Mantan Pramugari Ini Ungkap Watak Mantan Dirut Garuda Ari Askhara, Main PHK Bergantung Mood
Satu per satu orang-orang yang menjadi korban kekuasaan mantan Dirut Garuda Indonesia, Ari Askhara pun bermunculan.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Satu per satu orang-orang yang menjadi korban kekuasaan mantan Dirut Garuda Indonesia, Ari Askhara pun bermunculan.
Kini, ada seorang pramugari yang membuat pengakuan mengejutkan.
Dialah Anggi Ardana Neswari, wanita cantik berhijab yang mengaku di-PHK secara sepihak oleh pihak Garuda Indonesia.
Status PHK ini, disebutnya, berdasarkan keputusan Ari Askhara yang saat itu masih menjabat sebagai Dirut Garuda Indonesia.
"Kasus saya itu sudah masuk mediasi, sampai tiga kali, dan yang pertama tetap keputusan PHK telah diberikan oleh Bapak AA untuk kami karena kebetulan kami itu ada di serikat IKAGI, itu sampai di situ orang manajemen bilang bahwa itu keputusan dari Bapak AA," kata Anggi.
Menurutnya, pada mediasi kedua pun, pihak manajemen justru memintanya untuk membuat surat permohonan maaf.
Dari sinilah, watak asli Ari Askhara pun terbongkar. Mantan Dirut Garuda itu memungkinkan mengambil keputusan berdasarkan mood atau perasaannya.
"Kalau mood Bapak bagus maka permohonan akan diterima dan kemungkinan kami bisa kembali bekerja," ujar Anggi.
Namun, Ari Askhara disebut memungkinkan tak akan mempekerjakan lagi Anggi sebagai pramugari di Garuda Indonesia saat mood sedang buruk.
Dengan kata lain, permohonan maafnya tak diterima dan memutuskan melakukan PHK.
"Tapi kalau moodnya (tidak baik) kita mungkin tak akan dikerjakan lagi di Garuda kembali," katanya.
Saat itu, ia mengaku percaya-percaya saja pada pihak manajemen yang menyebut keputusan itu datang dari Ari Askhara.
"Saya orangnya polos, jadi saya percaya aja omongan orang. Maksudnya omongan pihak manajemen dan saya tidak mau negative thinking karena dari mulut mereka sendiri berkata bahwa 'ini kehendak bapak AA'," katanya.
Terkait masalah ini, mulanya muncul ketika Anggi bertugas sebagai kru haji pada Agustus 2019.
"Saya sekarang berstatus PHK sepihak dari pihak Garuda Indonesia mengenai waktu itu tanggal 2 Agustus 2019, saya sebagai kru haji 2019 ini dan di base Medan," katanya.
Menurutnya, kala itu ia membawa barang bawaan untuk saudara suaminya yang berada di Jeddah. Ketika landing di Jeddah, barang bawaannya tersita karena terkena random check.
"Saya hanya membawa tiga slop, dan tertulis flight attendant service guide book, yang mana barang itu legal dan aturannya boleh membawa 600 stick, lalu di pihak Jeddah memang kadang-kadang random check, akhirnya kami terkena random check," ujarnya.
Kemudian, oleh pihak Jeddah hanya diperbolehkan membawa satu sehingga sisanya dimusnahkan. Anggi juga menyebut, ia tak membayar denda, juga tak terekspos media massa dan tak berurusan dengan polisi.
"Namun, itu hanya dimusnahkan saja dan diperbolehkan dari mereka. 'boleh Anda membawa namun hanya satu', tapi tidak bayar finalti, tidak masuk ke madia, tidak ada kepolisian yang menangkap kami bahwa kami adalah tindakan kriminal. Jadi hanya itu sudah, setelah itu kita diperbolehkan untuk kembali, dan diperingatkan hanya boleh satu," katanya.
Namun, hal itu justru dipermasalah pihak Garuda Indonesia. Ia mengaku, malah di-PHK secara sepihak.
