3 Pesan Jokowi kepada Ahok Selaku Komisaris Utama Pertamina
Presiden Jokowi memberikan pesan kepada komisari utama pertamina Basuki Tjahaja Purnama dalam memimpin pertamina
Penulis: Muhammad Nur Wahid Rizqy
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo berikan intruksi kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat bertemu di Istana Kepresidenen Jakarta, Senin (9/10/2019).
Dikutip dari tayangan Kompas TV, Jokowi perintahkan beberapa hal ke Ahok selaku Komisaris Utama PT. Pertamina (Persero).
Hal pertama permintaan Jokowi ialah, pertamina harus untuk dapat menurunkan harga minyak dan gas.
Menurut Jokowi, impor migas harus dikurangi karena untuk menekan masalah difisit neraca perdagangan.
"Saya ingin urusan yang berkaitan dengan defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan, kita bisa turunkan kalau impor migas bisa dikendalikan dengan baik," kata Jokowi.
Hal kedua yang menjadi sorotan adalah penggunaan biodiesel 30 (B30).
Dalam penerapanya nanti, Jokowi ingin pertaminan dapat mengawal program biodiesel 30 (B30) sebagai bahan campuran solar.
Rencananya program tersebut akan diterapkan pada awal Januari 2020.
"Yang kedua soal penggunaan B30 yang akan dimulai Januari awal agar betul-betul dilaksanakan dan dikawal agar bisa menurunkan impor minyak kita," ujar Jokowi.
Ketiga pesan Jokowi terhadap Ahok adalah diharapkan Pertaminan mampu meningkatkan lifting atau produksi minyak nasional.
Dalam upaya meningkatkan produksi minyak nasional adalah dengan cara membangun kilang minyak sendiri.
Disini Jokowi menegaskan, sudah 34 tahun, apakah pertamina belum mampu membangun kilang sendiri.
Sembari berkelakar 'itu Kebangetan'.
"Pembangunan kilang minyak itu harus, masa sudah 34 tahun kita tidak bisa membangun kilang minyak, itu kebangetan," tegas Jokowi.
Sebelumnya, Ahok datang ke Istana Negara bersama dengan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.
Kedatanganya bersama dengan Nicke adapun dalam rangka pembahasan masalah defisit nerasa perdagangan.
Dalam keteranganya seusai bertemu dengan Jokowi, Ahok menyampaikan salah satu penyebab defisit neraca perdangangan adalah masih tingginya impor minyak dan gas.
"Pesannya jelas. Tadi dijelaskan Ibu (Nicke), Presiden ingin memperbaiki defisit neraca perdagangan kita. Kunci paling besar sektor petrokimia dan migas," kata Ahok.
Ahok juga menyatakan kesiapanya untuk membantu defisit yang sedang dialami ini.
Langkah yang akan dijalankan Ahok antara lain akan berkomitmen untuk mengawasi dan membenahi tata kelola manajemen Pertamina.
"Tugas saya bukan campuri bisnis Pertamina, tapi manajemen. Saya komut," kata Ahok.
Selain akan membenahi tata kelola di PT. Pertamina, Ahok menegaskan akan memperbaiki industri petrokimia dalam memproduksi komoditas petrokimia sebagai subtitusi impor.
"Presiden ingin memperbaiki defisit neraca perdagangan kita. Kunci paling besar sektor petrokimia dan migas," sebut Ahok.
Di akhir keteranganya, Ahok sempat ditanya mengenai kesannya bertemu dan bekerja kembali dengan Jokowi.
Ia mengungkapkan biasa-biasa saja, senyum-senyum.
"Ya senyum-senyum saja. Saya duduknya persis di depan Pak Wapres sama Pak Presiden," kata dia.
Ahok diketahui sebelumnya sempat bekerja dengan Jokowi saat keduanya menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.
(Tribunnews.com/Muhammad Nur Wahid Rizqy)