Sempat Ngobrol Serius dengan Ahok, Jokowi Resmikan Program B30 yang Hemat Devisa Rp 63 Triliun
Presiden Jokowi meresmikan program B30 lebih cepat dibanding rencana sebelumnya yaitu pada Januari 2020.
Penulis: Nuryanti
Editor: Tiara Shelavie
Jokowi berujar, letak kilang-kilang Pertamina yang tersebar di beberapa tempat membutuhkan transportasi untuk mengangkut crude palm oil (CPO) atau minyak sawit menuju kilang tersebut.
"Memang ruwetnya kilangnya harus tersebar, untuk membawa CPO masuk ke kilang-kilang, perlu transportasi logistik untuk menuju ke kilang, dimana barang ini diproduksi," katanya.
"Kilang Pertamina tercukupi, sehingga kita tidak harus membangun kilang baru dalam rangka B30, B40, dan B50," lanjut Jokowi.
Dalam peresmian ini, selain didampingi oleh Ahok, Jokowi didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Jokowi bertemu dengan Ahok dan Nicke membicarakan isu migas dan pembangunan kilang minyak.
Jokowi ingin impor migas dikurangi sehingga dapat menyelesaikan masalah defisit transaksi berjalan.
"Saya ingin urusan yang menyangkut defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan kita bisa diturunkan," ujar Jokowi, setelah membuka Rakornas Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah di Jakarta, Selasa (10/12/2019), dikutip dari YouTube Kompas TV.
Menurut Jokowi, setelah impor migas bisa diturunkan, maka produksi migas juga bisa naik.
"Kalau impor migas kita bisa dikendalikan dengan baik dan juga lifting produksi dari minyak dan gas juga bisa dinaikkan," jelasnya.
"Intinya mereka (Pertamina) menyanggupi itu," jelas Jokowi.
Jokowi juga meminta Ahok dan Nicke untuk mengawal implementasi mandatori biodiesel 30 persen B30.
"Penggunaan B30 yang akan dimulai Januari awal, juga betul-betul dilaksanakan dan dikawal," tegas Jokowi.
Jika berhasil, Jokowi yakin impor migas dapat diturunkan.
"Sehingga bisa menurunkan impor minyak kita," lanjut Jokowi.