Tangkal Radikalisme, MCMI Jalin Komunikasi Dengan Takmir Masjid Pemerintah dan BUMN
Badan Intelijen Negara (BIN) menyatakan, 41 dari 100 masjid di beberapa kementerian hingga Badan Usaha Milik Negara
Editor: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Intelijen Negara (BIN) menyatakan, 41 dari 100 masjid di beberapa kementerian hingga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terindikasi terpapar radikalisme.
Diungkapkannya fakta ini tentu membuat banyak pihak prihatin. Tak terkecuali Masyarakat Cinta Masjid Indonesia (MCMI).
"Ironis, dalam lingkungan pemerintahan yang berideologi Pancasila, tapi ada takmir masjid milik pemerintah yang ceramahnya anti Pancasila," ujar Ketua Umum MCMI, Wishnu Dewanto di sela-sela Orientasi Bela Negara bertema 'Tebarkan Dakwah Dengan Cinta Untuk Indonesia Maju, Sabtu (23/11/2019) berlangsung di Hotel Bintang Wisata Mandiri, Jakarta.
Masuknya paham radikalisme di masjid milik pemerintah dan BUMN ini, dikatakan Wishnu menjadi keprihatinan MCM. Dan keprihatinan tersebut di buktikan dengan upaya konkrit lewat membangun komunikasi dengan takmir-takmir masjid di lingkungan pemerintahan dan BUMN.
"Sebagian sudah (komunikasi) walaupun belum semuanya. Dari acara ini juga kita kumpulkan referensi untuk masukan bagi para takmir masjid tersebut. Kita himbau pemerintah jangan hanya membangun masjid yang indah saja, tapi perhatikan juga takmir maajidnya," papar Wishnu.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pembina MCMI, Budi Karya Sumadi meminta pengurus MCMI terus menyampaikan dakwah dengan cinta.
"MCMI harus menjadi garda terdepan mengajak umat tetap dalam kerukunan yang penuh toleransi sesama umat beragama. Saya juga menekankan perlu adanya inovasi dalam menyampaikan dakwah dengan cinta," ujar Budi Karya dalam sambutannya.
Seperti diketahui, Staf Khusus Kepala Badan Intelejen Negara (BIN), Arief Tugiman menyatakan sebanyak 41 dari 100 masjid di beberapa kementerian hingga BUMN terindikasi terpapar radikalisme.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.