Teroris Incar Aparat Penegak Hukum, BNPT Ungkap Alasannya
Pelaku melakukan penyamaran dalam aksinya menyerang markas aparat penegak hukum tersebut.
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan wartawan Tribunnews.com, Mafani Fidesya Hutauruk
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Profesor Irfan Idris menjelaskan alasan pelaku teror yang sering kali menyasar Polisi
Irfan Idris menyampaikan hal tersebut saat memberikan pemaparan dalam diskusi Perspektif Indonesia Smart FM di Jakarta, Sabtu, (16/11/2019).
Ia dalam diskusi yang mengangkat tema 'Mengapa Teror pada Polisi Terjadi Lagi?' itu mengatakan mereka sudah mengkafirkan aparat penegak hukum.
Lalu tahap selanjutnya setelah itu adalah pelaku teror menghalalkan darah yang sudah dikafirkan tersebut.
Hal ini berkaitan dengan kejadian aksi teror yang baru saja terjadi di markas Polrestabes Medan.
Pelaku melakukan penyamaran dalam aksinya menyerang markas aparat penegak hukum tersebut.
Bahkan teroris itu dengan inisial RMN dalam aksinya tidak lagi memakai celana cingkrang, seperti yang diwaspadai selama ini.
Ia menyamar seperti supir ojek online, dengan memakai jaket hijau suatu perusahaan ojek online dan berkata akan membuat surat keterangan catatan kepolisian (SKCK).
Irfan menyebutkan contoh lain kejadian aksi teror yang terjadi pada aparat penegak hukum.
Baca: Sabam Sirait: Terorisme dan Korupsi Harus Sama-sama Dihabisi
"Kejadian aksi teror lainnya terjadi di Masjid Mapolresta Cirebon, Jawa Barat pada tahun 2012. Bahkan aksi teror dapat dilancarkan pelaku pada saat ibadah shalat Jumat berlangsung," ia bercerita mengenai polisi yang menjadi sasaran pelaku teror.
Ia bercerita, pelaku dengan kejamnya menyerang saudara sesama muslim yang sedang melaksanakan Shalat Jumat.
"Bagi terorisme masjid bukan lah rumah ibadah. Masjid bagi mereka adalah pusat kemudaratan dan bencana serta dibangun oleh para kaum togut," ucapnya.
Irfan Idris mengatakan pelaku teror menjadikan polisi ataubaparat keamanan sebagai orang togut dan kafir. Tujuannya agar aksi keji mereka tidak dihalangi dan perjuangannya terus berjalan lancar.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Mudarat adalah sesuatu hal yang tidak menguntungkan dan tidak berguna. Sedangkan, Tagut menurut KBBI adalah mereka yang menyembah orang bukan Allah atau berhala.