Jimly Asshiddiqie Menyarankan Cabut Paspor WNI Eks ISIS yang Terbukti Ikut Perang
Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie menanggapi soal rencana pemerintah memulangkan 600 WNI eks ISIS.
Penulis: Reza Deni
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie menanggapi soal rencana pemerintah memulangkan 600 WNI eks ISIS.
Jimly Asshiddiqie menyarankan agar pemerintah melakukan verifikasi terhadap ratusan WNI eks ISIS tersebut.
"Kalau terbukti mereka ikut perang dan bekerja untuk pasukan negara lain itu sudah memenuhi syarat dicabut paspornya. Dicabut dahulu nanti urusan belakangan. Kalau ingin kembali lagi harus ada tes," kata Jimly Asshiddiqie di Kantor Wapres, Jakarta Pusat, Rabu.(5/2/2020).
Baca: Maybank Bali Marathon 2020 Raih “Bronze Label” dari World Athletics
Pencabutan paspor dikatakan Jimly untuk memberikan efek jera kepada WNI yang memang terbukti terlibat dalam ISIS, meskipun mereka ingin kembali menjadi WNI.
"Itu nanti bagaimana pemerintah mengaturnya, barangkali ada yang mau pulang atau malah tidak ada yang mau pulang," ujarnya.
Jimly menyebut hal tersebut bukanlah persoalan gampang.
Di satu sisi pemerintah punya kearifan sendiri melihat WNI yang salah jalan, karena dalam HAM, individu tidak boleh tanpa warga negara.
Baca: Jadwal Liga Italia Pekan 23: Big Match Inter Milan vs AC Milan, Juventus & Lazio Lakoni Laga Tandang
"Kalau ikut perang dengan negara lain sudah ada aturannya tidak boleh. Statusnya stateless, kalau tidak ingin kembali ke Indonesia, biarkan saja. Tapi kalau mereka ingin pulang ada problem kedua, harus ada pembinaan supaya menyadari kesalahannya," katanya.
Seperti diketahui, Kepolisian RI menyampaikan, 47 dari 600 WNI eks ISIS yang rencananya akan dipulangkan ke Indonesia berstatus tahanan.
Baca: Politisi PDIP Diah Pitaloka: Eks ISIS Menolak Pancasila
"Kalau distatuskan hari ini mereka di sana 47 orang sebagai tahanan, kemudian selebihnya refugees," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Asep Adi Saputra di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (3/2/2020).
Ia menilai, nantinya proses verifikasi dan profiling menjadi penting untuk mengetahui latar belakang mereka.
Selain memverifikasi 600 WNI yang rencananya dipulangkan, Pemerintah Indonesia berkoordinasi dengan pemerintah tempat mereka berada, seperti di Suriah, Irak, dan Iran.
"Informasinya kan 600 orang, tentunya salah satu langkahnya diverifikasi dan profiling dulu, benar tidak orang itu WNI. Kita harus jelas dulu track record-nya. Jadi masih ada proses itu untuk memastikan, sambil kita melihat sikap pemerintah dari sana," ujar dia.