Sosok Mumtaz Rais dan Supriyanto Diprediksi Jadi Representasi dari Kaum Muda di Pilkada Sleman
Keberadaan anak muda menjadi penting karena persoalan yang dihadapi Slemab kedepan berkaitan dengan anak muda akibat bonus Demografi di Indonesia.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 akan digelar pada 24 September 2020, meskipun demikian proses penjaringan di partai politik untuk mengusung pasangan calon bupati/wakil bupati sudah dimulai dari sekarang.
Sleman salah satu kabupaten yang strategis di Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk dalam Pilkada serentak 2020. Sejumlah kandidat sudah mulai melakukan sosialisasi ke masyarakat, seperti Wakil Bupati petahana Sri Muslimatun, Mumtaz Rais putra politisi nasional Amien Rais dan Supriyanto kader PDI Perjuangan dan Relawan Jokowi tingkat pusat.
Munculnya baliho Supriyanto dan Mumtaz Rais di perempatan kentungan ring road jalan kaliurang Sleman banyak mendapat perhatian publik dan viral di media sosial.
Supriyanto Antok akan maju melalui PDIP satu-satunya partai yang bisa mengusung calon sendiri di Pilkada Sleman. Mumtaz Rais diprediksi maju melalui Partai Amanat Nasional (PAN) mempunyai 6 kursi harus berkoalisi karena syarat minimal mengusung calon bupati/wakil bupati 20% dari 50 kursi DPRD yaitu 10 kursi.
Petahana Wakil Bupati Sri Muslimatun kader Nasdem masih membutuhkan banyak partai. Peta kekuatan partai politik di DPRD Sleman, PDIP 15 kursi, PAN 6 kursi, PKB 6 kursi, Gerindra 6 kursi, PKS 6 kursi, Golkar 5 kursi, Nasdem 3 kursi, PPP 3 kursi.
Di antara kandidat yang sudah muncul ke publik, Supriyanto Antok dan Mumtaz Rais merupakan representasi dari kaum muda yang akan bertarung di Pilkada Sleman menarik perhatian masyarakat.
Keberadaan anak muda menjadi penting karena persoalan yang dihadapi Slemab kedepan berkaitan dengan anak muda akibat bonus Demografi di Indonesia.
Supriyanto ketika dihubungi awak media mengatakan, telah menjalani proses pendaftaran dan fit proper test di internal PDIP.
"Saya masih menunggu Rekomendasi Ketua Umum PDIP, Insya Allah nantinya bisa ditugaskan di Pilkada Sleman," ujarnya.
"Sleman juga bisa menjadi ikon kebhinekaan dengan beragam suku agama dan golongan masyarakat hidup bertoleransi, tampilnya pemimpin muda bisa mewarnai kebhinekaan dalam konteks kekinian, bisa dipahami oleh anak milenial zaman now!" ujarnya.
Dalam pandangan, Pengamat politik UIN Sunan Kalijaga Dr Abdur Rozaki, kontestasi politik di pilkada Sleman harus didorong untuk mematahkan kekuatan oligarki politik lama yang dalam beberapa dekade terakhir tidak banyak membuat inovasi dan gebrakan lainnya di dalam perbaikan kesejahteraan masyarakat.
Muncul figur politik muda juga harus dilihat dalam konteks dua hal, apakah ia menjadi bagian dari kepanjangan oligarki politik lama, ataukah kekuatan baru yang akan menghadirkan kebijakan kesejahteraan baru di dalam masyarakat.
"Ada anak muda yang muncul sebagai bagian dari reprsentasi oligarki politik lama, yang tidak akan memberikan banyak perubahan di dalam masyarakat, seperti figur Mumtaz rais, ada anak muda yang berupaya mematahkan jalinan oligarki lama menuju harapan baru masyarakat akan perbaikan keadilan di dalam masyarakat. sebaiknya anak muda seperti Supriyanto membangun representasi publik semacam ini," ujar Rozaki. (*)