Kasus Baru HIV di Indonesia Menunjukkan Kekhawatiran
Aditya Wardhana mengungkap angka insiden kasus baru HIV di Indonesia juga menunjukkan kekhawatiran.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari Aids Sedunia. Direktur Eksekutif Indonesia AIDS Coalition (IAC) Aditya Wardhana mengungkap angka insiden kasus baru HIV di Indonesia juga menunjukkan kekhawatiran.
"Di tahun 2016 tercatat insiden kasus baru HIV sebanyak 48.000 kasus, di tahun 2017 sebanyak 49.000 kasus dan di 2018 sebanyak 46.000 angka kasus baru HIV," ujar Aditya dalam keterangannya, Minggu (1/12/2019).
Selain itu, angka kematian akibat AIDS sendiri juga sangat mengkuatirkan. Di 2016, ada 38.000 Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang meninggal dan 2017 sebanyak 39.000 ODHA yang meninggal. Untuk 2018 ada 38.000 ODHA yang meninggal.
Aditya menilai ini merupakan sebuah pertanda buruk sebab kondisi kematian akibat AIDS di Indonesia bisa disejajarkan dengan angka kematian akibat AIDS di beberapa negara di Afrika yaitu Uganda, South Africa dan Kenya dimana epidemi AIDS sudah dalam tataran meluas di kelompok masyarakat umum.
"Indonesia sudah memasuki phase darurat AIDS. Hari AIDS 1 Desember 2019 ini akan menjadi sebuah duka mendalam bagi ODHA di Indonesia sebab ini akan menjadi penentuan apakah hidup mereka masih akan bertahan di tahun depan jika melihat kondisi stock ARV yang sangat mengkuatirkan ini” tutur Aditya.
Untuk diketahui angka kasus HIV sampai dengan bulan Oktober 2019 menunjukan bahwa dari estimasi 640.443 ODHA yang ada di Indonesia, baru terdapat 368.239 ODHA yang mengetahui statusnya dan hanya 124.813 orang yang masih dalam pengobatan.
Sementara itu Pemerintah melalaui Kementerian Kesehatan selama ini selalu mendorong ODHA untuk selalu patuh dalam minum obat ARV tapi sayangnya upaya tersebut tidak dibarengi dengan respon yang sesuai.
Terkait dengan itu, Indonesia AIDS Coalition yang merupakan bagian dari komunitas HIV meminta pemerintah untuk segera lakukan pengadaan ARV dengan dana bersumber dari APBN khususnya yang sudah tercantum di e-katalog sehingga mencegah kekosongan obat.
"Penguatan kebijakan Test and Start bagi ODHA khususnya di wilayah-wilayah High Burden dimana ODHA begitu tahu status HIV segera dimotivasi untuk memulai pengobatan ARV. ARV yang ramah Pasien seperti Dolutegravir adalah sebuah kebutuhan mutlak dan harus segera diadakan sesuai dengan pedoman WHO terbaru," tambahnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.