Cerita Megawati Mengaku Pernah Di-bully karena Menimbun Pulau Nipah
Mega mengatakan, saat itu saat masih menjabat sebagai presiden, dia menceritakan di hadapkan pada pilihan untuk menimbun Pulau Nipah.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan dirinya pernah di-bully terkait kebijakan suatu pulau.
Mega mengatakan, saat itu saat masih menjabat sebagai presiden, dia menceritakan di hadapkan pada pilihan untuk menimbun Pulau Nipah.
Mega mengaku berusaha menerima bullying tersebut karena dia beralasan melakukan itu untuk menjaga teritorial Indonesia.
"Perlu memang menjaga teritorial seperti saya waktu Presiden, saya dibully, karena saya nguruk sebuah pulau yang namanya Nipah," ujar Megawati, saat berpidato politik dalam Rakernas I PDIP, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (10/1/2020).
Baca: Megawati Menyapa Prabowo Subianto Secara Khusus di Rakernas PDIP
"Karena saya diberitahu bahwa kalau tidak ditimbun, maka pulau itu akan hilang. Dapat saya bayangkan kalau seperti sekarang dengan banjir yang semakin hebat," imbuhnya.
Dia juga menceritakan, dirinya menerima bully-an lantaran dianggap abai terhadap rakyat yang sengsara. Indonesia saat itu tengah dilanda krisis, sementara Megawati dianggap malah menimbun pulau dan tak memikirkan rakyat.
Baca: Reaksi Kader-kader PDIP Saat Lihat Prabowo Datang ke Rakernas di Kemayoran
"Wah, saya waktu itu diomongkan, Presiden yang tidak tahu bagaimana rakyat masih sengsara malah pulau ditimbun-timbun," jelasnya.
Namun, Megawati menegaskan dirinya memiliki alasan mengapa menimbun Pulau Nipah. Pasalnya tidak ditimbun, Mega menyebut Singapura bakal diuntungkan dari sisi teritorial.
"Saya tidak peduli karena itu adalah persoalan kedaulatan teritorial. Kalau pulau itu hilang maka pada waktu itu berarti Singapura menjadi maju, masuk ke dalam teritorial kita," kata dia.