Kisah Yussi Perdana, Milenial yang Memilih Jadi Pengusaha Radar Pertahanan
Yusi menceritakan betapa sepinya peminat jurusan radar di tempat ia mendapatkan gelar Masternya dulu, Institut Teknologi Bandung (ITB)
Penulis: Gita Irawan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Selain harga yang jauh lebih murah dan tingkat kemampuan yang sama, Yusi mengatakan biaya pemeliharaan radarnya akan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan radar yang diberi di luar negeri.
"Beda harganya bisa sampai tiga miliar rupiah lebih murah. Untuk ongkos pemeliharannya pun akan jauh lebih murah karena orang Indonesia sendiri yang mengerjakan," kata Yusi.
Satu paket radar medan perang darat yang ia buat, dipasarkan seharga Rp3 sampai Rp4 miliar rupiah.
Sedangkan radar buatan luar negeri biasa dibandrol seharga tujuh muliar rupiah.
Radar yang ia produksi tersebut mampu mendeteksi hingga jarak maksimal 10 Km dengan bobot 32 Kg, mampu dioperasikan dalam suhu -30° sampai 60° Celcius, dan tingkat kelembaban 98 persen.
Ia mengatakan selama ini produknya juga telah dibeli dan dipakai oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) meski belum dalam jumlah besar.
Baca: Perpres Diteken Jokowi, Panglima TNI Bisa Langsung Tunjuk Wakilnya
Yusi mengaku menaruh harapan besar dengan hadirnya Wakil Menteri Pertahanan Indonesia yang baru dilantik beberapa waktu lalu, Sakti Wahyu Trenggono, yang diberi tugas oleh Jokowi mengembangkan industri pertahanan di Indonesia.
"Harapannya agar produk kami bisa dibuat massal dan dibeli pemerintah. Karena hal itu akan berdampak besar. Terutama mengurangi jumlah pengangguran," kata Yusi.