Menristek Bambang Brodjonegoro: BPPT Buat Implant Tulang Belum Ada yang Mau Beli
Menristek Bambang mengatakan implant tulang yang diciptakan BPPT hingga kini belum belum ada yang mau membelinya.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Private sektor Indonesia belum aware akan Riset dan Pengembangan (R&D). Kebanyakan masih berjiwa dagang saja dan belum punya passion besar untuk memperhatikan R&D.
"Private sector di Indonesia belum aware akan R&D. Passion para pemilik usaha perlu ditingkatkan lagi kesadarannya mengenai R&D. Kompetitif inovatif yang lebih baik melalui R&D atau product development," ungkap Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset, Teknologi, dan Badan Riset Inovasi Nasional Kabinet Indonesia Maju, 2019 - 2024, Jumat (6/12/2019) di hadapan para pelajar dan masyarakat Indonesia di Tokyo.
Kerja sama yang baik antara peneliti dengan pengusaha tampaknya akan ditingkatkan lebih baik lagi oleh Menteri Bambang.
"Kerja sama antara dunia usaha dan peneliti akan kita tingkatkan lebih baik lagi termasuk izin dan birokrasi yang ada," ujar Bambang.
Menteri Bambang juga memberikan contoh mengenai implant tulang yang diciptakan oleh BPPT.
Baca: Menteri Ristek: Bos Jepang Masayoshi Son Tertarik Investasi Teknologi Informasi di Kalimantan
Baca: Bos Jepang Ini Pura-pura Mau Jadikan Artis Pengisi Suara, Malah Mencabuli Gadis di Bawah Umur
Baca: Anggaran Olimpiade Jepang Membengkak 250 Miliar Yen Menjadi 1,6 Triliun Yen
"Lihat saja implant tulang yang diciptakan BPPT. Rumah sakit belum ada yang mau membelinya. Maunya beli impor. Kita harus yakinkan bangsa sendiri untuk percaya buatan dalam negeri," ujar dia.
Oleh karena itu Menteri Bambang ingin mengangkat tinggi-tinggi R&D di Indonesia.
"Kita harus bisa mengangkat R&D bersama-sama, kerja sama semua pihak, penelitian luar dan Indonesia. Beberapa investor asing (FDI) di Indonesia memang sudah melakukan R&D di Indonesia. Tinggal bangsa kita sendiri harus ditingkatkan passionnya untuk meningkatkan perhatian kepada R&D," kata dia.
Bangsa Indonesia menurutnya sudah terbiasa ekspor nikel, minyak dan lainnya.
"Membuat kita nyaman-nyaman saja. Sedangkan mentalitas R&D dianggap suatu kemewahan, mahal, mending beli pikirnya. Belum lagi yang tidak yakin kepada Made in Indonesia," ungkapnya.
Sementara itu Kepala BPPT, Dr Ir Hammam Riza Msc menanggapi implant tulang BPPT, mengungkapkan masuknya produk tersebut ke daftar LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah).
"Saat ini inovasi tulang sudah masuk ecatalog LKPP untuk tipe traumatik SS316L," kata Hammam Riza khusus kepada Tribunnews.com, Sabtu (7/12/2019).
Melalui penguatan 7 peran BPPT, Hammam berharap komersialisasi implant tulang melalui industri nasional untuk bidang alat kesehatan menjadi salah satu prioritas nasional.
Tujuh peran BPPT adalah Perekayaan, Kliring teknologi, Audit Teknologi, Alih Teknologi, Intermediasi Teknologi, Difusi Pengetahuan dan Teknologi serta Komersialisasi Teknologi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.