Pengamat Pendidikan Soroti Budaya Baca Siswa Indonesia di Sekolah
Menurut Jimmy, tanpa PISA sekalipun, sebenarnya sudah dapat diketahui pendidikan di Indonesia masih lemah.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat pendidikan, Jimmy Paat, menyoroti rendahnya rangking Indonesia pada peringkat Program Penilaian Pelajar Internasional atau Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang dirilis OECD.
Menurut Jimmy, tanpa PISA sekalipun, sebenarnya sudah dapat diketahui pendidikan di Indonesia masih lemah.
"Tanpa PISA kita juga tahu pendidikan kita lemah," ujar Jimmy saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (4/12/2019).
Jimmy menyoroti rendahnya budaya membaca di Indonesia.
Menurut Jimmy, selama ini sekolah di Indonesia tidak pernah menanamkan budaya membaca kepada siswanya.
Menurut Jimmy, untuk dapat mengetahui minat baca siswa dapat diketahui dari ramainya perpustakaan pada sekolah tersebut.
Baca: Cristiano Ronaldo Bantah Telah Menikah dengan sang Pacar yang Telah Memberinya Seorang Putri
Jimmy mengungkapkan selama ini perpustakaan pada sekolah di Indonesia selalu sepi.
"Bagaimana kemampuan membaca kalau di sekolah tidak ada kebiasaan membaca. Sekarang apa sih rujukan bahwa di negara kita ada budaya membaca? Perpustakaannya ramai. Sekarang cari sekolahan top yang perpustakaannya ramai. Itu kan jarang," kata Jimmy.
Menurut Jimmy, selama ini guru tidak pernah membiasakan siswanya untuk menyukai bahan bacaan.
Padahal menurutnya yang paling penting adalah meningkatkan kesukaan seorang anak pada membaca.
Setelah suka, anak akan membaca buku tanpa paksaan atau ajakan dari guru.
Baca: Kemendikbud: Kultur Belajar Harus Diubah untuk Meningkatkan Minat Baca
Jimmy mengajak guru untuk membacakan buku cerita ringan kepada siswa bahkan sejak belum bisa membaca.
Menurutnya, hal itu dapat meningkatkan minat baca hingga dewasa.