Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menhub Budi Bacakan Laporan Akhir Investigasi KNKT terkait Penyebab Jatuhnya Pesawat Lion Air PK-LQP

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menjelaskan laporan akhir KNKT terkait penyebab jatuhnya Pesawat Lion Air PK-LQP.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Menhub Budi Bacakan Laporan Akhir Investigasi KNKT terkait Penyebab Jatuhnya Pesawat Lion Air PK-LQP
Tribunnews.com/Chaerul Umam
Rapat Kerja Komisi V DPR RI dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Senin (25/11/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menjelaskan laporan akhir KNKT terkait penyebab jatuhnya Pesawat Lion Air PK-LQP.

Hal itu disampaikannya dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR, Senin (25/11/2019).

Awalnya, Budi menyampaikan rasa duka yang mendalam atas tragedinya terjatuhnya pesawag berjenis Boeing 737 MAX-8 itu.

Ia menyebut peristiwa kecelakaan pesawat ini menjadi pelajaran berharga bagi negara untuk menyikapi keselamatan transportasi.

Kemudian ia menyampaikan komitmen Kemenhub untuk meningkatkan keselamatan penerbangan nasional.

"Musibah ini tidak menimpa satu pihak, tetapi juga banyak pihak dan menjadi duka dan pelajaran berharga bagi kita, bagi negara, menyikapi keselamatan transportasi," kata Budi.

Berita Rekomendasi

"Menjadi komitmen yang diberikan bagi Kementerian Perhubungan dalam meningkatkan keselamatan penerbangan nasional," imbuhnya.

Setelah itu, Menhub Budi membacakan hasil investigasi KNKT berisi sembilan faktor yang berkontribusi dan saling berkaitan dalam peristiwa jatuhnya Lion Air PK-LQP.

Faktor-faktor tersebut yaitu:

1. Asumsi terkait reaksi pilot yang dibuat pada saat proses desain dan sertifikasi pesawat Boeing 737-8 (MAX), meskipun sesuai dengan referensi yang ada ternyata tidak tepat.

2. Mengacu asumsi yang telah dibuat atas reaksi pilot dan kurang lengkapnya kajian terkait efek-efek yang dapat terjadi di kokpit, sensor tunggal yang diandalkan untuk MCAS dianggap cukup dan memenuhi ketentuan sertifikasi.

3. Desain MCAS yang mengandalkan satu sensor rentan terhadap kesalahan.

4. Pilot mengalami kesulitan melakukan respons yang tepat terhadap pergerakan MCAS yang tidak seharusnya karena tidak ada petunjuk dalam buku panduan dan pelatihan.

5. Indikator AOA DISAGREE tidak tersedia di pesawat Boeing 737-8 (MAX) PK-LQP, berakibat informasi ini tidak muncul pada saat penerbangan dengan penunjukan sudut AOA yang berbeda antara kiri dan kanan sehingga perbedaan ini tidak dapat dicatatkan oleh pilot dan teknisi tidak dapat mengidentifikasi kerusakan AOA sensor.

6. AOA sensor pengganti mengalami kesalahan kalibrasi yang tidak terdeteksi pada saat perbaikan sebelumnya.

7. Investigasi tidak dapat menentukan pengujian AOA sensor setelah terpasang pada pesawat yang mengalami kecelakaan dilakukan dengan benar, sehingga kesalahan kalibrasi tidak terdeteksi.

8. Informasi mengenai stick shaker dan penggunaan prosedur non-formal Runaway Stabilizer pada penerbangan sebelumnya tidak tercatat pada buku catatan penerbangan dan perawatan pesawat mengakibatkan pilot ataupun teknisi tidak dapat mengambil tindakan yang tepat.

9. Beberapa peringatan, berulangnya aktivasi MCAS dan padatnya komunikasi dengan ATC tidak terkelola dengan efektif. Hal ini diakibatkan oleh situasi-kondisi yang sulit dan kemampuan mengendalikan pesawat, pelaksanaan prosedur non-normal dan komunikasi antarpilot, berdampak pada ketidakefektifan koordinasi antarpilot dan pengelolaan beban kerja. Kondisi ini telah teridentifikasi pada saat pelatihan dan muncul kembali pada penerbangan ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas