Rocky Gerung Sebut KPK dan KPU Sebaiknya Dimakamkan: Dua Lembaga Itu Sebetulnya Sudah Sekarat
Pengamat politik Rocky Gerung menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) saat ini sudah hilang kemuliaannya.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat politik Rocky Gerung menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) saat ini sudah hilang kemuliaannya.
Pernyataan tersebut disampaikan Rocky dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Senin (27/1/2020).
Awalnya, Rocky menyinggung soal kasus dugaan suap yang melibatkan Komisioner KPU, Wahyu Setiawan.
Menurut Rocky, dengan adanya kasus itu membenarkan bahwa saat ini KPK tengah dilemahkan.
"Apalagi sejak kasus Wahyu, kita cuma ingin dipastikan bahwa kasus itu membenarkan bahwa presiden memang tidak ingin KPK itu berfungsi maksimal," ujar Rocky.
Rocky menuturkan, meski telah ada perpres soal KPK namun itu hanya berlaku secara normatif, tetapi praktiknya tidak demikian.
Menurut Rocky, sudah menjadi sebuah takdir KPK saat ini menjadi lemah.
"Iya, sudah ditakdirkan menjadi alat presiden untuk tidak memberantas korupsi itu," kata Rocky.
Bahkan, Rocky menyebut perlu ada pesta untuk merayakan pengakhiran sebuah reformasi.
Pasalnya, dulu ada dua lembaga yang dijadikan unggulan saat reformasi, yakni KPU dan KPK.
"Nah dua lembaga itu sekarang berhenti kemuliaannya."
"Jadi ada upacara penurunan bendera di situ, dari setengah tiang terus akhirnya diturunkan penuh," ucap Rocky.
Rocky lantas menjelaskan momentum paling buruk yang dilakukan KPU adalah saat Pilpres 2019 lalu.
Sementara, KPK mengalami momentum paling buruk setelah diberlakukannya UU KPK baru hasil revisi.
"Iya itu dua peristiwa yang agak berjauhan."
"KPU punya problem dengan perhitungannya yang kita sebut buruk, KPK juga sekarang dilemahkan," terangnya.
"Dua-duanya sebetulnya sudah sekarat itu, tapi nanti kita makamkan bersama-sama aja itu," tambahnya.
Rocky mengatakan, bahwa dalam politik ada hukum yang kadang kala orang tidak bisa paham, bahwa sesuatu akan menyeret yang lain.
"Jadi memang pas momentumnya, ya semacam hukum sejarah dimana seluruh variabel buruk akan bersatu dan persatuan itu yang akan memrosotkan demokrasi."
"Sekaligus memperlihatkan bahwa borok kekuasaan sebetulnya dari awal sudah tercium, cuma karena dikasih pewangi maka nggak tercium," jelasnya.
Rocky menambahkan, memang ada kekuasaan yang diselundupkan oleh keputusan KPU dan diselipkan melalui dewan pengawas.
"Itu akhirnya tidak mungkin lagi dicegah," ujar Rocky.
Rocky menyebut, kejadian ini tidak mengagetkan karena sudah diprediksikan sebelumnya.
"Mereka yang berakal sehat tahu bahwa pada saatnya, tidak mungkin pelembagaan yang di-set untuk dilemahkan itu bisa ditutupi terus-menerus," terangnya.
Lebih lanjut Rocky menjelaskan mengapa prediksi tersebut telah berjalan meski ini masih awal tahun.
"Karena sesuatu yang tidak sempurna kontruksinya, itu begitu kena perubahan cuaca sedikit dia bisa rubuh tuh," ujarnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)