Beberkan Provinsi Rawan Karhutla, Jokowi: Kalimantan Timur Disitu Hati-hati Betul
Jokowi juga mengingatkan provinsi lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya karhutla. Termasuk, di pulau Kalimantan, Jawa hingga Sulawesi
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan seluruh jajaran di tingkat provinsi untuk meningkatkan kembali kewaspadaannya terkait ancaman kebakaran hutan dan lahan di tahun 2020.
Terutama, kata Jokowi, provinsi yang berpotensi besar terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Hal itu disampaikan Jokowi saat memberikan arahan dalam Rakornas Upaya Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan 2020 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (6/2/2020).
"Hati-hati sekali lagi Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumaterea Selatan," kata Jokowi.
Baca: Prabowo Subianto Singgung Keberadaan Anies di Ultah Gerindra
Meski begitu, Jokowi juga mengingatkan provinsi lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya karhutla. Termasuk, di pulau Kalimantan, Jawa hingga Sulawesi.
Selain itu, Jokowi memberikan perhatian untuk wilayah Kalimantan Timur yang menjadi lokasi ibukota baru.
"Kalimantan Timur disitu hati-hati betul. Dan provinsi-provinsi di Jawa maupun di Sulawesi, NTT, NTB sampai Papua, Hati-hau. Semuanya hati-hati," jelasnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengingatkan seluruh jajaran dari pemerintah daerah, TNI dan Polri terjun dan mengecek langsung potensi kebakaran hutan dan lahan.
Sebab, jika api sudah membesar secara otomatis akan sulit dipadamkan meski sudah dilakukan upaya penyiraman dengan air.
Untuk itu, kata Jokowi, perlunya mengedukasi masyarakat agar lebih waspada dan berhati-hati dalam memanggulangi potensi kebakaran hutan dan lahan.
"Kalau sudah gede (api,red), apalagi kalau masuk ke lahan gambut, ke pitland lebih sulit lagi. Dikocorin berapa ton air pun juga atasnya saja yang apinya padam, bawahnya masih panas. Asapnya masih keluar karena bawahnya masih api," terang Jokowi.
"Hal-hal seperti ini yang harus terus kita sadarkan kepada masyarakat kita. Karena kerugian kalau sudah membesar sudah bukan hanya puluhan triliun tapi bisa mencapai ratusan triliun seperti di 2015," jelasnya.