Marshanda Mengidap Bipolar, Khawatir Penyakitnya Menurun pada Putri Semata Wayangnya
Pesinetron artis Marshanda akui mengidap bipolar sejak tahun 2009. Ia khawatir penyakit mentalnya tersebut menurun kepada anaknya, Sienna.
Penulis: Nidaul 'Urwatul Wutsqa
Editor: Ayu Miftakhul Husna
Mantan istri Ben Kasyafani lantas bercerita jika ia khawatir anaknya mempunyai kecenderungan sama sepertinya.
"Dia tu punya kecenderungan kayak aku dulu, dia nggak mau orang lain khawatir. Jadi dia kalau bisa, 'gua nangis, gua kunci kamar mandi, gua nangis sendiri atau gua masuk lemari gua kunci, gua tutup muka pakai bantal biar nggak ada yang denger kalau perlu'," ungkap Caca.
Mengetahui tanda-tanda yang sempat dirasakan Marshanda sebelum menderita bipolar, kini ia meminta Sienna untuk tidak memendam trauma atau kesedihan apapun.
Marshanda juga memberikan banyak pengertian kepada Sienna.
"Semuanya kita sudah pernah kita komunikasikan dan aku sampaikan. Dan aku ajarkan juga ke dia bahwa Siena feeling is healing. 'Ibu request kamu kalau nangis jangan ditahan'," ujar Caca di hadapan Ussy dan Andhika.
Marshanda juga meminta dirinya bisa menjadi tempat bagi sang anak menumpahkan segala keluh kesahnya.
"Sama ibuk, jangan ke semua orang karena tidak semua orang ngerti, aku bilang gitu," sambungnya.
Marshanda mengaku memberikan kebebasan bagi anaknya itu demi kesehatan psikologis sang buah hati.
Ia bahkan meminta Sienna untuk mengekspresikan apapun yang tengah dirasakan kepadanya.
"Sama ibu kamu boleh tumpah. Kamu mau nangis, kamu mau teriak, kamu mau pasang lagu yang keras.
Karena mungkin that will make you feel better," ujar Caca saat menceritakan dirinya bersama Sienna.
Caca juga mengungkapkan pada Ussy dan Andhika bahwa dirinya suka menulis di note handphonenya.
Tulisan-tulisan tersebut berjumlah ratusan bahkan ribuan.
Marshanda melakukan hal tersebut adalah sikap agar dirinya terhindar dari frustasi dan pikiran negatif.
"Feeling is healing. Jadi kalau lagi frustasi lagi kangen just feel what I feel. Jangan di tunda," kata Caca.
"Biarkan semua rasa sedih dan ketidakmengertian itu muncul ke permukaan kulit sampai bentuknya menjadi apapun itu. Air mata kah, tulisan kah, doa, curhat, dan mendoakan orang lain yang punya kuasa atas kenyataan ini," pungkasnya. (*)
(Tribunnews.com/Nidaul 'Urwatul Wutsqa)