Padahal, menurutnya, berdasarkan prosedur, mestinya ada surat peringatan dulu.
"Jadi saya di sini sangat menyesal bahwa pihak Garuda mem-PHK kami secara sepihak, tanpa memberikan surat peringatan yang seharusnya prosedurnya adalah memberikan surat peringatan terlebih dulu kepada awak kabin, mohon maaf apabila ada awak kabin yang nakal diperingati dulu lah paling tidak," katanya.
Selama sembilan tahun bekerja di Garuda Indonesia, Anggi mengaku bersih dari kasus apa pun.
Namun, saat dapat masalah barang disita itu, ia langsung mendapatkan pukulan keras karena dapat PHK.
"Saya tidak pernah melakukan kasus di Garuda selama 9 tahun saya bekerja, tetapi saya langsung dikeluarga seperti itu dengan sewenang-wenang," katanya.
Ia menyebut, padahal dalam perjanjian kerjanya setidaknya diberikan surat peringatan terlebih dulu.
"Padahal di perjanjian kerja bersama itu kita selayaknya diberi hukuman etlish SP 1," ujar Anggi.
Menurut Anggi, pihak manajemen Garuda kala itu menyebutnya telah mencemarkan nama baik perusahaan.
Padahal, dirinya mengaku tak membawa barang ilegal, termasuk tak membawa jenis barang yang tak diperbolehkan oleh pihak Jeddah.
"Manajemen bilang bahwa kami itu memakai seragam Garuda dan mencemarkan nama baik Garuda padahal kami itu tidak membawa barang-barang yang ilegal."
"Tidak membawa satu pun barang yang tidak diperbolehkan seperti narkoba, ataupun segala sesuatu yang tidak diperbolehkan pihak Jedah," kata Anggi.
Ia pun mengaku, selain dirinya ada pula tujun teman lainnya yang juga dipecat akibat masalah yang sama bersamanya ketika di Jeddah.
"Ini pengalaman yang saya alami sendiri, bersama teman saya. Yang terkena di Mekkah ada 8 orang, tidak semua bawa rokok, tapi ada barang bawaan yang disita, dan semua dipecat," katanya.
Ari Askhara Dipecat
Ari Askhara kini menjadi perbincangan hangat karena jabatannya sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia dicopot oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
Pencopotan jabatan Ari Askhara dari Dirut Garuda Indonesia ini, akibat dugaan kasus penyelundupan onderdil Harley Davidson dan sepeda Brompton.
Ia disebut ketahuan melakukan penyelundupan yang melibatkan banyakn pihak di Garuda Indonesia.
Seperti yang dimuat Kompas.com, berdasarkan penuturan Menteri BUMN Erick Thohir, Ari Askhara disebut memberikan instruksi untuk mencari motor Harley Davidson klasik keluaran 1972.
Hal itu disebut dilakukan Ari Askhara sejak 2018.
Tak hanya itu, disebutkan pula transfer dana ke rekening pribadi Finance Manager Garuda Indonesia berinisial IJ atau yang bernama lengkap Iwan Joeniarto, di Amsterdam.
Akibatnya, total kerugian negara akibat masalah itu mencapai Rp 532 juta hingga Rp 1,5 miliar.
Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Disebutkan ada 18 kotak yang ada ditemukan di lambung pesawat baru Garuda Indonesia tipe tipe Airbus A330-900 NEO.
Kemudian, disebutkan hasil pemeriksaan disebutkan harga motor Harley Davidson tahun 1972 itu Rp 800 jutaan.
Sementara itu, dua sepeda Brompton yang juga ditemukan dalam pesawat itu harga per unitnya diperkirakan Rp 50 juta hingga Rp 60 juta.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Watak Ari Askhara Mantan Dirut Garuda Terbongkar, Main PHK Bergantung Mood, Pramugari Ini Korbannya, https://jabar.tribunnews.com/2019/12/11/watak-ari-askhara-mantan-dirut-garuda-terbongkar-main-phk-bergantung-mood-pramugari-ini-korbannya?page=all.