Cegah Banjir dan Longsor, KLHK Akan Rehabilitasi DAS di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan merehabilitasi sekitar 2.000 daerah aliran sungai (DAS)
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam upaya pencegahan banjir dan longsor, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan merehabilitasi sekitar 2.000 daerah aliran sungai (DAS), termasuk di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Hal tersebut guna menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pasca bencana yang terjadi di Bogor dan Lebak.
"Arahan bapak Presiden kita melipat gandakan kegiatan rehabilitasi mulai dari tahun 2019 ini 10 kali lipat dari sebelumnya," ujar Plt Dirjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) KLHK, Yuliarto Joko Putranto, Rabu (15/1/2020).
Baca: KLHK Akan Lakukan Penanganan Holistik Bencana Ekologis Tahun 2020 Secara Terpadu
Dalam sosialisasi yang diadakan di kantor KLHK, Yuliarto mengatakan Indonesia memiliki sekiranya 17.000 DAS, diantaranya ada 15.000 DAS prioritas.
Diantaranya ada 2.000 DAS prioritas yang akan dipulihkan dan daerah hulu yang akan diprioritaskan untuk dilakukan pemulihan.
"Kita punya DAS yang harus dipulihkan sekitar 2.000, dibagian hulunya dulu yang harus kita rehabilitasi hutan dan lahannya. Kenapa harus dibagian hulunya dulu, karena hulu itu sebagai daerah resapan, itu yang harus dilindungi dulu," ujarnya.
Baca: Sudah 2 Pekan Hilang, Jasad Santri Korban Banjir di Jasinga Ditemukan 10 KM dari Lokasi
Adapun penanganan pasca banjir dan longsor yang terjadi di Bogor dan Lebak, KLHK berencana akan melakukan rehabilitasi di kawasan Gunung Halimun Salak seluas 2.000 ha.
Selain rehabilitasi hutan dan lahan, KLHK juga akan melakukan kegiatan pembangunan konservasi tanah dan air berupa Dam penahan sebanyak 250 unit, gully plug sebanyak 750 unit, instalasi pemanenan air hujan (IPAH), penguatan tebing ekohidrolika, serta penanaman vertiver di TNGHS.
Baca: Warga Urug Heran Batu-batu Besar Tak Tau Asalnya Tiba-tiba Terjang Rumah Mereka, 66 Rumah Rata Tanah
"Jadi kita mengajak masyarakat, mari kita sama-sama menanam pohon. Kami juga sudah sediakan bibit yang banyak dan bermacam-macam sesuai keinginan masyarakat dan tersedia secara gratis. Mudah-mudahan dengan kesadaran ini kita bisa sama-sama menanam, terutama untuk daerah hulu yang rewan bencana," ujar Yuliarto.