Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Muhammadiyah Ucap Terima Kasih ke Pemerintah karena Kahar Muzakkir Jadi Pahlawan Nasional

Gelar tersebut membuktikan pengakuan atas jasa dan pengabdian terhadap tokoh kemerdekaan yang juga tokoh Muhammadiyah kelahiran Kota Gede tersebut.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Muhammadiyah Ucap Terima Kasih ke Pemerintah karena Kahar Muzakkir Jadi Pahlawan Nasional
surya/sulvi sofiana
Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah KH Haedar Nashir saat menghadiri peletakkan batu pertama pembangunan gedung 31 lantai Universitas Muhammadiyah Surabaya, Selasa (23/4/2019) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melalui presiden Joko Widodo memberikan gelar pahlawan nasional kepada Kahar Muzakkir.

Gelar tersebut membuktikan pengakuan atas jasa dan pengabdian terhadap tokoh kemerdekaan yang juga tokoh Muhammadiyah kelahiran Kota Gede tersebut.

Karenanya Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan terima kasih kepada pemerintah atas penganugerahan gelar pahlawan nasional tersebut.

Baca: Jelang Hari Pahlawan 2019, Presiden Jokowi Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada 6 Tokoh Bangsa

Kepada semua pihak yang telah ikut mendukung dan membantu proses pengusulan Prof Kahar untuk Pahlawan Nasional seperti Wapres Jusuf Kalla, almarhum AM Fatwa, Mensesneg Prof Pratikno, Mensekab Promono Anung, Menteri Sosial, Menhan Ryamizard Ryacudu, Jimly Asshiddiqie, Azyumardi Azra, Gubernur DIY Hamengkubuwono X, Rektor UII, anggota Dewan Gelar, dan para tokoh lainnya diucapkan terimakasih.

"Atas semua kontribusinya disampaikan jazakumullah khairan katsiran," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam pernyataannya, Sabtu 9/11/2019).

Dengan demikian, kata Haedar menjadi lengkap paket tiga tokoh kemerdekaan dari Muhammadiyah yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Baca: Digelari Pahlawan Nasional, Ini Kiprah Nyata Abdul Kahar Muzakir di Dunia Pendidikan

Berturut-turut Ki Bagus Hadikusumo pada bulan November tahun 2015, Mr Kasman Singedimedjo tahun 2018, dan tahun 2019 ini Prof Kahar Muzakkir.

Berita Rekomendasi

"Alhamdulilah semua proses administratif telah dilakukan disertai ikhtiar silaturahim, lobi, dan komunikasi yang didukung semua pihak telah berakhir baik dan menggembirakan untuk mengenang jasa tiga tokoh nasional yang berjasa besar bagi republik ini. Ketiganya tentu tidak menuntut gelar pahlawan, tetapi pemerintah dan semua komponen bangsa patut dan penting menghargai pengorbanan dan jejak perjuangan para tokoh bangsa itu, "kata Haedar.

Lebih jauh Haedar menjelaskan para pejuang kemerdekaan dan siapapun yang berjasa bagi negara sebelum dan sesudah Indonesia merdeka tentu sangatlah banyak, ada yang tercatat dan mungkin masih terdapat mereka yang luput dari perhatian pemerintah.

Semuanya lanjut Haedar penting untuk menjadi contoh teladan bagi generasi dan elite bangsa untuk berkhidmat sepenuh hati bagi kepentingan bangsa dan negara.

"Indonesia akan menjadi negara dan bangsa yang berkemajuan sebagaimana dicita-citakan para pendiri negeri ini manakala para elite, pejabat, dan warga bangsa semuanya mau berkorban mengutamakan kepentingan Indonesia di atas kepentingan diri, kelompok, institusi, kroni, dan golongan sendiri,"kata Haedar.

Baca: Mengenal Sosok Abdul Kahar Mudzakkir, Perjuangkan Kemerdekaan Indonesia Lewat Tulisan

Kecewa dan tidak puas terhadap keadaan itu kata Haedar normal dan semua pihak harus introspeksi diri.

Pemerintah, DPR, parpol, lembaga-lembaga negara yang lainnya, dan segenap komponen bangsa harus koreksi diri dan terbuka pada kritik dan perbaikan yang serius atas masalah-masalah bangsa untuk dicarikan pemecahan secara benar dan signifikan.

"Hidup bernegara dan berbangsa jangan merasa benar sendiri dan merasa paling Indonesia, semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan, karenanya harus mau berbagi dan bersinergi satu sama lain,"ujar Haedar.

Pemerintah menurut Haedar lagi dengan semua institusi lainnya juga harus menghargai dan bersinergi dengan organisasi masyarakat agar Indonesia semakin kuat.

Jauhi sikap saling menegasikan, menganggap diri paling bersih sambil terbiasa merendahkan orang lain, apalagi saling bermusuhan yang dapat memperlemah bangsa ini. Ujaran dan pernyataan melambangkan jiwa dan pikiran, karenanya semua pihak penting mengedepankan keadaban, kecerdasan, dan kehormatan dalam berbangsa.

"Kritik merupakan hal positif, yang dikritik tidak perlu alergi, sebab negara tanpa kritik bisa menjadi monolitik dan terbuka kemungkinan terjerumus pada salah langkah. Namun kritik juga perlu objektif dan yang mengeritik tidak perlu merasa benar sendiri dan apologi. Seringlah setiap pihak bermuhasabah diri, siapa tahu dibalik kelebihan diri atau institusi ada banyak kekurangan, sebaliknya di balik kekurangan ada banyak kelebihan tanpa apriori,"kata Haedar.

Bersamaan dengan itu tambah Haedar semua pihak harus mengedepankan jiwa ikhlas, cerdas, adil, dan bijak dalam ber-Indonesia layaknya sikap para negarawan sebagaimana ditunjukkan Ki Bagus, Mr Kasman, dan Prof Kahar yang berjiwa memberi sekaligus memberi solusi.(Willy Widianto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas