Diserang Nalar Sesat Pikir, Erick Thohir Diminta Maju Terus
Serangan balik itu, ditengarai juga ekonom dari Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta, Sutia Budi.
Editor: Hasanudin Aco
Sutia Budi pun melihat ada yang unik dan sesat pikir dalam serangan balik pada Erick dengan mengaitkannya hingga ke tahun 2014.
Yaitu ketika Jiwasaraya, pada 23 Januari 2014, membeli saham ABBA, yang merupakan anak usaha Mahaka, dengan harga Rp 95 per saham.
Total pembeliannya adalah Rp 14,9 miliar. Lalu, pada 17 Desember 2014, Jiwasraya menjual saham tersebut dengan total Rp 17,8 miliar.
"Artinya Jiwasraya, dalam jangka kurang dari setahun untung dengan membeli saham ABBA. Dari investasi Rp 14,9 miliar, menjadi 17,8 miliar. Jadi untung kok. Apa yang salah. Jadi jangan dibalik-balik dengan sesat nalar, seolah Jiwasaraya bersmasalah ketika beli saham usaha Erick. Justeru untung kok," ungkap Budi.
Sutia Budi pun terus mendorong Erick agar terus membenahi semua BUMN, termasuk di dalamnya Jiwasraya. Budi juga mendukung bila BUMN-BUMN serupa disatukan dalam satu holding.
Holdingisasi ini bisa menjadikan usaha BUMN lebih terencana, terkoordinasi dan semakin solid dalam mengembangkan dan mengendalikan untuk kepentingan negara itu sendiri, yaitu menyejahterakan rakyat.
"Pak Erick sudah on the track," ungkap Sutia Budi.
Andi Najemi, aktivis perempuan yang juga dosen hukum Universitas Jambi, pun terus mendukung langkah-langkah Erick Tohir.
Dia menilai apa yang dilakukan Erick Tohir dalam membongkar kasus Jiwasraya perlu diapresiasi dan perlu didukung. Sebab sebagai Menteri BUMN, Erick berani membongkar perusahaan yang berada di bawah BUMN itu sendiri
"Ini merupakan langkah berani," kata Andi, yang mengatakan bila publik juga harus mendukung gebarakan Erick bila ada kepentingan lama yang malah mau mengganggu langkah Erick dengan serangan yang tak masuk akal.
Andi yakin gebrakan Ercik ini akan memberikan dampak yang sangat bagus juga untuk kinerja perusahaan-perusahaan BUMN ke depan agar hati-hati dengan yang namanya korupsi.
Hal ini juga bisa menjadi pelajaran juga untuk para pejabat BUMN, khususnya anak-anak perusahaan BUMN, agar telah menyalahgunakan amanah yang diberikan masyarakat Indonesia.
"Apalagi ini kan mengenai asuransi. Saya juga berharap semoga masalah ini segera terbongkar dan jelas siapa pelakunya, sehingga bisa dijatuhi hukuman sebagaimana yang diatur dalam UU," ungkap Andi, yang juga percaya dengan integritas Ercik.
Tokoh nasional yang pernah kerja sama dengan Erick, Maruarar Sirait, juga menyampaikan soal integritas Erick. Ia kenal dengan Erick sejak lama, dan bekerja sama dalam kepanitian Piala Presiden perdana, yaitu tahun 2015.
Saat itu, Maruarar bertindak sebagai Ketua SC dan Erick sebagai Ketua OC.