Asosiasi Perusahaan Jasa TKI Respons Positif Ida Fauziah sebagai Menaker
Apjati menyatakan siap bekerja sama dalam mewujudkan visi presiden Jokowi menjadikan pembangunan SDM sebagai prioritas utama.
Penulis: Ria anatasia
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (Apjati) menyambut positif pemilihan Ida Fauziah sebagai Menteri Ketenagakerjaan Kabinet Indonesia kepemimpinan Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Ma'ruf Amin periode 2019-2024.
Apjati menyatakan siap bekerja sama dalam mewujudkan visi presiden Jokowi menjadikan pembangunan SDM sebagai prioritas utama.
Ketum Apjati Ayub Basalamah menilai, Ida adalah pilihan tepat dan merupakan sebuah inovasi berani dengan memilih perempuan sebagai menteri tenaga kerja.
"Boleh jadi pendekatan keibuan akan mempermudah komunikasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjadikan manusia Indonesia sebagai SDM yang unggul dan mampu bersaing di pasar kerja internasional," kata Ayub dalam keterangannya, Rabu (23/10/2019).
Terlebih lagi, visi presiden membangun SDM yang pekerja keras, dinamis, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, kata Ayub, merupakan pilihan tepat karena hanya dengan SDM unggul suatu bangsa bisa maju dan mampu bersaing dengan negara lain.
"Apjati siap bekerja sama sebagai mitra pemerintah untuk meningkatkan kualitas pekerja melalui pelatihan berkualitas, bersertifikasi agar mampu menjawab tantangan dunia kerja," ujar dia.
Ayib juga menyatakan siap bekerja sama untuk melanjut pembukaan lapangan kerja baru seperti yang sudah dirintis Menaker sebelumnya, yang juga melibatkan kementerian luar negeri, DPR dan instansi terkait lainnya.
Di sisi lain, Apjati siap merespon inovasi baru Ibu Menaker dalam meningkatkan kualitas dan penempatan pekerja migran di luar negeri. Indonesia adalah negeri yang dianugerahi Tuhan yang maha kuasa dengan sumber daya alam (SDA) yang melimpah, begitu juga dengan sumber daya manusianya (SDM).
SDA menjadi andalan untuk mesejahterakan rakyat, begitu juga dengan SDM. Pekerja migran merupakan sumber devisa yang sangat potensial, dimana dalam semester pertama saja diperkirakan remitensi dari pekerja migran Rp 12 triliun lebih.
"Angka ini akan berlipat-lipat lagi jika peluang kerja dibuka lebar tanpa mengabaikan kualitas. Pekerja kita disenangi di luar negeri karena rajin, tangguh, sopan dan ramah," kata Ayub.