Selain Ramai Kasus Harley Davidson, di Kargo Garuda juga Pernah Ditemukan Mobil Ferrari
Beredar sebuah video memperlihatkan mobil mewah merek Ferrari keluar dari kargo pesawat Garuda Indonesia di penerbangan GA086.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Sri Juliati
Beredar sebuah video memperlihatkan mobil mewah merek Ferrari keluar dari kargo pesawat Garuda Indonesia di penerbangan GA086.
TRIBUNNEWS.COM - Setelah ramai kasus motor Harley Davidson dan sepeda Brompton ditemukan di kargo pesawat Garuda Indonesia, kini terdapat mobil Ferrari.
Sebuah video yang beredar memperlihatkan mobil mewah merek Ferrari keluar dari kargo pesawat Garuda Indonesia dalam nomor penerbangan GA086.
Vice President Corporate Secretary M Ikhsan Rosan membenarkan Garuda Indonesia pernah membawa mobil Ferrari.
Kejadian Garuda Indonesia membawa mobil Ferrari tersebut terjadi pada tanggal 9 Oktober 2018 dalam pesawat berjenis B-777-300ER.
Dikutip dari Kompas.com, mobil Ferrari yang berada di kargo pesawat Garuda Indonesia ini secara legal diangkut dari Jakarta ke London.
"Bersama ini kami konfirmasikan, mobil tersebut merupakan barang kargo yang secara legal diangkut dari Jakarta tujuan London Heathrow dengan pesawat Garuda Indonesia GA086 jenis B-777-300ER pada 9 Oktober 2018," kata Ikhsan dalam siaran pers, Sabtu (7/12/2019).
Mobil tersebut, tambah Ikhsan, telah melalui prosedur kepabeanan resmi.
Mobil Ferrari merah yang diangkut memang milik seseorang yang menggunakan jasa kargo Garuda Indonesia.
"Adapun lokasi pengambilan gambar adalah di Bandara Heathrow London ketika kargo berupa mobil Ferrari tersebut diturunkan dari pesawat," tuturnya.
Selain mobil Ferrari, pesawat Garuda Indonesia juga kerap mengangkut barang-barang lain, bahkan pernah membawa panda dari China ke Jakarta pada 2017 silam.
"Garuda Indonesia juga pernah mengangkut panda dengan penanganan khusus dari Chengdu, China ke Jakarta pada september 2017 lalu," kata dia.
Industri Pariwisata Gembira Ari Askhara Dipecat
Dengan dipecatnya Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara oleh Menteri BUMN Erick Thohir, industri pariwisata Indonesia mengaku bergembira.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Indonesia Congress & Convention Asosiaciation (INCCA) Iqbal Alan Abdulah mengatakan, Ari Askhara dinilai tidak pro dengan industri pariwisata.
"Setuju banget (atas pemecatan Dirut Garuda). Memang kalau kita lihat Dirut Garuda yang sekarang ini tidak pro kepada industri pariwisata," ujar Iqbal, seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Selain tidak pro dengan industri pariwisata, Iqbal menilai jika Ari Askhara juga tidak pro dengan kru kabin pesawat Garuda Indonesia.
Hal tersebut terbukti dengan adanya karangan bunga ucapan terima kasih kepada Erick Thohir.
"Bisa dilihat dia juga tidak pro kepada kru kabinnya sendiri dari banyaknya karangan bunga ucapan terima kasih pada Erick Thohir," ujar Iqbal.
Menurut Iqbal, Garuda Indonesia saat ini seperti berada di zona nyaman, tidak peduli dengan industri pariwisata yang saling memberi sokongan dengan maskapai.
"Merasa hebat, merasa super power, tidak butuh bantuan. Bentuknya kartel, apalagi dengan masuk Sriwijaya lalu keluar lagi. Merasa tidak peduli dengan harga tiket domestik yang begitu mahal," jelas Iqbal.
Selain Iqbal, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani juga mengaku bahagia atas pemecatan Ari Askhara.
Menurut Hariyadi, selama Ari Askhara menjabat Dirut Garuda Indonesia, kerap menghambat perusahaan swasta untuk mendistribusikan minyak jenis avtur.
Dengan harga tiket pesawat dan tarif kargo, kata Hariyadi, juga membuat industri pariwisata merasa sulit.
Dirjen Perhubungan Udara Tak Masalahkan Pemecatan Ari Askhara
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Polana B Pramesti menyebut pemecatan Ari Askhara menjadi Dirut Garuda tidak menjadi sebuah masalah.
Sebab, operasional Garuda Indonesia masih bisa berjalan selama ada direktur kunci itu.
"Yang penting buat kami sih key person-nya masih ada seperti yang lama. Jadi yang kita pegang adalah key person-nya, ya."
"Direktur Operasi, Direktur Teknik, dan Direktur Safety. Oke itu saja," kata Polana, seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Polana mengakui pihaknya telah mendengar laporan adanya ketidaksesuaian antara kargo pesawat baru Garuda yang diterbangkan dari Prancis dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan ketentuan, pengiriman pesawat dengan penerbangan tidak diperbolehkan untuk membawa kargo dan penumpang dengan tujuan komersial.
Bila memang harus, hal itu merupakan bagian dari operasional penerbangan, misalnya awak tambahan, teknisi, komponen, inspektur penerbangan, dan sebagainya.
"Laporannya memang ada ketidaksesuaian dengan flight approval (FA). Tidak sesuai dengan flight yang ada manifest di dalam flight (penerbangan) itu. Tapi saya belum terima resmi laporannya," ungkap Polana.
(Tribunnews.com/Whiesa) (Kompas.com/Fika Nurul Ulya/Silvita Agmasari)