Kapolda Sebut Ledakan di Monas Karena Granat Asap, Ahli Bilang Granat Asap Tidak Meledak
Granat asap tidak sama dengan granat api/nanas. Granat asap diciptakan untuk mengepulkan asap, alih-alih meledak dan menghancurkan sekeliling.
Editor: Hasanudin Aco
Pakar militer dan intelijen Beni Sukadis juga sangsi bahwa ledakan Monas disebabkan oleh granat asap.
Beni belum pernah mendengar riwayat granat asap (di luar bom fosfor) pernah meledak dan melukai orang.
"Granat asap kan hanya buat pengalihan saja untuk mengusir. Kemungkinan sih granat nanas, makanya bisa sampai melukai begitu. Kalau dilihat dari foto-fotonya kan memang cukup parah ya," jelas Beni kepada Kompas.com, Selasa.
"Tapi saya tidak tahu kalau polisi bilang granat asap," tambah dia.
Keterangan Beni diperkuat oleh keterangan saksi di sekitar Monas pada saat ledakan.
Mariyati, petugas kebersihan, mengaku mendengar ledakan berdesibel tinggi dari Monas.
Mariyati saat itu tengah menyapu jalanan di sekitar gedung Mahkamah Agung.
"Sekali ledakan kenceng banget," kata Mariyati, seperti dikutip dari Kompas TV, Selasa.
Beni mengaku heran, bahan peledak bisa ada di Monas, kawasan ring 1 yang semestinya dijaga ketat.
Apalagi, tak sembarang orang dapat memiliki granat.
Tak hanya sipil, beberapa pasukan TNI dan Polri tak punya akses terhadap peledak yang satu ini.
Granat beredar secara eksklusif hanya di pasukan-pasukan tertentu.
"Saya enggak yakin kalau sipil yang meletakkan, kecuali tentaranya jualan ke sipil. Tidak masuk akal kalau orang sipil yang meletakkan," ujar Beni.
Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (LESPERSSI) itu pun menepis kemungkinan bahwa granat dibawa oleh massa reuni akbar 212 saat acara berlangsung pada Senin (2/12/2019) lalu.