Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Yussi Perdana, Milenial yang Memilih Jadi Pengusaha Radar Pertahanan

Yusi menceritakan betapa sepinya peminat jurusan radar di tempat ia mendapatkan gelar Masternya dulu, Institut Teknologi Bandung (ITB)

Penulis: Gita Irawan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Kisah Yussi Perdana, Milenial yang Memilih Jadi Pengusaha Radar Pertahanan
Tribunnews.com/Gita Irawan
CEO PT Radar Telekomunikasi Indonesia Yussi Perdana Saputera (31) di samping radar produksinya usai Diskusi Jakarta Defence Studies di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta Pusat pada Kamis (7/11/2019) 

Ia pun sempat mengutip pernyataan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam sebuah halaman media yang pada intinya menekankan pada penggunaan produk dalam negeri.

Baginya, pernyataan itu adalah mimpi indah yang kenyataannya tidak bisa dicapai semudah itu.

"Kalau kata medsos, tidak semudah itu Ferguso. Realitanya sangat berat. Jadi kami sangat butuh bimbingan dan arahan dari bapak-bapak dan ibu-ibu user yang akan menggunakan produk-produk kami," kata Yusi diiringi tawa para hadirin.

Dengan lugas, Yusi menyatakan mimpinya agar produk buatannya bisa dibeli oleh pemerintah.

"Sebenarnya mimpi kami, dari besarnya anggaran Pertahanan itu tidak semuanya mengalir keluar. Karena kami SDM manusia di bidang itu sangat berharap diberikan kepercayaan kepada kami agar kami bisa bertumbuh dan berkembang," kata Yusi gamblang.

Perusahaan yang dijalankan Yusi sejak 2013 itu pun membutuhkan biaya operasional dan gaji karyawan hingga Rp 150 juta sebulan.

Untuk menghidupi perusahaan dan karyawannya, Yusi juga menjual produk-produk radar untuk kalangan sipil.

Berita Rekomendasi

Ia mencontohkan radar untuk perahu nelayan.

Tak jarang, ia pun harus mengerjakan proyek-proyek di luar bidang produksi radar.

"Untuk itu kami juga ada proyek-proyek instalasi listrik, atau yang masih terkait elektronika lain. Alhamdulillah kami juga dapat dana dari Kemenristek Dikti. Tapi untuk pengembangan dana itu sangat kecil," kata Yusi.

Kendala yang dihadapi Yusi selama ini adalah belum adanya industri komponen pendukung radar di Indonesia.

Untuk itu, ia juga harus impor dari beberapa negara.

"Sulitnya di kita itu industri pendukungnya belum ada. Jadi komponen-komponennnya juga impor. Resistor, konduktor, IC masih impor. Walaupun kami jago memprogram IC nya tapi IC nya sendiri masih impor," kata Yusi.

Yusi pun menjelaskan kelebihan produknya di depan hadirin.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas