Menantu Jokowi Bantah Sedang Bangun Dinasti Politik
Menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution, membantah tudingan yang menyatakan dirinya tengah membangun politik dinasti.
Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution, membantah tudingan yang menyatakan dirinya tengah membangun politik dinasti.
Tudingan tersebut santer terdengar sejak dirinya resmi mendaftar sebagai calon Wali Kota Medan pada Pilkada 2020.
Terlebih lagi, sang kakak ipar, Gibran Rakabuming Raka, juga telah memastikan dirinya bakal maju di Pilkada Solo tahun depan.
Dilansir dari kanal Youtube Kompas TV, Bobby menyebut dinasti motivasi lebih tepat untuk menggambarkan tekadnya terjun ke kancah politik.
Suami Kahiyang Ayu ini menjelaskan, jika yang dimaksud dinasti adalah ketika Jokowi menurunkan semangat dan motivasi untuk terus bekerja.
"Yang pasti itu motivasinya," kata Bobby.
"Kalau dibilang dinasti mertua saya, dinasti motivasinya itu, semangatnya itu," sambungnya.
Bobby pun menerangkan, kinerja Jokowi yang dilihatnya selama ini menjadi pendorong bagi dirinya dalam mengambil keputusannya terjun ke politik.
"Karena mertua saya kan, saya tidak bisa memuji sendiri, bisa dilihat sendiri kinerjanya, nah mungkin dinastinya itu (motivasi) saja, bukan dinasti politik," terangnya.
"Kalau tujuannya untuk mencari kekuasaan, lebih enak kita menjadi keluarga saja daripada kita cemplung langsung," tambahnya.
Hingga kini, Bobby mengaku sudah menjalin silaturahmi dengan sejumlah partai politik.
Ia belum dapat memastikan partai mana yang akan mendukungnya dalam Pilkada Kota Medan 2020.
Menurut Bobby, partai politik memiliki mekanisme sendiri untuk memberikan dukungan kepada calon kepala daerah.
Ia pun masih enggan berkomentar soal program-program yang akan diusungnya untuk menjadi Calon Wali Kota Medan.
Hanya Ingin Berkontribusi
Sebelumnya Putra Sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka juga membantah pencalonan dirinya menjadi Wali Kota Solo merupakan politik dinasti.
Gibran menegaskan, pencalonannya tersebut merupakan upayanya untuk memberikan kontribusi pada kota kelahirannya.
"Saya hanya ingin sedikit menyumbangkan diri saya untuk kota kelahiran saya itu saja," ungkapnya, seperti yang diberitakan dalam kanal Youtube Kompas TV, Sabtu (7/12/2019).
Saat itu, Gibran juga masih enggan menjawab program-program yang akan diberikannya untuk Kota Solo.
Ia menyampaikan, hal itu baru dapat ia sampaikan jika telah memasuki masa kampanye.
"Itu nanti bisa saya jelaskan jika sudah memasuki masa-masa kampanye," ujarnya.
Tanggapan Pengamat Politik
Pengamat Politik dari Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan, pencalonan Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution dalam Pilkada 2020 dikhawatirkan memunculkan konflik kepentingan.
Hal ini itu tak lepas dari sosok Jokowi yang masih menjabat sebagai presiden saat ini.
"Dikhawatirkan terlalu banyak conflic of interest (konflik kepentingan)," kata Pangi saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (4/12/2019).
Pangi mengatakan, pendapat tersebut ia sampaikan menurut penafsiran publik.
Sebelumnya, Pangi menjelaskan, dalam melihat masuknya keluarga Jokowi ke kancah politik, terdapat dua penafsiran yang berbeda, yaiu penafsiran publik dan penafsiran elite.
Analisis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu menambahkan, menurut penafsiran publik, juga dikhawatirkan pencalonan dua anggota keluarga Jokowi itu akan memanfaatkan fasilitas negara.
Selain itu, pencalonan Gibran dan Bobby juga dinilai dapat memunculkan kelompok-kelompok yang sengaja ingin menjerumuskan keluarga Jokowi.
"Kemudian ada kelompok-kelompok yang sengaja menjerumuskan Pak Jokowi dan keluarganya misalnya pada hal-hal nepotisme," jelasnya.
Menurutnya, masuknya Gibran dan Bobby ke kancah politik tidak akan menjadi masalah yang rumit selama Jokowi tidak terkesan mengatur atau bahkan menginterferensi majunya Gibran dan Bobby di Pilkada 2020.
Pasalnya, jika publik menangkap kesan tersebut maka akan menambah keraguan publik untuk dapat memastikan tidak ada konflik kepentingan.
"Tetapi bagaimana kemudian Pak Jokowi untuk tidak terlalu terkesan mengatur, menginterferensi bahkan mendesain atau terkesan seolah-olah memuluskan itu yang agak rumit untuk memastikan tidak terjadi conflic of interest di antara orang-orang yang ingin mencari muka, yang ingin menjerumuskan, atau yang sengaja ingin melihatkan bahwa mereka sudah membantu anak jokowi," jelas Pangi.
Sebelumnya, Pangi menuturkan, menurut penafsiran publik, kemungkinan akan lebih banyak yang menilai saat ini bukan waktu yang tepat untuk Gibran dan Bobby mencalonkan diri sebagai wali kota.
"Bagi tafsir publik, mungkin juga mengatakan lebih baik jangan dulu," kata Pangi.
"Setelah nanti Pak Jokowi selesai, baru maju gitu," sambungnya.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta/Faisal Mohay)