KH Masjkur Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Ini Cerita Sang Cucu Tentang Kiprahnya
KH Masjkur pernah menjabat Menteri Agama tahun 1947-1949 dan tahun 1952-1955. Ia juga menerima banyak penghargaan berkat sumbangsihnya.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indra Parawansa, hadir di Istana Negara, Jumat (8/11/2019).
Ia mendampingi cucu KH Masjkur untuk menerima gelar pahlawan nasional dari Presiden Jokowi.
Kedua cucu KH Masjkur, yakni Mia Anissa dan Mahendro, berbagi cerita kisah-kisah sang eyang yang pernah menjabat Menteri Agama tahun 1947-1949 dan tahun 1952-1955.
"Eyang kami itu sering tersenyum. Dia juga sungkan menerima beragam penghargaan dan tidak banyak diekspose," ucap Anissa di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta.
Baca: Putra Minahasa AA Maramis Dapat Gelar Pahlawan Nasional
Baca: Gubernur Ali Mazi: Tanda Gelar Pahlawan Nasional Sultan Himayatuddin Akan Disimpan di Keraton Buton
Baca: Dihapus Gus Dur, Jabatan Wakil Panglima TNI kembali Dihidupkan Jokowi, Diajukan dari 2015
Anissa melanjutkan hal yang paling diingat dari sang Eyang ialah cerita-cerita perjuangan saat merebut kemerdekaan mulai dari masa geriliya hingga agresi penyerangan.
" Saya mengalami interaksi dengan eyang sampai awal kuliah tahun 1992. Saya tinggal serumah dengan eyang. Jadi biasa mendengar cerita masa geriliya sampai agresi pakai bahasa jawa pastinya," tutur Anissa.
"Eyang juga lama mendampingi Soekarno di kabinet kementerian agama. Saat zaman Pak Soeharto eyang banyak di MPR/DPR. Beliau juga tokoh NU, termasuk mendirikan PPP," tambah Mahendro.
Tanda gelar pahlawan nasional yang diterima sang eyang, menurut Mahendro bakal disimpan di rumah eyang mereka di Singosari Malang.
Rumah itu hingga kini diwariskan ke sang ibunda. Setelah itu, rencananya keluarga bakal berziarah ke makam KH Masjkur di Singosari, Malang untuk berdoa.
"Pastinya keluarga sangat bersyukur ya, senang, alhamdulilah atas penghargaan gelar pahlawan nasional. Ini akan kami simpan di rumah eyang, di Singosari, Malang. Rumah itu kini ditinggal ibu kami," tambah Mahendro.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.