Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menteri LHK Tugaskan Dirjen Teliti Dugaan Pencemaran Lingkungan di Sungai Bengawan Solo

Ia mengatakan saat ini Dirjen tersebut telah terjun ke lapangan untuk menindaklanjuti hal tersebut.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Menteri LHK Tugaskan Dirjen Teliti Dugaan Pencemaran Lingkungan di Sungai Bengawan Solo
Gita Irawan/Tribunnews.com
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya usai rapat bersama Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Mahfud MD di kantor Kemenkopolhukam Jalan Merdeka Barat Jakarta Pusat pada Jumat (29/11/2019). 

Dalam video berdurasi pendek itu, mendokumentasikan air Sungai Bengawan Solo di wilayah Kecamatan Cepu yang menjadi salah satu sumber air baku PDAM Tirta Amerta Blora berwarna merah hitam pekat.

Video itu diambil pada Minggu (24/11/2019) pagi oleh pegawai PDAM Tirta Amerta Blora.

Dari keterangan PDAM Tirta Amerta Blora, kepekatan pencemaran air itu telah mencapai 1.300 tcu (true color unit).

Padahal, sesuai aturan, diperbolehkan membuang polutan ke sungai dengan maksimal kekeruhan warna 200 tcu.

Akibat pencemaran sungai Bengawan Solo itu, PDAM Tirta Amerta Blora terpaksa menghentikan operasionalnya ke 12.000 sambungan rumah (SR) di lima Kecamatan terdampak yakni Cepu, Sambong, Jiken, Jepon dan Blora sejak Selasa (26/11/2019) hingga batas waktu yang tak ditentukan.

Sementara 7.000 sambungan rumah (SR) dari sejumlah kecamatan lain yang tidak terdampak masih tetap bisa mengakses air bersih dari PDAM Tirta Amerta Blora.

Baca: Menteri LHK Siti Nurbaya Rapatkan Barisan Usai Terima DIPA

Di antaranya, Kecamatan Randublatung, Menden, Kedungtuban, Ngawen dan Kunduran.

Berita Rekomendasi

"Untuk yang masih beroperasi adalah yang tidak memanfaatkan air baku Bengawan Solo. Baik yang dari mata air dan sumber air lainnya. Total itu 19.000 sambungan rumah dan kami hentikan 12.000 sambungan rumah. Merugi sih iya, tapi kami tak menghitung," kata Yan.

Dia menambahkan, pihaknya sudah mengupayakan berbagai cara, mulai metode lumpur sampai bahan kimia, tetap tidak bisa.

"Jadi solusi terbaik ya kami hentikan operasionalnya sebelum ada solusi," tambah Yan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas