaitu mungkin lebih banyak berkaitan dengan soal waktu, karena pembagian waktunya itu jauh lebih sempit. Ini kan ritme kerjanya akan cepat, jadi itu tidak menjadi problem. Kalau buat saya yang penting kita lihat prioritasnya. Prioritasnya apa, atau momen, di mana pekerjaan harus nomor satu, atau momen tertentu keluarga nomor satu. Misal istri sakit, ya keluarga nomor satu.
Kalau di kabinet ini soal kekompakan, di kabinet ini soal kekompakan, koordinasi dan sinergi. Itu bagus untuk menjalani tugas-tugas dan urusan-urusan yang memang dalam konteks negeri kita ini selalu dinamis.
Bagaimana Presiden Jokowi menegur ketika marah karena kecewa dengan tugas atau memuji Anda karena hasil tugas baik?
Mungkin beda-beda antara orang (menteri). Tapi, menurut saya beliau terbuka, dalam arti blak-blakan kalau bicara, tentang apa yang semestinya harus dilakukan.
Kalau saya lihat anggaran ini terlalu banyak, yang rutin yang menurut saya mempermudah kita untuk mengkoreksi apa-apa yang diperlukan, karena disampaikan dengan berbagai cara.
Apakah keluarga kerap mengingatkan Anda soal bagaimana kerja di kabinet, misalnya agar tidak melenceng dari jalur yang semestinya?
Kalau mereka (keluarga) pasti mengingatkan dan mendoakan agar saya bisa berhati-hati. Itu disampaikan oleh keluarga besar, orangtua dan anak.
Seperti anak saya yang sudah besar, sudah mahasiswa, dia bahasanya lugas, "Pah jangan korupsi loh". Itu bagus. Makanya kalau Anda lihat di depan yang dikasih teman itu ada tulisan "Korupsi Bukan Rezeki". Itu teman saya mengingatkan, maka saya pajang supaya jadi pengingat. Namanya juga kekuasaan harus diselenggarakan dan dilaksanakan secara berhati-hati.
Anda termasuk menteri yang dikenal hobi bermusik. Bagaimana cerita awal terbentuknya grup band "Elek Yo Band"?
Awalnya saat itu Pratikno (Menteri Sekretaris Negara) punya hajat menikahkan putrinya (30 Desember 2017). Kemudian, Presiden mau main di acara itu, sempat disebut mau main drum. Nah ini kan enggak boleh dibiarkan sendiri, harus disiapkan tim support.
Maka menteri-menteri yang paham musik pada berkumpul lah . Waktu itu yang koordinasikan Praktikno, Basuki Hadimuljono (Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), Triawan Munaf (Kepala Badan Ekonomi Kreatif). Dari sana nanti kami dampingi Presiden. Saat di sana (di lokasi acara pernikahan), ternyata Presiden enggak jadi main. Akhirnya, kami-kami saja yang main.
Soal nama (Elek Yo band) sempat waktu itu bingung namanya apa. Praktikno atau Basuki bilang, "Ya sudahlah yang penting main saja lah, elek yo ben". Akhirnya, kalimat itu yang kami diambil jadi 'Elek Yo Band'.
Apakah personel Elek Yo Band masih rutin berlatih atau bermain musik bersama sampai sekarang ini?
Kami hampir semuanya tidak punya waktu untuk ketemu. Ya kadang ada jamming session, tapi tidak pernah genap (jumlah personelnya). Misalnya main di rumah Pak Budi Karya jamming session, pas saya bisa, paling hanya dua orang yang datang dan yang lain enggak bisa. Saat Menkeu Sri Mulyani bisa, saya yang tidak bisa datang.
Apakah selama band itu terbentuk pernah mengiringi Presiden Jokowi bernyanyi?
Seingat saya belum pernah.
Apakah ada kemungkinan rencana Elek Yo Band tampil saat pelantikan Jokowi-Ma'ruf pada 20 Oktober nanti?
Jangan tanya sayalah, tanya Pak Pratikno. Saya sebenarnya ada rencana itu, dan sempat emngajak membuat single untuk Elek Yo Band karena seiring dengan kabinet berakhir. Karena single itu kan enggak terlalu lama membuatnya. Tapi, sampai sekarang itu saja enggak kejadian.
Anda belum lama ini mendapat tamabahan tugas sebagai Pelaksana tugas Menpora. Dan kantor Kemenpora sendiri berada dekat dengan lokasi gelombang unjuk rasa, Gedung DPR/MPR. Apa pendapat Anda?
Buat saya, tugas adalah tugas. Kita menjalankan saja sebaik-baiknya. Kalau soal masalah yang dihadapi pasti selalu ada cara keluar dari masalah tersebut.
Kalau masalah ngantor kemudian ada massa dekat situ, masih banyak cara untuk menghindari tapi tetap mengurusi tangung jawab kita. Jadi prinsipnya tidak terlalu (dikhawatirkan).